Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan Anak di Lingkungan Sekolah Musi Rawas

24 Oktober 2021   16:50 Diperbarui: 24 Oktober 2021   17:15 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Orangtua perlu dididik untuk memiliki skill dalam memahami atau mendeteksi kecenderungan anak pada psychopathy (saya menggunakan istilah yang populer di media).

3. Sekolah juga perlu dididik untuk memiliki skill dalam memahami atau mendeteksi kecenderungan pada psychopathy itu.

4. Jika orangtua mendeteksi adanya psychopathy pada anak, lalu apa selanjutnya?

5. Jika ahli kejiwaan sudah memberi konfirmasi tentang adanya kecenderungan pada psychopathy, maka apa yang sekolah harus lakukan atau bantu?

6 Layanan apa yang pemerintah sediakan untuk anak seperti ini? Ingat psychopathy butuh penanganannya yang biayanya mahal.

7. Jika tidak ditangani lebih dini, maka psychopathy akan merugikan anak itu sendiri dan orang lain. Setidaknya psychopathy akan menyebarkan atmosfir yang buruk bagi sekitarnya, misalnya agresi atau suasana yang tidak damai.

8. Riset sains sudah menunjukkan adanya kelainan di otak anak yang memiliki kecenderungan psikopat. Sehingga butuh pendekatan berbeda dalam menanganinya, bukan dengan pendekatan yang sudah kuno.

9. Kekerasan bukan satu-satunya ciri dari psikopat. Antara lain, cirinya (yang terutama merugikan orang lain dan masyarakat) adalah: 1) Sulit membedakan salah dan benar (sehingga cenderung melakukan pelanggaran hukum). Ini juga membuatnya tak mempan hukuman, ia akan tetap melakukan pelanggaran hukum lagi dan lagi. 2) Tidak memiliki empati, sehingga bisa melakukan kekejaman yang tak terbayangkan. 3) Apapun yang dilakukannya hanya untuk kepentingannya sendiri, bukan orang lain, sehingga ia akan belajar apapun untuk memanipulasi orang lain. Ini juga membuatnya dominan pada anak lain, sehingga mampu mempengaruhi anak lain untuk ikut melakukan pelanggaran hukum.

==oo==

Ada banyak riset yang dilakukan kepada murid di sekolah dari mulai SD hingga SMA di berbagai kota di dunia dalam kerangka untuk menurunkan tingkat kekerasan dan bullying sekolah. Kebanyakan dari riset itu hanya memberikan 1 program act of kindness atau meminta murid untuk melakukan perbuatan kebajikan. Hanya dengan program ini angka kekerasan dan bullying ternyata bisa menurun secara signifikan. Bukan itu saja, prestasi akademik pun meningkat, angka bolos menurun, angka partisipasi dalam setiap pelajaran juga meningkat. Mengenai salah satu riset itu lihat di jurnal ini (klik link itu).

Di beberapa riset yang lain, diberikan juga program menulis jurnal positif dan program meditasi. Hasilnya ternyata bahkan jauh lebih signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun