Mohon tunggu...
M. Jojo Rahardjo
M. Jojo Rahardjo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Sejak 2015 menulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan. M. Jojo Rahardjo dan berbagai konten yang dibuatnya bisa ditemui di beberapa akun medsos lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sufi, Spiritualitas, dan Sains

31 Mei 2021   14:17 Diperbarui: 31 Mei 2021   14:24 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: https://www.dailysabah.com

Sebuah study dipublikasikan 29 Mei 2018 lalu di The Journal of Cerebral Cortex: Para ahli dari Yale Univiersity melakukan serangkaian riset untuk memahami bagian-bagian otak yang paling aktif saat seseorang mendapatkan pengalaman spiritual. 

Parietal cortex ternyata bagian yang paling aktif saat seseorang merasa sedang berinteraksi dengan sesuatu yang sangat besar di luar dirinya, atau yang maha kuasa atau paling menentukan hidupnya dan alam semesta, misalnya Tuhan.

Parietal cortex ini adalah bagian dari otak yang biasanya disebut menjadi aktif saat seseorang sedang berkonsentrasi, atau sedang sangat menyadari dirinya atau sekelilingnya. Biasanya aktivitas yang meningkat di parietal cortex ini terjadi saat seseorang berdoa atau melakukan meditasi, atau juga melakukan aktivitas semacam itu, termasuk dzikir, melantunkan ayat-ayat suci dan lagu atau bunyi-bunyian rohani.

Professor of psychiatry, Marc Potenza, dari Yale Child Study Center menyebut pengalaman spiritual adalah sesuatu yang penting untuk memberi pengaruh positif pada kehidupan seseorang. Sehingga memahami penjelasan sains mengenai apa yang terjadi di otak ini akan membantu kita untuk mampu memperbaiki kualitas pikiran kita, mental, perilaku atau hidup kita, terutama untuk menjadi manusia yang lebih baik atau tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Pengalaman spiritual ini ternyata bisa diperoleh dari aktivitas religius atau bukan. Misalnya perasaan bersatu dengan alam bisa diperoleh saat dari berbagai macam aktivitas, misalnya saat berolahraga di alam bebas.

Rumi tercatat melakukan tariannya yang terkenal saat menghasilkan puisi-puisinya yang indah dan memiliki kedalaman yang tiada terkira. Tarian Rumi masih dipraktikkan hingga sekarang. Sekelompok penari mulai dengan tarikan nafas yang dalam (semacam meditasi), lalu secara serempak melafalkan Allah... Allah... berkali-kali. Lalu muncul tabuhan gendang pelahan mengiringi tarian berputar berlawanan dengan jarum jam. Kemudian kalimat la illaha illallah diucapkan pelahan yang semakin lama semakin cepat dan keras. Para penari ini bisa melakukannya berjam-jam tanpa menyadari waktu yang berjalan.

Sebuah artikel di Newsweek mengenai mysticism menyebut proses tarian Rumi itu begini: "these rites manage to tap into a precise brain mechanisms that tends to make believers interpret perceptions and feelings as evidence of God, or at least transcendence. Rituals also tend to focus on the mind, blocking out sensory perceptions---including those that the orientation area uses to figure out the boundaries of the self."

==o==

Tanggal 30 Mei 2021 lalu Esoterika (forum diskusi di Facebook) telah mendiskusikan 30 video puisi sufi yang dibuat oleh Denny JA sepanjang bulan Ramadhan lalu. 

Narasumber untuk diskusi ini menghadirkan Prof. Syafaatun Almirzanah, Ph.D. yang disebut dalam website AMINEF sebagai seorang ahli dalam bidang mistisisme sufi di Spanyol Abad Pertengahan, dan mistisisme Katolik di Jerman Abad Pertengahan.

Ia juga telah mendalami ilmu perbandingan agama, Syafa menjadi orang Islam pertama yang meraih gelar doktor dari Catholic Theological Union di Chicago pada tahun 2008, secara bersamaan meraih gelar doktor juga di Lutheran School of Theology di Chicago.

Tulisan ini tentu untuk memberi tambahan sudut pandang yaitu sudut pandang riset sains, termasuk tentang penjelasan sains mengenai bagaimana proses biologi yang terjadi di otak saat seseorang mengalami pengalaman spritual dan lalu mencipta karya-karya sastra indah seperti yang terjadi pada para sufi yang digambarkan oleh Denny JA dalam 30 videonya.

==o==

PROSES KREATIF PARA SUFI MENURUT RISET SAINS

Beberapa puluh tahun lalu, teknologi belum berkembang seperti sekarang ini. Namun kemudian saat ini kita memiliki teknologi fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging). 

