Ramadhan dan Idul Fitri adalah kegiatan keagamaan yang telah menjadi tradisi di Indonesia sejak masa Islam masuk ke Indonesia beberapa abad lalu.
Jika kita amati, maka akan kita temukan beberapa unsur di dalamnya yang selama ini diteliti oleh banyak ahli sains, yaitu beberapa unsur yang mendorong terbangunnya relationships atau tali silaturahmi.
Relationships sendiri telah lama diteliti dan dinyatakan sebagai salah satu unsur yang menghasilkan positivity, atau happiness, atau well-being. Salah satu riset terkenal mengenai ini adalah "The Harvard Study of Adult Development" (baca di sini). Â
Apa artinya positivity, happiness atau well-being itu? Sebuah kondisi di otak, atau kondisi mental, atau kondisi pikiran yang membuat kita mampu menjadi manusia yang lebih baik, atau mampu mengeluarkan potensi positif yang ada dalam dirinya.
Apa saja potensi positif yang kita miliki itu?
1. Kondisi kesehatan mental yang baik, seperti tidak gampang stres apalagi depresi. Itu artinya lebih tenang, damai, tidak agresif, dll. Cenderung juga pada kebajikan, empathy, kasih sayang, kedermawanan, dorongan untuk menolong orang lain atau makhluk lain, tidak merasa eksklusif, tidak rasis, tidak diskriminatif, anti kekerasan.
2. Bukan itu saja, tetapi juga potensi positif yang berkaitan dengan kognisi, seperti kecerdasan, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, inovasi, produktivitas dalam bekerja, berkarya, hingga berprestasi.
3. Kesehatan tubuh amat dipengaruhi oleh kondisi mental, atau pikiran. Mereka yang dalam kondisi stres terus menerus, apalagi depresi akan mengganggu kesehatan tubuh. Penyakit jantung, stroke, darah tinggi, dan beberapa penyakit serius lainnya sangat dipengaruhi oleh kondisi mental.
Semua potensi positif itu bisa ditumbuhkan oleh berbagai macam aktivitas yang sudah biasa kita lakukan sehari-hari atau yang secara khusus kita tumbuhkan. Membangun relationships adalah salah satu yang mampu menumbuhkan potensi positif itu. Tentu ada beberapa kegiatan lainnya (bisa Anda lihat di tulisan saya yang lain).
Tradisi keagamaan dalam Ramadhan dan perayaan Idul Fitri memiliki beberapa unsur yang mendorong terbangunnya interaksi antar manusia yang pada gilirannya akan membangun relationships sebagaimana dirinci di bawah nanti.
UNSUR PENTING DALAM RAMADHAN DAN IDUL FITRI
Tarawih adalah satu bentuk ibadah yang mampu menumbuhkan iman atau rasa percaya pada sesuatu yang besar di luar sana (Tuhan) yang kita jadikan tempat bergantung atau nasib kita bergantung padaNya.
Berdasarkan riset ilmiah, beribadah atau kepercayaan kepada Tuhan menumbuhkan postivity, happiness, atau well-being. Satu buku yang menulis ini berjudul: "HAPPINESS: UNLOCKING THE MISTERIES OF PHYCHOLOGICAL WEALTH". Bukunya bisa dibaca di sini.
Namun demikian tulisan ini tidak hendak merinci itu. Tulisan ini hanya akan merinci beberapa unsur relationships dalam tradisi keagamaan dalam Ramadhan dan Idul Fitri.
Tradisi dalam Ramadhan:
1. Tarawih menghasilkan interaksi saat menjalankannya, juga saat berangkat dan pulang, atau saat tarawih.
2. Tarawih menumbuhkan perasaan memiliki sebuah komunitas. Perasaan memiliki komunitas ini penting menurut beberapa penelitian. Itu adalah sebuah naluri mendasar yang membuat orang selalu memiliki atau mencari komunitasnya sendiri. Di komunitas ini orang membangun interaksi yang otomatis membangun relationships.
3. Buka puasa bareng yang bisa terjadi setiap minggu atau bahkan beberapa kali dalam seminggu yang biasanya diadakan setelah minggu kedua, yaitu di minggu ketiga atau keempat.
4. Ramadhan juga memiliki tradisi berderma, berdonasi dan zakat. Ini juga menghasilkan interaksi antar anggota masyarakat.
Tradisi dalam Idul fitri:
1. Saling mengunjungi atau melakukan interaksi antar manusia, terutama yang muda ke yang tua (riset seputar ini adalah bisa dibaca di sini).
2. Lebaran bersama di satu komunitas atau satu lingkungan kerja. Kegiatan ini bisa dikerjakan hingga 1 bulan setelah Idul Fitri.
3. Interaksi dari satu wilayah ke wilayah berbeda (mudik).
Sayangnya, pandemi telah menghambat banyak kegiatan keagamaan, termasuk kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri. Bayangkan berapa banyak potensi positif yang tak bisa kita raih, karena pandemi ini. Semoga pandemi cepat berakhir dan kita semua lebih leluasa memupuk potensi positif yang ada. Pandemi bisa cepat berakhir jika kita semua mematuhi protokol kesehataqn 5M.
M. Jojo Rahardjo
(Menulis ratusan tulisan dan video untuk mempromosikan berbagai riset ilmiah seputar neuorscience)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H