Lagi-lagi, dengan beberapa kali perhentian untuk makan dan isi bensin, pada pukul 1900 saya pun akhirnya tiba di desa Tosari, desa terakhir sebelum penanjakan ke puncak Gunung Bromo (30 menit dari kawah Bromo). Jalan dari Pasuruan menuju Bromo bagus, bahkan saat matahari sudah terbenam.
Esok paginya setelah menyaksikan matahari terbit di Bromo bersama ratusan wisatawan lokal dan mancanegara, saya berangkat dari Bromo menuju Banyuwangi pukul 1000. Dari Bromo saya turun ke Pasuruan untuk memasuki tol menuju Probolinggo. Sayang sekali belum ada jalan tol dari Probolinggo ke Banyuwangi. Menurut beberapa media, jalan tol Probolinggo-Banyuwangi akan selesai akhir 2019 ini. Saya tak sabar menunggu tol ini selesai.
Saya mencatat perjalanan dari Bromo menuju Pasuruan sekitar 1 jam sebelum memasuki tol Pasuruan-Probolinggo. Perjalanan saya ke Banyuwangi (setelah Probolinggo) terhenti di Situbondo karena hari sudah sore (sekitar pukul 1600). Besok pagi akan saya lanjutkan ke pelabuhan Ketapang, Banyuwangi dan lanjut lagi ke Gilimanuk dan terus ke Ubud, Bali.
Saya membayangkan betapa nyamannya jika Probolinggo-Banyuwangi sudah disatukan oleh tol. Waktu tempuh 5 jam lebih yang biasa ditempuh lewat jalur Pantura dapat dipangkas menjadi sekitar 2.5 jam saja. Maka bisa diperhitungkan kita bisa mencapai pelabuhan Ketapang, Banyuwangi pada sore hari jika berangkat pagi hari dari Jakarta. Itu dengan catatan tak ada hambatan di jalan tol Cikampek seperti yang ada sekarang.
Semoga akan ada juga jalan tol Gilimanuk-Denpasar dan wilayah-wilayah lain di Bali.
Terima kasih pak Jokowi dan semoga tak ada lagi orang-orang seperti Prabowo yang menghabiskan energi bangsa ini untuk tuduhan yang tak perlu.
M. Jojo Rahardjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H