Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Islam dan Yahudi Pernah Bersahabat Selama Lebih 1300 Tahun

29 April 2016   10:54 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai saat ini, Pemerintah Indonesia masih menganggap Yahudi atau Israel sebagai musuh.  Begitu pula, sebagian besar penduduk Indonesia yang beragama Islam memandang pemeluk Yahudi dan Israel sebagai musuh. Karenanya passport Indonesia tidak berlaku untuk masuk ke Israel.

Zaman sudah berganti.  Pada 1978, Presiden Anwar Sadat dari Mesir bersikap realistis.  Mesir mengakui eksistensi Israel dan membuka hubungan diplomatic dengan Negara Yahudi tersebut.  Pada hal Mesir adalah Negara Islam. Sejumlah Negara Arab seperti Yordania dan Maroko mengikuti jejak langkah Mesir dengan membuka hubungan diplomatik dengan Israel.  Bahkan organisasi perjuangan Palestina PLO sudah meninggalkan sikap anti Israel. Mereka setuju untuk berbagi wilayah dengan Israel. Tapi herannya, Indonesia, Malaysia dan Brunai, yang letaknya berjauhan, atas nama solidaritas Islam,  masih memandang Israel sebagai musuh.

Bangsa Yahudi dalam catatan sejarah adalah bangsa yang terlunta-lunta selama ribuan abad. Mereka terusir berkali-kali dari tanah air mereka. Raja Nebukadnezar dari Babilon menduduki Israel dan mengusir penduduknya.  Nabi Musa membawa pulang orang-orang Yahudi dari Mesir karena terus menerus diperlakukan tidak adil dan tersiksa di bawah kekuasaan Firaun.  Kemudian Kerajaan Romawi mengusir kembali orang-orang Yahudi sehingga mereka hidup memencar di banyak wilayah.

Pada waktu Nabi Muhammad hijrah ke kota Madinah, di kota itu sudah ada kampung yang dihuni oleh 3 suku Yahudi, yakni Bani Qainuka, Bani Nadhir dan Bani Khuraizah. Tetapi pusat pemukiman kaum Yahudi di jazirah Arab adalah di kota Khaibar yang terletak sekitar 200 km di Utara kota Madinah. Selain itu di berbagai kota di Jazirah Arab juga terdapat kampung-kampung Yahudi. Kira-kira sama dengan kampung Cina di Indonesia, di setiap kota ada kampung Cina.

Nabi Muhammad pada 622 M,  yang baru saja hijrah dari Mekkah tidak memandang umat Yahudi sebagai musuh Islam. Nabi justru menyerukan kerukunan hidup antar agama dan suku dengan mengajak umat Yahudi dan umat Kristen di kota Madinah saling tolong menolong. Nabi Muhammad berhasil. Seluruh kelompok agama dan etnis  sepakat bersatu dan saling bekerjasama. Kesepakatan itu diwadahi dalam Piagam Madinah yang terkenal.

Beberapa waktu  kehidupan pemeluk antar agama yang damai  dan saling tolong menolong. Tetapi tetapi satu per satu kelompok Yahudi berkhianat, karena merasa kedudukan mereka lebih tinggi dan lebih kaya. Bani Qainuka melakukan pemberontakan dan Banu Nadhir merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad dengan cara diracun. Begitu pula, Bani Khuraizah berkhianat dengan ikut memerangi pasukan Islam dalam Perang Khandak.

Pengkhianatan suku-suku Yahudi itu diselesaikan Nabi kasus per kasus.  Karena yang berkhianat dalam satuan kelompok suku,  maka hukuman yang dijatuhkan hanya untuk suku yang bersangkutan saja. Bukannya seluruh umat Yahudi di Madinah. Namun pada akhirnya Nabi Muhammad bertekad untuk menghentikan konflik dengan umat Yahudi. Caranya adalah menaklukkan mereka yang bermukim di jarizirah Arab secara keseluruhan.

