Mereka berhasil mengalahkan Turki Ustmani dan berdirilah Kerajaan Arab Saudi. Oleh sebab itu, Wahabi menjadi mazhab yang dianut Kerajaan Arab Saudi sampai sekarang. Inti ajarannya adalah memurnikan ajaran Islam, sebagaimana yang dijalankan di zaman Nabi Muhammad SAW. Mereka menilai ajaran Islam yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tradisi lokal  sebagai bid’ah yang harus ditolak dan mereka yang melakukannya sebagai kafir.
Di Indonesia, paham Wahabi sudah ada sejak tahun 1800-an. Bahkan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol bersama pengikutnya yang melancarkan Perang Paderi di Sumatera Barat, adalah penganut paham Wahabi garis keras. Mereka memerangi para tokoh adat yang dipandang tidak melaksanakan ajaran Islam yang mereka anut. Sampai sekarang, ajaran Wahabi masih tumbuh dengan subur, sebagian menjadi sangat radikal, seperti Taliban di Afganistan dan Boko Haram di Nigeria.
Paham takfiri juga dianut oleh ISIS karena sama-sama memperjuangkan syariat Islam yang dijalankan di zaman Nabi Muhammad. Karenanya menjadi susah membedakan ISIS yang memperjuangkan kekhalifahan Islam dan ISIS yang menegakkan syariat Islam yang murni. Penghancuran situs-situs ziarah umat Islam di wilayahnya adalah ISIS yang menjalankan ajaran Wahabi. Tapi ISIS yang hendak mencaplok seluruh Negara Arab adalah ISIS yang hendak menegakkan kekhilafahan.
Meskipun demikian, dalam perkembangannya, sejumlah ormas Islam yang dipengaruhi ajaran Wahabi mulai bersikap moderat. Mereka merasa cocok dan menerima ajaran keimanan Wahabi tetapi dengan interpretasi baru. Mereka mentolerir adanya perbedaan pelaksanaan syariat di kalangan ormas Islam. Yang paling penting ormas Islam itu membuang ajaran takfiri dan mengembangkan inklusifme dalam beragama. Di antara ormas Islam yang menganut paham Wahabi moderat dan inklusif itu adalah Muhammadiyah dan Persis.
Akhirnya kita perlu bersyukur karena ormas Islam radikal dan garis keras belum membesar. Selain itu Indonesia mempunyai ormas NU dan MUhammadiyah yang menganut paham berbeda namun menempuh jalan moderat dan inklusif serta menerima perbedaan.
Namun Pemerintah perlu mewaspadai ormas dan parpol Islam yang masih menyimpan dan memelihara agenda khilafah dan ajaran takfiri. Mereka menyimpannya karena masih belum kuat secara politis  dan militer serta masih kalah dalam jumlah pengikut.
Dikhawatirkan jika mereka berhasil  memenangkan pemilu, maka mereka akan masuk pada agenda berikutnya dalam mendirikan kekhalifahan Islam. Mungkin saja mereka akan menciptakan suasana permusuhan antara sesama umat Islam. Mungkin pula mereka akan menciptakan suasana kacau dengan cara membunuh orang asing, dan memusuhi kepala daerah yang tidak beragama Islam. Jadi Pemerintah dan rakyat Indonesia yang cinta damai harus selalu waspada.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H