Setelah melalukan perenungan beberapa hari, saya menyimpulkan pada dasarya Menteri ESDM Sudirman Said (SS) adalah orang baik. Ia adalah orang yang bekerja secara professional, berkinerja hebat dan memiliki keberanian dalam bertindak.
Bahkan Presiden Jokowi mendukung penuh kebijakan yang dibuat SS membentuk Komite yang bertugas melacak praktek mafia migas. Komite yang diketuai Faisal Basri itu diberi waktu 6 bulan, dan sudah memberikan laporan dan rekomendasi kepada Pemerintah.
Sebelum kasus yang menghebohkan sekarang dengan DPR, SS sudah membubarkan Petral, dan dilanjutkan dengan audit forensic, sesuai rekomendasi yang dibuat Faisal Basri dan timnya. Pembubaran Petral bukan urusan mudah. Meskipun juga sama-sama meyakini Petral adalah sarang mafia migas, Dahlan Iskan, Menteri BUMN era SBY tidak mampu membubarkannya. Bahkan SS berani menyindir SBY sebagai backing Petral, sehingga menimbulkan kemarahan baik SBY maupun para petinggi Partai Demokrat.
Sewaktu menjadi Dirut PT. Pindad, SS juga memperlihatkan kinerja yang hebat. Meskipun masa tugasnya sangat singkat, karena keburu diangkat menjadi Menteri ESDM, SS langsung melakukan beragam inovasi untuk perusahaan yang memiliki sekitar 3000-an karyawan. Inovasi yang ia lakukan antara lain menjalin kerjasama dengan dengan pebisnis senjata internasional. Hal ini ia lakukan sebagai upaya untuk mempercepat alih teknologi sekaligus mengadopsi disiplin kerja dan budaya perusahaan asing.
Kerjasama dengan pebisnis senjata internasional ia lakukan dengan meneken memorandum kesepahaman dengan Rheinmetall Denel Munition (RDM) di Pretoria, Afrika Selatan pada pertengahan September 2014. Ia juga sedang menyiapkan pabrik turret (persen-jataan di atas tank) di Bandung bekerjasama dengan Belgia.
SS juga membuktikan dirinya memilki kapabilitas yang mumpuni sewaktu dipercaya menjadi Direktur Pelaksana Steering Committee APEC CEO Summit. SS mendorong APEC CEO Summit untuk menjembatani kepentingan bisnis pemerintah dan swasta. Pertemuan para CEO ini menghasilkan rekomendasi bagi 21 pemimpin ekonomi APEC seperti dalam hal memobilisasi dana dari sektor swasta ke sektor publik. Agenda pertemuan CEO ini juga untuk menggenjot usaha kecil menengah (UKM) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik
Kalau kita flash back lagi kebelakang, SS termasuk manusia Indonesia luar biasa. Ia berlatar belakang anak desa yang sangat miskin, yang dihidupi oleh ibunya yang bekerja secara serabutan sebagai buruh tani, dan selalu dalam kondisi kekurangan. Tapi berkat ketekunan dan otaknya yang cerdas, ia mampu menamatkan pendidikan tinggi S-1 di STAN, dan melanjutkan pendidikan S-2 Master Bidang Administrasi Bisnis dari George Washington University, Washington, DC, Amerika Serikat.di Amerika.
SS tidak minder dengan latar belakang kemiskinan masa kecilnya. Sepulang dari Amerika ia mengepakkan sayapnya lebar-lebar. Lalu ia bersahabat dengan banyak tokoh terkenal. Bersama Erry Riana, Kuntoro Mangkusubroto, Sri Mulyani, Mar’I Muhammad, ia mendirikan Masyarakat Trans-paransi Indonesia (MTI) yang bergerak di bidang pemberantasan korupsi. SS bahkan sempat menjadi ketua MTI.
Pada waktu terjadi gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Nias pada 2005, Kuntoro memboyong SS ke Aceh untuk menjabat sebagai Deputi Kepala Badan Pelaksana Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias. Ia bertugas koordinasikan bantuan bagi Aceh, suatu pekerjaan besar dan berat yang dilakoninya selama dua tahun.
SS ternyata juga dekat dengan kalangan akademisi  Islam modernis. Pada waktu Cak Noer (Noercholis Madjid) meninggal dunia, SS ditunjuk untuk menjadi pejabat sementara Rektor Universitas Paramadina. Jabatan itu lalu diserahkannya kepada Sohibul Iman, sebelum akhirnya dijabat oleh Anies Baswedan sebagai Rektor definitif.
Keahlian professional SS adalah dalam pembenahan organisasi badan usaha skala besar. Keahlian ini membawanya ikut dalam pembenahan badan-badan usaha di bawah TNI. Ia kemudian berkenalan dan akrab dengan petinggi top TNI. Ia menjadi akrab dengan Panglima TNI waktu itu, Jenderal Endriartono Sutarto dan Wamenhan Syafri Syam-suddin.
SS mulai terkontaminasi dengan perilaku mafia migas setelah ia masuk dan menjadi pejabat tinggi di Pertamina. Konon Ia direko-mendasikan masuk Pertamina oleh Jenderal  Endriartono Sutarto yang menjadi komisaris utama di Pertamina. Ari Soemarno menerima SS dan menjadikannya bawahan sekaligus anak didiknya.
Setelah berapa lama, SS diberi jabatan sebagai Wakil Direktur Integrated Supply Chain (ISC) yang bertugas dalam pengadaaan BBM. Pada posisi itulah SS mulai meniru perilaku gurunya yang mengambil komisi yang cukup besar bagi dirinya, dengan membuat perusahaan yang menjadi mitra bagi Pertamina. SS terlibat dalam permainan pengadaan BBM yang tidak transparan bahkan tanpa tender. Jadi lingkungan kerjanya di Pertamina dan pelajaran dari suhunya telah menjadikan SS terkontaminasi, ia tidak tahan godaan.
