Meditasi atau berdoa disebut dalam berbagai riset paling signifikan dalam menurunkan kadar cortisol di otak. Meditasi di sini tentu meditasi sekuler yang sudah dirumuskan oleh para neuroscientists. Dan berdoa di sini tentu bukan isi dari apa yang kita panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, tetapi sikap kita yang percaya bahwa Yang Maha Kuasa ada di atas sana siap untuk membantu upaya kita keluar dari persoalan hidup kita.
Lalu yang juga signifikan disebut dalam berbagai riset dalam menurunkan cortisol di otak adalah bersyukur. Sekali lagi bersyukur di sini adalah bersyukur yang sudah didefinisikan oleh para neurosientists, yaitu menulis jurnal positif. Riset menunjukkan bahwa kita cenderung untuk menyadari apa yang negatif pada diri kita atau di sekitar kita, padahal itu tidak menguntungkan bagi fungsi otak kita. Nah, dengan menulis jurnal positif, kita dilatih untuk lebih mudah menyadari apa yang positif dalam diri kita atau sekitar kita.
Kegiatan lain yang bisa menurunkan cortisol di otak adalah olahraga. Di Page ini ada beberapa tulisan penting berdasarkan riset tentang bagaimana fungsi olahraga yang memicu keluarnya positive hormones di otak, seperti dophamine, endorphins, serotonin, dan oxytocin.
Masih banyak lagi kegiatan lain yang bisa kita lakukan untuk menurunkan cortisol di otak. Jika kita memiliki persoalan hidup seperti yang disebutkan di atas, maka yang pertama sekali harus kita lakukan adalah: 1. Meditasi (karena ini paling tinggi dalam memperbaiki fungsi otak), 2. Bersyukur, 3. Olahraga. Jika fungsi otak kita membaik karena melakukan beberapa kegiatan itu, maka kita berharap kita bisa memecahkan persoalan hidup kita dengan lebih lancar atau mudah.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H