Pada 629 M, Nabi Muhammad memimpin  pasukan Islam untuk menyerbu kota Khaibar, pusat permukiman Yahudi terbesar di Jazirah Arab. Pasukan Yahudi di Khaibar kalah dan menyerah. Mereka membuat pernyataan tunduk kepada Nabi Muhammad. Mereka bersedia membayar jizyah dan menyerahkan sebagian hasil pertanian mereka ke Madinah.

Setelah itu, Nabi Muhammad menyurati para pimpinan Yahudi di seluruh kota  yang ada permukiman Yahudi. Nabi menawarkan kepada mereka untuk tunduk kepada  Islam sebagaimana yang dilakukan umat Yahudi di Khaibar, atau berperang melawan pasukan Islam. Seluruh umat Yahudi di Jazirah Arab menyerah dan menyatakan tunduk kepada Nabi Muhammad.

Setelah itu, umat Islam dan Yahudi hidup berdampingan secara damai. Tidak pernah ada lagi perang antara Islam dan Yahudi, meskipun khalifah Islam telah berpuluh kali berganti. Mereka mendapat status sebagai ahlu dzimmi, warga negara yang berada di bawah perlindungan Islam.

Umat Yahudi menikmati kebebasan berkarya dan tumbuh menjadi kelompok kelas menengah di setiap kerajaan Islam. Hal itu terjadi karena komunitas Yahudi adalah pekerja keras dan ahli di berbagai bidang. Mereka menjadi dokter, birokrat, bankir,  wirausaha di berbagai jenis usaha, dan sebagainya.  Bahkan salah seorang sekretaris setia Sultan Saladin adalah orang Yahudi.

Umat Islam dan Yahudi bahkan senasib dan sepenanggungan pada saat pasukan Islam mengalami kekalahan.  Mereka menjadi sasaran pembantaian pasukan Kristen dalam perang salib, sewaktu menduduki kota Yerusalam pada 1098 M. Umat Islam dan Yahudi sama-sama berangkat meninggalkan Spanyol, sewaktu kerajaan Islam terakhir ditundukkan pasukan Kristen, dan menolak pindah agama. Mereka sama-sama meninggalkan Spanyol, berlayar menuju kerajaan Islam yang masih berjaya di Timur Tengah.

Persahabatan Islam dan Yahudi  berakhir dimulai dengan munculnya gerakan Zionisme pada awal abad 20. Paham dan gerakan Zionisme ini memperjuangan terbentuknya Negara Yahudi di tanah leluhur mereka di Palestina. Bangsa Yahudi memandang mereka berhak atas Palestina, karena dari kawasan itulah nenek moyang mereka berasal. Sedangkan bangsa Arab Palestina juga mengklaim bahwa kawasan itu miliki mereka, karena sudah ditempati nenek moyang mereka pula selama berabad-abad.

Maka persahabatan Islam dan Yahudi benar-betul berakhir setelah terjadi Perang pada 1948.  Persahabatan selama 1300 tahun antara kedua agama dan bangsa akhirnya terkoyak-koyak. Sampai hari ini, permusuhan dan perang antara Arab Palestina dengan Israel masih berlangsung. Perlawanan bangsa Arab Palestina melawan Israel diambil alih oleh kelompok Hamas yang radikal menggantikan kelompok al-Fatah (PLO) yang dipandang moderat. Permusuhan antara Arab Palestina dengan Israel akan terus berlanjut entah sampai kapan. Mungkin sampai datangnya hari kiamat.

Sekian dulu, Salam

M. Jaya Nasti

Ide penulisan setelah membaca sejumlah buku Sejarah Islam, antara lain :

Karen Amstrong, “Islam, A Short History”

Karen Amstrong, “Sejarah Muhammad”

Muhammad Haekal “Sejarah Hidup Muhammad”.

Tamim Anshary “Dari Puncak Bagdad, Sejarah Dunia Versi Islam”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun