Lagi-lagi negeri-negeri Skandinavia menduduki tempat pertama dalam laporan WHR ini.
Di mana posisi Indonesia? Tak terlalu bagus, yaitu di posisi 96 di tahun 2018, posisi 92 di tahun 2019, dan posisi 84 di tahun 2020 (tahun 2020 ini posisi Indonesia terus membaik). Namun poisisi ini tetap lebih rendah daripada negeri-negeri Asia lain dan Amerika Latin.
Sejak tahun 2015 lalu saya mulai menulis lebih dari 100 tulisan tentang neuroscience atau positivity yg isinya tentang riset-riset di bidang itu. Sekarang tulisan-tulisan itu saya ramu kembali menjadi beberapa ebooks. Buku terakhir berjudul: "RESILIENCE, TETAP TANGGUH DI MASA SULIT". Tujuannya adalah untuk mempromosikan hasil-hasil riset neuroscience agar bisa dipraktikkan bagi banyak orang.
Semoga 3 ebooks itu berguna untuk memperbaiki atau menumbuhkan positivity bagi siapa pun yang menginginkannya dan juga bagi Indonesia sebagai sebuah negeri, sehingga bisa memperbaiki posisi Indonesia di WHR.
Mengapa posisi di WHR menjadi penting? Jika kita lihat negeri-negeri yang menduduki posisi 20 pertama adalah semuanya negeri maju. Jadi memperbaiki posisi Indonesia di WHR berarti juga memajukan atau mengupayakan Indonesia menjadi negeri yang lebih baik.
Kita sekarang sedang merasakan bersama bagaimana COVID-19 menghantam kita yang dampak ekonominya sudah kita rasakan, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil survei dari LSI Denny JA baru-baru ini. Survei itu antara lain menemukan ada kecemasan yang sedang berkembang di tengah masyarakat tentang masa depan dan kemampuan untuk bertahan hidup.
Jokowi saat terpilih untuk kedua kalinya sebagai Presiden RI menyatakan akan memberi prioritas pada pembangunan SDM. Saya berharap neuroscience yang sudah menjadi dasar dari WHR, dapat digunakan juga untuk memperbaiki positivity bangsa ini agar lebih cepat melesat maju. Positivity yang besar akan bisa membuat bangsa ini lebih produktif dan tak mudah diganggu oleh berbagai bencana, termasuk wabah virus, dan termasuk juga kegaduhan yang tidak perlu hingga menyita waktu, dan energi.
Bangsa ini tentu memerlukan program yang khusus jika ingin lebih cepat melesat maju. Tiga ebooks yang sudah saya tulis berisi berbagai laporan tentang berbagai riset neuroscience atau positivity sepanjang lebih dari 2 dekade terakhir. Ebooks yang terakhir (RESILIENCE, TETAP TANGGUH DI MASA SULIT), terutama adalah tentang bagaimana berbagai riset neuroscience digunakan untuk membuat kita tangguh dan bangkit kembali meski dihantam COVID-19.Â
Bencana virus ini bukan hanya mengancam kesehatan tubuh, tetapi juga mengancam kesehatan mental. Stres karena terkungkung di rumah dan sulit melakukan aktivitas di luar rumah menyebabkan menurunnya produktivitas sebagai dampak lebih lanjut dari menurunnya kecerdasan, inovasi, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah.
Tiga ebooks itu adalah yang pertama di Indonesia yang mempromosikan positivity atau kebahagiaan menurut ilmu pengetahuan secara praktis. Dilengkapi dengan berbagai tips untuk memaksimalkan fungsi otak dan juga untuk menjadi orang yg lebih humanis. Berguna bagi individu, kelompok, perusahaan, organisasi, politikus, pemutus kebijakan negara, dan bangsa.
Ebooks itu saya yakini pasti bisa membuka wawasan anda tentang mengapa sebuah negeri menjadi maju dan yang lainnya terpuruk. Ebooks ini juga tentu untuk membuka wawasan kita tentang bagaimana berbagai riset neuroscience mengungkap tentang cara kerja otak dan kaitannya dengan kesehatan tubuh, kecerdasan, inovasi, kreatifitas, perilaku, stres dan depresi.