Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mewaspadai ISIS Indonesia : Ormas Berpaham Khilafah dan Takfiri

19 Januari 2016   08:56 Diperbarui: 19 Januari 2016   09:12 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bom meledak di depan Starbucks Coffee Sarinah, warung kopi modern Amerika. Delapan orang tewas, termasuk pelaku pemboman. Analisis intelijen menyimpulkan perbuatan itu dilakukan oleh pendukung ISIS (Islamic State Irak and Syria). Untunglah jumlah korban terbilang kecil, tidak seperti Bom Bali I yang menewaskan ratusan orang.

Maka kita, sebagai warganegara harus mewaspadai orang-orang di sekitar kita yang menjadi pengikut ormas-ormas pendukung ISIS. Mereka ditandai dari ucapan-ucapan mereka yang suka mengkafirkan Pemerintah dan sesama muslim yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka selalu berbicara tentang perlunya umat Islam mendirikan kekhalifahan Islam,  negara yang berbentuk kekhalifahan dan berazaskan syariat Islam yang murni, sebagaimana dijalankan di zaman Rasulullah. Bahkan lebih jauh lagi, kekhalifahan yang mereka cita-citakan bersifat internasional, lintas Negara.

Sekarang kekhalifahan Islam internasional itu sudah dimulai dengan ISIS, dengan menjadikan Irak dan Syria sebagai basis awal kekhalifahan Islam yang hendak mereka bangun.  Mereka sudah mengangkat seorang khalifah yang bernama Abu Bakar Al-Baghdadi. Meskipun ada analisis intelijen yang melaporkan bahwa  al-Baghdadi sebenarnya adalah intel Yahudi yang berhasil disusupkan oleh Israel. Itu pula sebabnya, ISIS tidak pernah menyerang Israel.

Paham khilafah merujuk kepada kejayaan Islam yang pernah menguasai wilayah dari ujung Barat Afrika Utara sampai ujung Timur India pada abad ke 8-12 Masehi. Pada masa itu ada khalifah agung (khalifah dari Bani Ummayah dan Abbasiyah) dan ratusan amir serta penguasa lokal yang bernaung di bawah khalifah agung tersebut.

Namun mereka menutup mata bahwa khalifah agung itu sebenarnya jahat dan melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap lawan politiknya. Itulah yang dilakukan khalifah kedua Bani Ummayah terhadap Husein Bin Ali bin Abi Thalib. Begitu pula yang dilakukan  khalifah awal Bani Abbasiyah yang membunuh hampir seluruh keluarga Bani Ummayah.

Paham kekhilafahan Islam pertama kali diperkenalkan oleh organisasi Ikhawanul Muslimin (IM) di Mesir sejak 1920-an. Pendirinya adalah Hasan al-Bana  dan ideologinya dikembangkan oleh Said Qutub. Sekarang IM telah menjadi gerakan politik yang tersebar di puluhan Negara berpenduduk mayoritas Islam. Jika IM di setiap Negara berhasil menegakkan kekhalifahan Islam, maka mereka akan menggabungkannya menjadi kekhalifahan Islam lintas negara.   

IM dituduh terlibat dalam pembunuhan Presiden Mesir Anwar Saddat pada 1980-an. Hampir saja IM berkuasa di Aljazair karena menang pemilu, tetapi kemenangannya tidak diakui militer. Setelah Presiden Husni Mubarak jatuh di Mesir, IM sempat memenangkan pemilu dan menguasai pemerintahan. Kembali pihak militer melakukan kudeta dan menjatuhkan presiden Mursi dari IM.

Di Indonesia, organisasi IM bermetamorfosis menjadi ormas dan partai islam tanpa menggunakan nama IM. Ormas-ormas ini menjadi pendukung gerakan yang dilakukan ISIS. Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As'ad Said Ali menyebutkan, organisasi yang menyatakan dukungan terhadap ISIS adalah Jamaah Ansorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba'asyir, kelompok Maman Abdurahman, kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso, kelompok Al Mujahirun. Sedangkan ormas Islam Hizbut Tahrir diketahui juga memperjuangkan kekhilafahan Islam.

Parpol Islam yang diduga juga menganut paham khilafah adalah PKS. H. Hilmi Aminuddin, mantan Ketua Suriah PKS dan Salim Assegaf, mantan Menteri Sosial dari PKS adalah pendiri IM di Indonesia sebelum mereka menjadi tokoh PKS.