Meskipun demikian SS tidak menanggalkan bajunya sebagai penggiat anti korupsi yang memperjuangkan transparansi. Bahkan ia mengetahui benar cara-cara membungkus wajahnya yang pernah ikutan sebagai mafia migas sewaktu menjabat di Pertamina dulu. Pembentukan komite anti mafia migas yang diketuai tokoh bersih Faisal Basri membentuk citranya sebagai menteri yang benar-benar akan membongkar habis praktek mafia di sektor ESM.
Pada 2008 Karen Agustiawan diangkat menjadi Dirut Pertamina menggantikan Ari Soemarno. SS ikut terdepak dari posisinya di ISC karena Karen tahu persis kelakuan SS sebagai murid Ari Soemarno. Lalu SS ditampung oleh perusahaan yang juga bergerak di bidang migas. Yaitu PT. Indika Energy, dan ditempatkan sebagai direktur di PT Petrosea, anak perusaaan Grup Indika. Belakangan SS akhirnya mendapatkan posisi sebagai salah satu pimpinan utama di Grup Indika Energy. Â
Tidak lama di Petrosea, nama SS kembali naik ke permukaan. Ia diangkat menjadi Dirut Pindad atas rekomendasi Wamenhan Syafri Syasuddin kepada Menteri BUMN era SBY, Dahlan Iskan. Pada jabatan ini SS bekerja dengan baik dan memperlihatkan kinerja yang mengesankan. Sepertinya SS hendak kembali menjadi orang yang baik dengan kinerja yang hebat.
Akan tetapi tak lama sesudah menjadi Dirut Pindad, terjadi peralihan kekuasaan dari SBY ke Presiden Jokowi. Pada waktu penyusunan Kabinet Kerja pada Oktober 2014, Rini Soemarno selaku ketua tim transisi, dan abangnya Ari Soemarno dengan didukung oleh Wapres JK, memasukkan SS sebagai kandidat Menteri ESDM. SS sendiri sebenarnya tidak menyangka namanya masuk menjadi calon Menteri EDSM. Bahkan sampai satu jam sebelum dilantik ia masih ragu apakah ia benar-benar diangkat menjadi Menteri ESDM.
Namun yang tidak diketahui SS adalah ia sebenarnya diplot menjadi ESDM-1 untuk suatu kepentingan yang terkait dengan bisnis JK, Ari Soemarno dan adiknya Rini. Kepentingan bisnis itu adalah menguasai berbagai bisnis besar di sektor energi, salah satunya adalah PT. Freeport di Papua. Kebijakan mengenai urusan itu dikendalikan oleh Wapres JK yang berambisi mendapatkan berbagai proyek besar melalui grup perusahaannya, Bukaka dan Bosowa. Demikian pula Rini dan Ari Soemarno sudah melihat peluang bisnis yang besar di sektor energy yang bisa digarap melalui sejumlah perusahaannya.
Maka kali ini SS terjebak dan menghadapi dilema buah simalakama. Akan tetapi SS melihat ada kepentingan pribadinya melalui grup Indika Energy yang bisa dimanfaatkan baik di Freeport maupun proyek-proyek energy lain seperti pembangkit listrik 35.000 MW. Maka ia mulai menggarap tugas pertama yang diberikan JK, yaitu mempercepat pelaksanaan perpanjangan kontrak kerjasama Freeport selama 20 tahun lagi. Tugas itu sebenarnya hampir rampung. SS tinggal melakukan penyesuaian sejumlah pasal pada PP untuk memungkinkan percepatan itu dilakukan.
Akan tetapi terjadi perubahan situasi. Presiden Jokowi melakukan reshuffle kabinet. Menko Maritim yang baru langsung mengkempret SS sebagai menteri yang dinilainya keblinger karena hendak melakukan revisi PP hanya untuk kepentingan perusahaan asing. Kepretan Rizal Ramli ternyata didukung oleh Presiden Jokowi.
SS akhirnya merasa belangnya mulai tercium oleh Presiden Jokowi. Ia juga tahu bahwa Presiden Jokowi sedang mengambil diancang-ancang untuk melakukan reshuffle jilid kedua dan besar kemungkinan ia akan terkena pedang reshuffle.
Tapi SS melihat masih ada secercah peluang untuk menyelamatkan dirinya. Ia mendapat laporan dari pimpinan Freeport bahwa Ketua DPR Setya Novanto melakukan pertemuan dengan Pimpinan Freeport dan mencatut nama presiden untuk mendapatkan saham kosong. Maka ia atas restu JK, menggegerkan parlemen dan dunia politik Indonesia dengan melaporkan perbuatan ketua DPR tersebut ke MKD.
Jadi SS pada dasarnya adalah pejabat yang baik dan memiliki kinerja yang hebat. Ia salah satu menteri yang sebenarnya cukup handal. Kalaupun pernah terkontaminasi dengan permainan mafia migas, jumlah dan nilainya masih sendikit dan masih bisa dimaafkan. Karenanya Jokowi sebenarnya dapat meluruskannya untuk kembali menjadi orang baik. Â
Untuk itu, SS harus dijauhkan dari JK dan gengnya yang sangat berambisi menguasai bisnis di sector energy, termasuk PT. Freeport melalui grup-grup perusahaan miliknya. Presiden Jokowi hendaknya dapat membatasi ruang gerak JK, yang meskipun sudah tua tapi masih lincah dan tidak pedulian dengan penilaian buruk publik kepada dirinya.®
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H