Salah satu kegunaan alat ini bisa melihat bagian otak mana yang aktif saat kita sedih, marah, senang, sedang fokus pada satu hal, bekerja, berolahraga, bersetubuh, bermeditasi, berdoa, melihat malaikat, merasakan kehadiran Tuhan dan lain-lain.

Jadi teknologi yang berkembang telah membantu kita untuk lebih memahami kerja otak. Bahkan lebih jauh lagi, kita lebih bisa mengerti bagaimana otak memproses apa yang dirasakan oleh indera kita untuk menjadi sebuah perception. 

Akhirnya kita pun sekarang bisa "lebih mengerti" bagaimana proses manusia mempercayai adanya Tuhan atau bagaimana kita mengalami pengalaman spiritual.

Itu sebabnya Andrew Newberg dan Eugene d'Aquili menulis buku yang diberi judul "Why God Won't Go Away: Brain Science and the Biology of Belief". 

Buku ini tentang bagaimana menjelaskan God dengan menggunakan ilmu pengetahuan, yaitu biologi atau neuroscience. Lebih jauh, buku ini menjelaskan bagaimana pikiran (otak) membentuk perception. 

Semua dijelaskan dengan ilmu pengetahuan baru dan tentu dengan dibantu oleh teknologi yang sebelumnya belum ada. 

Jika selama ini kita membicarakan apa itu mysticism atau transcendence, namun tak pernah dengan cara "membedah otak" dan melihat apa yang terjadi di otak saat orang mengalami atau melakukan kegiatan mysticism atau transcendence.

Sejarah spirutualisme memang sudah sangat tua. Jejak atau bukti arkeologis dari kuburan dan tempat suci Neanderthal adalah bukti paling awal dari perilaku spiritual. 

Begitu hominid mulai berperilaku seperti manusia, mereka mulai bertanya-tanya atau khawatir tentang misteri kehidupan yang paling dalam. Mereka lalu menemukan resolusi untuk misteri-misteri itu dengan menciptakan kisah-kisah yang sekarang kita sebut mitologi.

Dalam studi evolusi, setiap perilaku tertentu memiliki nilai dalam kaitannya dengan persoalan bertahan hidup dan nilai dalam seleksi alam. Kemampuan dalam memegang nilai-nilai spiritual dan mitologi meningkatkan nilai bertahan hidup individu dan bahkan kelompok.

Kelompok masyarakat yang lebih kuat, tentu saja, akan memiliki kehidupan yang lebih baik bagi anggotanya, yang mungkin pada akhirnya menghasilkan tingkat keberlangsungan hidup yang lebih tinggi juga.

Buku lain yang ditulis berdasarkan riset seputar spiritualitas adalah juga ditulis oleh Andrew Newberg dan Mark Robert Waldman: "How God Changes Your Brain?"

Buku ini cocok untuk membedah bagaimana proses kreatif dari para sufi yang telah melahirkan karya-karya terbaik dunia. Oleh karena itu sebaiknya judul yang lebih cocok untuk buku itu adalah: "How Meditation, Prayer, and Spiritual Practice Change Your Brain." Buku ini memang lebih banyak berisi tentang banyak penelitian pada berbagai praktik spiritual yang dibedah dengan menggunakan kacamata neuroscience.

Sebuah tim di 'University of Pennsylvania's Center for Spirituality and the Mind' melakukan serangkaian penelitian panjang pada otak manusia yang berkaitan pada religiositas dan spiritualitas. Mereka bahkan mencoba menjawab apa pengaruh religiositas dan spiritualitas pada peradaban manusia.

Otak manusia secara ajaib memang mampu membangun dan memproyeksikan spiritual realities (Tuhan misalnya). Tuhan sebagai gambaran, atau konsep yang kita buat itu bisa terasa sangat nyata dan sangat berarti. Neuroscience yang meneliti fenomena ini tidak mencoba menjelaskan apakah Tuhan itu benar-benar exist atau tidak. 

Neuroscience menemukan bahwa otak kita tidak peduli apakah Tuhan benar-benar exist, karena otak hanya peduli pada gambaran atau konsep tentang Tuhan yang bisa bermanfaat dalam persoalan survival.

Jika gambaran Tuhan yang muncul memberi rasa nyaman dan aman, maka Tuhan yang seperti ini akan memberikan positivity dalam hidup Anda. 

Positivity di sini berarti fungsi otak yang lebih maksimal, sehingga mampu menghasilkan karya-karya sastra yang indah dan mengandung kedalaman yang luar biasa sebagaimana yang dibedah dalam 30 video Denny JA.

M. Jojo Rahardjo

Menulis ratusan tulisan dan ratusan video untuk mempromosikan berbagai riset sains seputar cara memaksimalkan fungsi otak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun