Beberapa hari lalu, 8 Juli 2020, LSI Denny JA baru meluncurkan hasil surveinya seputar dampak COVID-19. Di bawah ini adalah beberapa poin yang saya catat menonjol:
1. COVID-19 memunculkan anggapan, bahwa ekonomi memburuk.
2. Muncul kekhawatiran tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok.
3. Bantuan sosial dari pemerintah masih belum maksimal.
4. Kurangnya penerapan protokol kesehatan secara ketat.
5. Pemerintah jangan sampai jatuh karena persoalan ekonomi yang memburuk.
6. Tokoh masyarakat harus muncul untuk menunjukkan sikap positif di masa COVID-19 ini.
Sebagaimana kita ketahui, banyak pemerintahan yang jatuh karena persoalan ekonomi yang memburuk dan berkepanjangan. Pemerintahan Orba adalah salah satunya. Survei yang dikerjakan oleh LSI Denny JA bisa menjadi lonceng peringatan, bahwa jika kita tak serius menanangani dampak COVID-19 ini, maka bisa saja perekonomian Indonesia menuju pada situasi yang kita semua tak inginkan.
BAGAIMANA MENGEMBALIKAN INDONESIA KE JALUR LEPAS LANDAS LAGI?
Ukuran keberhasilan sebuah negeri sekarang tidak lagi diukur hanya dari GDP per capita saja, tetapi juga diukur oleh beberapa indikator lain seperti berikut: social support, healthy life expectancy at birth, freedom to make life choices, generosity, perceptions of corruption.
Enam indikator itu disebutkan oleh "WORLD HAPPINESS REPORT" (WHR) yg diterbitkan PBB tiap tahun berisi daftar rangking tiap negeri di seluruh dunia. WHR adalah pengembangan dari riset-riset ilmiah neuroscience atau positivity dalam lebih dari 2 dekade terakhir.
Sebelumnya, HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) digunakan PBB untuk mengukur kemajuan sebuah negeri. Laporannya diterbitkan setiap tahun dengan mengukur: 1. Life expectancy, 2. Education, 3. Income per capita.
Negeri-negeri Skandinavia menduduki tempat pertama dalam laporan HDI ini.
Namun sebagaimana sudah disebut di atas, sejak tahun 2012 lalu PBB juga menerbitkan "WORLD HAPPINESS REPORT" untuk mengukur kemajuan sebuah negeri. Report ini dirancang oleh neuroscientists dan ilmuwan dari ilmu pengetahuan lainnya. Itu sebabnya ada kata HAPPINESS (kata HAPPINESS itu sering juga disebut dengan menggunakan kata POSITIVITY).
Report yg terbit tiap tahun ini mengukur lebih banyak aspek sehingga dianggap lebih akurat. Beberapa aspek itu antara lain: 1. GDP per capita, 2. Social support, 3. Healthy life expectancy, 4. Freedom to make life choices, 5. Generosity, 6. The absence of corruption.
Lagi-lagi negeri-negeri Skandinavia menduduki tempat pertama dalam laporan WHR ini.
Di mana posisi Indonesia? Tak terlalu bagus, yaitu di posisi 96 di tahun 2018, posisi 92 di tahun 2019, dan posisi 84 di tahun 2020 (tahun 2020 ini posisi Indonesia terus membaik). Namun poisisi ini tetap lebih rendah daripada negeri-negeri Asia lain dan Amerika Latin.
Sejak tahun 2015 lalu saya mulai menulis lebih dari 100 tulisan tentang neuroscience atau positivity yg isinya tentang riset-riset di bidang itu. Sekarang tulisan-tulisan itu saya ramu kembali menjadi beberapa ebooks. Buku terakhir berjudul: "RESILIENCE, TETAP TANGGUH DI MASA SULIT". Tujuannya adalah untuk mempromosikan hasil-hasil riset neuroscience agar bisa dipraktikkan bagi banyak orang.
Semoga 3 ebooks itu berguna untuk memperbaiki atau menumbuhkan positivity bagi siapa pun yang menginginkannya dan juga bagi Indonesia sebagai sebuah negeri, sehingga bisa memperbaiki posisi Indonesia di WHR.
Mengapa posisi di WHR menjadi penting? Jika kita lihat negeri-negeri yang menduduki posisi 20 pertama adalah semuanya negeri maju. Jadi memperbaiki posisi Indonesia di WHR berarti juga memajukan atau mengupayakan Indonesia menjadi negeri yang lebih baik.
Kita sekarang sedang merasakan bersama bagaimana COVID-19 menghantam kita yang dampak ekonominya sudah kita rasakan, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil survei dari LSI Denny JA baru-baru ini. Survei itu antara lain menemukan ada kecemasan yang sedang berkembang di tengah masyarakat tentang masa depan dan kemampuan untuk bertahan hidup.
Jokowi saat terpilih untuk kedua kalinya sebagai Presiden RI menyatakan akan memberi prioritas pada pembangunan SDM. Saya berharap neuroscience yang sudah menjadi dasar dari WHR, dapat digunakan juga untuk memperbaiki positivity bangsa ini agar lebih cepat melesat maju. Positivity yang besar akan bisa membuat bangsa ini lebih produktif dan tak mudah diganggu oleh berbagai bencana, termasuk wabah virus, dan termasuk juga kegaduhan yang tidak perlu hingga menyita waktu, dan energi.
Bangsa ini tentu memerlukan program yang khusus jika ingin lebih cepat melesat maju. Tiga ebooks yang sudah saya tulis berisi berbagai laporan tentang berbagai riset neuroscience atau positivity sepanjang lebih dari 2 dekade terakhir. Ebooks yang terakhir (RESILIENCE, TETAP TANGGUH DI MASA SULIT), terutama adalah tentang bagaimana berbagai riset neuroscience digunakan untuk membuat kita tangguh dan bangkit kembali meski dihantam COVID-19.Â
Bencana virus ini bukan hanya mengancam kesehatan tubuh, tetapi juga mengancam kesehatan mental. Stres karena terkungkung di rumah dan sulit melakukan aktivitas di luar rumah menyebabkan menurunnya produktivitas sebagai dampak lebih lanjut dari menurunnya kecerdasan, inovasi, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah.
Tiga ebooks itu adalah yang pertama di Indonesia yang mempromosikan positivity atau kebahagiaan menurut ilmu pengetahuan secara praktis. Dilengkapi dengan berbagai tips untuk memaksimalkan fungsi otak dan juga untuk menjadi orang yg lebih humanis. Berguna bagi individu, kelompok, perusahaan, organisasi, politikus, pemutus kebijakan negara, dan bangsa.
Ebooks itu saya yakini pasti bisa membuka wawasan anda tentang mengapa sebuah negeri menjadi maju dan yang lainnya terpuruk. Ebooks ini juga tentu untuk membuka wawasan kita tentang bagaimana berbagai riset neuroscience mengungkap tentang cara kerja otak dan kaitannya dengan kesehatan tubuh, kecerdasan, inovasi, kreatifitas, perilaku, stres dan depresi.
M. Jojo Rahardjo
Baca E-bbok di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H