Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus "Papa Minta Saham", Logika Terbalik-balik (2)

9 Desember 2015   11:58 Diperbarui: 9 Desember 2015   13:26 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepretan RR menyebabkan SS kepepet dan merasa belangnya sudah terendus oleh Presiden Jokowi, bahwa ia mempunyai kepentingan bersama dengan gengnya. Ia khawatir akan terkena reshuffle kabinet angkatan kedua.

Maka logika yang dipakai SS adalah lebih baik meledakkan kasus SN agar ia dianggap pahlawan anti korupsi dan penyelamat kekayaan Negara, sehingga tidak jadi  terkena reshuffle. SS berjuang untuk tidak terkena reshuffle agar skenario penguasaan proyek-proyek di sektor energy yang sudah dirancang bersama JK dan RS masih bisa dilanjutkan.

Kelima, logika Maroef Syamsuddin (MS), selaku Presdir PFI. Ia tampil dengan logika seorang professional pada perusahaan asing yang bercokol dan ingin mengangkangi terus sumberdaya alam Indonesia. Ia berjuang agar PFI dapat terus beroperasi minimal 20 tahun lagi. Maka dalam keterangannya di MKD, MS menyebutkan sejumlah situasi gawat yang akan dihadapi Indonesia jika kontrak tidak diperpanjang. Akan terjadi perang antar suku Papua di Freeport, terjadi kerusakan lingkungan yang semakin parah, serta hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat bisa terganggu.

Akan tetapi MS tidak menyebutkan kerugian yang dialami Freeport Internasional jika usaha pertambangannya di Indonesia tutup karena tidak diperpanjang. Jadi seakan-akan hanya kerugian akan dialami pihak Indonesia saja. Sedangkan pihak Freeport tidak akan mengalami masalah apapun. Itulah logika yang dikemukakan MS selaku professional dari perusahaan asing.

Keenam, logika Jusuf Kalla (JK) selaku Wapres. Dalam kasus “Papa Minta Saham” ia akhirnya memilih menjadi pembela dan pedukung utama SS dengan menghantam SN. Logika yang digunakan oleh JK adalah logika komandan geng yang pasti membela anak buahnya. Karenanya JK berjuang agar SS memenangkan pertarungan melawan SN di MKD dan tidak tergusur dari kabinet kerja.

Ketujuh, logika Presiden Jokowi. Ia terkesan sangat terlambat dalam memberikan respon. Responnya adalah marah besar.  Ia mengatakan sangat marah karena tidak mau kewibawaan Negara direndahkan oleh perbuatan tidak terpuji dengan mencatut namanya untuk meminta saham kepada Freeport.

Pada hal marah itu sebenarnya merupakan salah langkah strategis untuk menjatuhkan SN dan komplotannya, khususnya RC, selaku raja mafia Indonesia. Setelah berlagak pilon selama empat bulan, Jokowi baru marah setelah MKD mulai tidak netral, lebih condong kepada SN. Bagaimana mungkin persidangan MKD untuk SN menjadi tertutup, dan ada laporan bahwa hakim MKD yang berpihak kepada SN sudah lebih dari separo.

Presiden Jokowi akan melihat respon dari MKD dan juga para petinggi KMP yang menjadi pendukung utama SN. Sampai hari ini, para petinggi KMP pendukung SN masih diam, belum tahu apa yang harus dilakukan setelah Jokowi marah. Karena Presiden Jokowi sudah marah, maka para petinggi KMP harus memutuskan mau terus membela SN. Jika masih mendukung SN maka resikonya akan terjadi pertarungan politik yang lebih besar, KPM vs KIH. Cara lain adalah menyerah dengan membiarkannya masuk kotak.  

Pada sisi lain, Presiden Jokowi sudah menyiapkan manuver lain. Ia sepertinya akan memerintahkan Kejagung dan Polri untuk maju membawa kasus “Papa Minta Saham” sebagai kasus hukum, yaitu dengan sangkaan kepada SN dan RC permufakatan jahat untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.

Pertarungan atau pertandingan sepak bola “Papa Minta Saham” istrirahat selama 15 menit. Kita akan menyaksikan pertarungan babak kedua yang mungkin lebih dahsyat dalam beberapa hari kedepan.®

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun