Sekali lagi BB  membuat kekeliruan dengan membuat target pemasukan dari TA yang terlalu optimistik karena sikapnya yang ABS itu. Target penerimaan Negara dari TS yang disodorkannya sebesar Rp 165 Triliun. Banyak pengamat ekonomi pesimis, dan meyakini target penerimaan negara dari TA tersebut tidak akan tercapai. SMI kelihatannya juga menerima pandangan itu. Penerimaan dari TA paling hanya sebesar Rp 60-70 triliun.  Namun SMI memutuskan untuk tidak merubah target tersebut. Tapi SMI bersiap-siap jika  target penerimaan TA gagal, ia akan kembali melakukan pemangkasan pada APBN-P 2017.
Lalu, setiap kali berkunjung ke luar negeri, Jokowi  selalu menawarkan kerjasama dengan para kepala Negara yang dikunjungi. Ia mengajak mereka untuk melakukan investasi di Indonesia, serta menjanjikan berbagai kemudahan.  Presiden Jokowi juga tidak lupa menjajakan Indonesia kepada para pengusaha setempat, untuk berinvestasi di Indonesia. Hasilnya cukup lumayan. Presiden Jokowi setiap pulan dari kunjungan luar negeri selalu membawa oleh-oleh berupa komitmen dari kepala Negara dan para pengusaha  luar negeri untuk melakukan investasi di Indonesia.
Hal yang menarik, Presiden Jokowi membiarkan saja SMI melakukan pemangkasan RAPBN 2017. Biarlah dana untuk keperluan perjalanan dinas, seminar, rapat-rapat  di hotel mewah dan sebagainya dipangkas habis.  SMI bahkan juga memangkas dana tunjangan profesi  guru sebesar Rp 23 Triliun.  SMI menjelaskan bahwa dana itu merupakan kelebihan penganggaran, karena gurunya memang tidak ada atau gurunya ada tetapi belum lulus sertifikasi profesi.
Tetapi Jokowi memesankan agar dana untuk keperluan pembangunan infrastruktur ekonomi jangan diganggu. Pesan Presiden Jokowi tersebut diterima dan dilaksanakan oleh SMI. Maka pembangunan jalan tol  lintas Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua akan terus berjalan. Begitu juga pembangunan infrastruktur ekonomi lainnya seperti pelabuhan, bandara, bendungan dan pembangkit listrik.
Keberhasilan dalam pembangunan infrastruktur ekonomi  akan menjadi pertaruhan Presiden Jokowi untuk maju dalam Pilpres 2019. Tidak masalah sebenarnya dengan utang luar negeri yang meningkat,  jika dana tersebut bisa digunakan secara efektif. Sebagaimana juga dahulu,  Presiden Soekarnu membangun proyek-proyek infrastruktur dengan dana utangan dari Rusia dan Cina. Hasilnya masih kita nikmati sampai saat ini, seperti Stadion Utama Senayan.
Sebagai rakyat kita tentunya berharap, seluruh atau sebagian besar infrastruktur ekonomi itu terwujud pada 2018 atau 2019.
Sekian dulu dan Salam
M. Jaya Nasti
Sumber : Diolah dari berbagai laporan dan berita di media online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H