Pada saat ISIS membentuk negara dengan Irak dan Suriah sebagai basis  wilayah kekhalifahannya,  IM dan segenap ormas Islam dan partai Islam sealiran mendukungnya secara diam-diam. Begitu pula pada saat pengikut ISIS melakukan pemboman di jalanThamrin, mereka diam dan tidak mengutuknya. Selain itu ada ratusan WNI, yang sebenarnya adalah anggota dari ormas-ormas Islam pengikut paham khilafah, berada di Suriah ikut berperang bersama ISIS.

Sedangkan ajaran takfiri  dianut oleh ormas-ormas Islam beraliran garis keras yang dipengaruhi oleh ajaran Wahabi yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab di Jazirah Arab pada abad ke 19. Abdul Wahab bersekutu dengan Ibnu Saud untuk memerangi Turki Ustmani yang menguasai jazirah Arab pada waktu itu.

Mereka berhasil mengalahkan Turki Ustmani dan berdirilah Kerajaan Arab Saudi. Oleh sebab itu, Wahabi menjadi mazhab yang dianut Kerajaan Arab Saudi sampai sekarang. Inti ajarannya adalah memurnikan ajaran Islam, sebagaimana yang dijalankan di zaman Nabi Muhammad SAW.  Mereka menilai ajaran Islam yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tradisi lokal  sebagai bid’ah yang harus ditolak dan mereka yang melakukannya sebagai kafir.

Di Indonesia, paham Wahabi sudah ada sejak tahun 1800-an. Bahkan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol bersama pengikutnya yang melancarkan Perang Paderi di Sumatera Barat, adalah penganut paham Wahabi garis keras. Mereka memerangi para tokoh adat yang dipandang tidak melaksanakan ajaran Islam yang mereka anut. Sampai sekarang, ajaran Wahabi masih tumbuh dengan subur, sebagian menjadi sangat radikal, seperti Taliban di Afganistan dan Boko Haram di Nigeria.

Paham takfiri juga dianut oleh ISIS karena sama-sama memperjuangkan syariat Islam yang dijalankan di zaman Nabi Muhammad. Karenanya menjadi susah membedakan ISIS yang memperjuangkan kekhalifahan Islam dan ISIS yang menegakkan syariat Islam yang murni. Penghancuran situs-situs ziarah umat Islam di wilayahnya adalah ISIS yang menjalankan ajaran Wahabi. Tapi ISIS yang hendak mencaplok seluruh Negara Arab adalah ISIS yang hendak menegakkan kekhilafahan.

Meskipun demikian, dalam perkembangannya, sejumlah ormas Islam yang dipengaruhi ajaran Wahabi mulai bersikap moderat. Mereka merasa cocok dan menerima ajaran keimanan Wahabi tetapi dengan interpretasi baru. Mereka mentolerir adanya perbedaan pelaksanaan syariat di kalangan ormas Islam. Yang paling penting ormas Islam itu membuang ajaran takfiri dan mengembangkan inklusifme dalam beragama. Di antara ormas Islam yang menganut paham Wahabi moderat dan inklusif itu adalah Muhammadiyah dan Persis.

Akhirnya kita perlu bersyukur karena ormas Islam radikal dan garis keras belum membesar. Selain itu Indonesia mempunyai ormas NU dan MUhammadiyah yang menganut paham berbeda namun menempuh jalan moderat dan inklusif serta menerima perbedaan.

Namun Pemerintah perlu mewaspadai ormas dan parpol Islam yang masih menyimpan dan memelihara agenda khilafah dan ajaran takfiri. Mereka menyimpannya karena masih belum kuat secara politis  dan militer serta masih kalah dalam jumlah pengikut.

Dikhawatirkan jika mereka berhasil  memenangkan pemilu, maka  mereka akan masuk pada agenda berikutnya dalam mendirikan kekhalifahan Islam. Mungkin saja mereka akan menciptakan  suasana permusuhan antara sesama umat Islam. Mungkin pula mereka akan menciptakan suasana kacau dengan cara membunuh orang asing, dan memusuhi kepala daerah yang tidak beragama Islam. Jadi Pemerintah dan rakyat Indonesia yang cinta damai harus selalu waspada.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun