Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianival 2016; Berbagi Sehat dan Inspirasi

9 Oktober 2016   07:39 Diperbarui: 9 Oktober 2016   08:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rupanya pengabdian Budi Soenardi dalam berbagi terpantau oleh CNN. Maka Budi terpilih menjadi “CNN Hero 2009”. Penghargaan itu diberikan dalam acara megah di Amerika Serikat.   Sebagai orang Indonesia, saya merasa bangga dengan Budi Soehardi yang tampil dengan wajah terharu dalam acara besar itu.

Pembicara kedua sesi “berbagi Inspirasi” ini adalah Tjiptadinata Effendi. Ia menjadi sosok inspiratif karena pengalaman hidupnya yang sangat menarik. Tapi yang saya tulis ini sebagian bersumber dari obrolan saya dengan beliau sehabis Pak Tjip presentasi.

Pak Tjiptadinata Effendi sejak 4 tahun yang lalu menjadi penulis artikel yang paling produktif  di Kompasiana, meskipun sekarang usianya sudah 74 tahun. Pada umumnya Pak Tjip menulis hal-hal yang bersifat human interest, termasuk kategori humaniora. Sebagian besar berasal dari pengalaman beliau dalam menempuh kehidupan.

Ia telah menulis 2300-an artikel selama 4 tahun, atau hampir 2 artikel setiap hari. Sebagian dari tulisan-tulisan itu sudah dibukukan  menjadi 9 buku. Isteri Pak Tjip, Rosaline juga penulis artikel aktif di Kompasiana.  Dalam hal ini, Pak Tjiptadinata Effendi mungkin telah memecahkan sejumlah rekor di Kompasiana; penulis paling tua, paling produktif, dan pasangan suami-isteri penulis.

Hal yang menarik pada diri Tjiptadinata Effendi adalah ia telah melalui perjuangan hidup yang panjang dan beragam. Ia memulainya dari kehidupan yang sangat susah,  tetapi ia berhasil merangkak naik, dan berakhir menjadi orang yang sukses.

Tjiptadinata Effendi mengawali penghidupannya menjadi pedagang kelapa di kota Padang,  lalu bekerja sebagai karyawan perusahaan kopi. Setelah itu, dengan modal ilmu yang diperoleh dari bekerja sebagai karyawan perusahaan kopi, ia mendirikan sendiri perusahaan eksportir kopi dengan tujuan Singapura. Perusahaan itu berkembang dengan baik sampai ia ditipu pembeli tetapnya di Singapura. Ia hampir bangkrut dan bahkan isteri beliau terpaksa harus bekerja menjadi sopir bus sekolah di Padang. Ia mencoba bangkit lagi. Lalu ia pindah ke Jakarta sebagai pengusaha.

Lalu anak-anak beliau menamatkan sekolah masing-masing, semua tamatan luar negeri, dan bekerja. Dua orang bekerja dan bermukim di Australia dan satu orang bekerja di Jakarta. Pada usia senjanya ia menetap di Australia bersama 2 anak dan para cucunya. Kedua anak bermukim di kota yang berbeda.

Beliau masih tetap setia memegang paspor hijau (paspor Indonesia)  dan beralamat di sebuah apartemen di Kemayoran, meskipun apartemen itu lebih banyak terkunci. Hanya ditempati kalau beliau pulang ke Jakarta.

Dengan demikian Pak Tjiptadinata Effendi telah menjalani profesi dari dari pedagang kecil, karyawan, pengusaha dan akhirnya menjadi penulis paling produktif  di Kompasiana.      

Sekian dulu, dan Salam

M. Jaya Nasti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun