Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Berani Menantang Ahok dalam Kebersihan Harta Kekayaan?  

18 April 2016   10:13 Diperbarui: 18 April 2016   10:31 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Saat ini Basuki Tjahaja Purnama  atau Ahok sedang bertarung hidup atau mati melawan BPK dalam kasus pembelian tanah milik RS Sumber Waras. JIka Ahok yang kalah maka berakhirlah karirnya dan dia masuk bui. Meskipun ia tidak menikmati uang  korupsi itu,  Ahok akan dinyatakan melakukan korupsi karena melakukan pembelian tanah RS Sumber Waras  yang harganya  dinilai kemahalan. Ia mungkin terkena pasal memperkaya  orang atau pihak lain yang menyebabkan timbulnya kerugian Negara.

Bukan Ahok namanya  jika ia tidak melakukan perlawanan.  Maka terjadilah pertarungan antara Ahok dan BPK sebagai lembaga tinggi audit  Negara. Jika BPK kalah melawan Ahok,  maka kredibilitas BPK juga akan hancur. Lembaga audit Negara itu reputasinya akan rusak, tidak lagi dipercayai publik.  Inilah pertarungan “head to head” yang luar biasa dan baru pertama kali dalam sejarah Indonesia.

Selama ini  sudah banyak yang menilai audit BPK tidak benar, subjektif  dan melenceng. Istilah yang digunakan Ahok  ngaco. Ada pemprov yang mendapatkan penilaian WTP,  tetapi gubernurnya terlibat kasus korupsi dan ditangkap KPK. Misalnya Gubernur Sumut yang sekarang masih dalam proses persidangan di Tipikor.

Dari kasus Sumut itu siapa  yang mau percaya bahwa penilaian WTP  dari BPK itu benar-benar murni dan obyektif, bukannya karena dibayar?  Sekarang setiap provinsi  dan Kabupaten berlomba-lomba untuk mendapatkan penilaian WTP.  Para gubernur, bupati dan walikota mungkin sudah tahu dengan siapa harus berurusan, meskipun korupsi dana APBDnya besar.  Karena harus membayarnya,  tentu semakin besar korupsi dana APBD-nya semakin tinggi pula bayarannya kepada para audit dan pimpinan BPK.

***

Sekarang ini para pihak pembenci Ahok dan para peminat kursi gubernur DKI 2017 telah menjadikanya sebagai musuh bersama. Mereka bersatu suara, yang penting Ahok harus dikalahkan. Yang penting Ahok harus dipasangi jaket oranye KPK tanda bahwa ia ditetapkan sebagai tersangka korupsi dan ditahan.

Akan tetapi Ahok punya rumus sendiri tentang pejabat yang berhak bicara tentang korupsi. Pejabat itu harus bersedia melaporkan kekayaannya kepada BPHN, dan bersedia untuk dilakukan ‘cross check’  dari mana kekayaan itu didapatkannya. Mereka harus transparan.  Buka kulit tampak isi.

Bagi Ahok hal-hal itu bukanlah masalah karena posisi  harta kekayaannya terbuka dan bisa dilacak oleh khalayak setiap waktu melalui  akunnya di website. Karenanya ia berani menantang pejabat untuk buka-bukaan tentang kekayaannya.

Ternyata sampai sekarang tidak ada pejabat  atau tokoh yang anti Ahok yang berani menantang Ahok dalam urusan kebersihan hartanya. Soalnya siapa sih pejabat atau tokoh penantang Ahok dalam Pilgub 2017,  yang hartanya bersih dan tidak terkait korupsi?

Sandiaga Uno saja yang tampangnya jujur dan  santun ternyata namanya ada  dalam Panama Papers, yaitu  daftar orang-orang yang mendirikan perusahaan off shore di Panama atau British Virgin sland yang bebas pajak.  Niat pendirian perusahaan itu tentu terkait dengan pengemplangan pajak di negeri sendiri.

***

Harry Azhar Aziz (HAA), Ketua KPK  berusaha  menyenggol Ahok dengan keras dalam perkara pembelian tanah RS Sumber Waras. Tapi ternyata namanya juga masuk dalam Panama Papers. Jadi pastilah ia juga punya perbuatan tidak baik. Selaku pejabat  Negara yang mendapatkan penghasilan dari gaji dan tunjangan yang bisa dihitung, HAA  tentu akan blepotan untuk menjelaskan asal-usul kekayaannya yang sangat besar. Soalnya untuk bisa mendirikan perusahaan off shore di luar negeri tentulah hanya bisa dilakoni oleh orang-orang yang kaya sekali.  Mungkin karena merasa tidak aman, HAA menyelundupkan sebagian kekayaannya  ke luar negeri.

Apalagi ia terbukti berkali-berkali berbohong. Pertama ia mengatakan tidak benar dia punya perusahaan off shore itu, tetapi kemudian  mengakuinya. Kedua ia mengatakan perusaaan itu didirikan atas permintaan anaknya yang kawin dengan orang Chili. Tetapi perusahaan itu ternyata didirikan 4 tahun sebelum anaknya menikah dengan si orang Chili itu. Ketiga, pernyataan HAA bahwa perusahaannya itu tidak aktif mengindikasikan adanya motif tersembunyi  "perbuatan jahat"  berupa pengemplangan pajak.

Akibat melakukan kebohongan publik itu kredibilitas HAA hancur. Ia telah diminta oleh sejumlah anggota DPR untuk mundur.  Bahkan ada petisi yang juga menuntut HAA mundur dari jabatannya selaku Ketua BPK. Tapi ia tidak punya rasa malu. Ia akan bertahan terus menjadi Ketua BPK, lembaga tinggi Negara bidang audit.

***

Yang menyedihkan dari para pembenci  Ahok  yang banyak itu, hampir semuanya pemeluk agama mayoritas (Islam)  dan berasal dari etnis mayoritas pula (pribumi).  Mereka seharusnya malu, karena malu menurut ajaran Islam adalah indikator dari keimanan,   “al-haya’u minal iman”.  Maka seharusnya ada yang berani menantang Ahok, ayo kita buka-bukaan. Aku juga kaya tanpa harus korupsi. Tapi sejauh ini belum ada yang berani.

HAA harusnya berani menantang Ahok untuk membuktikan dirinya bersih dari korupsi.  Sewaktu masih mahasiswa  ia pernah menjadi Ketum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam. Tetapi setelah menjadi pejabat Negara, ternyata ia semakin serakah dan semakin lupa diri. Pada hal  seharusnya ia semakin tua semakin beriman.

Sekian dan Salam

M. Jaya Nasti

 

Sumber antara lain :

http://www.kompasiana.com/warakatumba/sheng-yue-milik-ketua-bpk-bodong-indikasi-jual-beli-audit_5711d52a7793735007f03983

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun