Rasa cemas itu membuat kita tetap hidup, karena rasa cemas bisa membuat kita waspada pada bahaya di sekitar kita. Namun kita hidup di zaman yang lika-liku kehidupan sudah demikian kompleks, tidak lagi seperti sedang berburu di sebuah hutan atau padang belantara yang di dalamnya ada binatang buas yang siap menerkam.
Mereka yang sedang bekerja di perusahaan atau organisasi bisa saja merasa cemas ide orisinalnya dicuri teman di kantor.
Mereka yang sedang belajar di sekolah atau perguruan tinggi bisa saja merasa cemas tidak bisa berprestasi seperti yang diharapkan keluarganya.
Mereka yang hidup di Indonesia mungkin sekali dihantui rasa cemas yang tak berkesudahan, karena melihat kaum radikal terus dibiarkan pemerintah untuk berkampanye menyebarkan kebencian, kekerasan atau pembunuhan.
Dan lain-lain.
Rasa cemas seperti yang sudah disebut di atas adalah wajar dan dibutuhkan. Saat kita cemas, ada hormon cortisol yang terlalu banyak di otak. Tentu itu tidak baik, jika dibiarkan terlalu lama, karena akan merusak fungsi otak. Kecerdasan akan menurun, kemampuan membuat solusi menurun, kreativitas dan inovasi juga menurun, bahkan kesehatan tubuh juga menurun. Tidak ketinggalan yang juga menurun adalah kecenderungan pada altruism (kebajikan).
Jika persoalan kita misalnya memang ada orang di kantor yang siap mencuri ide orisinal kita dan kita belum tahu bagaimana mencegahnya. Lalu apa yang harus kita lakukan? Jika kita diam saja, maka cortisol yang terlalu banyak akan terlalu lama berada di otak.
Jika persoalan kita misalnya memang kita tidak bisa berprestasi bagus di sekolah atau di perguruan tinggi. Lalu kita tidak tahu bagaimana memperbaikinya, meski sudah belajar sekuat tenaga. Lalu kita tak tahu lagi apa yang harus dilakukan, padahal kita semakin cemas dan cortisol semakin banyak dan terlalu lama berada di otak?
Jika persoalan kita misalnya memang tidak merasa aman karena melihat kaum radikal terus tumbuh membesar di Indonesia. Lalu kita sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mendorong pemerintah agar bertindak tegas dan tepat, padahal saat semakin cemas itu cortisol semakin banyak dan terlalu lama berada di otak.
Untung saja ada riset neuroscience tentang itu. Cortisol yang terlalu banyak bisa diturunkan hanya dengan melakukan beberapa kegiatan yang sebenarnya sudah biasa kita lakukan, karena diajarkan oleh banyak agama. Apa itu?