Debu di kedua tangan dan kian merangkapÂ
Dinding sebuah jalan menuju kota yang tak beraroma dan bercahaya redup
Â
Andai kau bisa menghitung waktu
Dahulu kala kau masih muda nan sendu
Kiranya kau sekarang akan menjadi cantik rupawan nan pilu
Â
Yakni dibawah kedua pikiran yang berbeda masih membelah kita berduaÂ
Namun jika kau suatu saat mengerti suatu makna
Maka percayalah
Â
Aku bukanlah siapa-siapa
Namun hanya mereka yang berjuang demi negara
Ditengah lautan Merapi tanpa merekah sepi yang merana
Â
12.sept.2015
Jakarta, Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H