Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sudirman Said Sebenarnya Orang Baik, Berkinerja Hebat, Tapi Para Suhunya …

29 November 2015   09:55 Diperbarui: 29 November 2015   19:34 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SS mulai terkontaminasi dengan perilaku mafia migas setelah ia masuk dan menjadi pejabat tinggi di Pertamina. Konon Ia direko-mendasikan masuk Pertamina oleh Jenderal  Endriartono Sutarto yang menjadi komisaris utama di Pertamina. Ari Soemarno menerima SS dan menjadikannya bawahan sekaligus anak didiknya.

Setelah berapa lama, SS diberi jabatan sebagai Wakil Direktur Integrated Supply Chain (ISC) yang bertugas dalam pengadaaan BBM. Pada posisi itulah SS mulai meniru perilaku gurunya yang mengambil komisi yang cukup besar bagi dirinya, dengan membuat perusahaan yang menjadi mitra bagi Pertamina. SS terlibat dalam permainan pengadaan BBM yang tidak transparan bahkan tanpa tender. Jadi lingkungan kerjanya di Pertamina dan pelajaran dari suhunya telah menjadikan SS terkontaminasi, ia tidak tahan godaan.

Meskipun demikian SS tidak menanggalkan bajunya sebagai penggiat anti korupsi yang memperjuangkan transparansi. Bahkan ia mengetahui benar cara-cara membungkus wajahnya yang pernah ikutan sebagai mafia migas sewaktu menjabat di Pertamina dulu. Pembentukan komite anti mafia migas yang diketuai tokoh bersih Faisal Basri membentuk citranya sebagai menteri yang benar-benar akan membongkar habis praktek mafia di sektor ESM.

Pada 2008 Karen Agustiawan diangkat menjadi Dirut Pertamina menggantikan Ari Soemarno. SS ikut terdepak dari posisinya di ISC karena Karen tahu persis kelakuan SS sebagai murid Ari Soemarno. Lalu SS ditampung oleh perusahaan yang juga bergerak di bidang migas. Yaitu PT. Indika Energy, dan ditempatkan sebagai direktur di PT Petrosea, anak perusaaan Grup Indika. Belakangan SS akhirnya mendapatkan posisi sebagai salah satu pimpinan utama di Grup Indika Energy.  

Tidak lama di Petrosea, nama SS kembali naik ke permukaan. Ia diangkat menjadi Dirut Pindad atas rekomendasi Wamenhan Syafri Syasuddin kepada Menteri BUMN era SBY, Dahlan Iskan. Pada jabatan ini SS bekerja dengan baik dan memperlihatkan kinerja yang mengesankan. Sepertinya SS hendak kembali menjadi orang yang baik dengan kinerja yang hebat.

Akan tetapi tak lama sesudah menjadi Dirut Pindad, terjadi peralihan kekuasaan dari SBY ke Presiden Jokowi. Pada waktu penyusunan Kabinet Kerja pada Oktober 2014,  Rini Soemarno selaku ketua tim transisi, dan abangnya Ari Soemarno dengan didukung oleh Wapres JK, memasukkan SS sebagai kandidat Menteri ESDM. SS sendiri sebenarnya tidak menyangka namanya masuk menjadi calon Menteri EDSM. Bahkan sampai satu jam sebelum dilantik ia masih ragu apakah ia benar-benar diangkat menjadi Menteri ESDM.

Namun yang tidak diketahui SS adalah ia sebenarnya diplot menjadi ESDM-1 untuk suatu kepentingan yang terkait dengan bisnis JK, Ari Soemarno dan adiknya Rini. Kepentingan bisnis itu adalah menguasai berbagai bisnis besar di sektor energi, salah satunya adalah PT. Freeport di Papua. Kebijakan mengenai urusan itu dikendalikan oleh Wapres JK yang berambisi mendapatkan berbagai proyek besar melalui grup perusahaannya, Bukaka dan Bosowa. Demikian pula Rini dan Ari Soemarno sudah melihat peluang bisnis yang besar di sektor energy yang bisa digarap melalui sejumlah perusahaannya.

Maka kali ini SS terjebak dan menghadapi dilema buah simalakama. Akan tetapi SS melihat ada kepentingan pribadinya  melalui grup Indika Energy yang bisa dimanfaatkan baik di Freeport maupun proyek-proyek energy lain seperti pembangkit listrik 35.000 MW. Maka ia mulai menggarap tugas pertama yang diberikan JK, yaitu mempercepat pelaksanaan perpanjangan kontrak kerjasama Freeport selama 20 tahun lagi. Tugas itu sebenarnya hampir rampung. SS tinggal melakukan penyesuaian sejumlah pasal pada PP untuk memungkinkan percepatan  itu dilakukan.

Akan tetapi terjadi perubahan situasi. Presiden Jokowi melakukan reshuffle kabinet.  Menko Maritim yang baru langsung mengkempret SS sebagai menteri yang dinilainya keblinger karena hendak melakukan revisi PP hanya untuk kepentingan perusahaan asing. Kepretan Rizal Ramli ternyata didukung oleh Presiden Jokowi.

SS akhirnya merasa belangnya mulai tercium oleh Presiden Jokowi. Ia juga tahu bahwa Presiden Jokowi sedang mengambil diancang-ancang untuk melakukan reshuffle jilid kedua dan besar kemungkinan ia akan terkena pedang reshuffle.

Tapi SS melihat masih ada secercah peluang untuk menyelamatkan dirinya. Ia mendapat laporan dari pimpinan Freeport bahwa Ketua DPR Setya Novanto melakukan pertemuan dengan Pimpinan Freeport dan mencatut nama presiden untuk mendapatkan saham kosong. Maka ia atas restu JK, menggegerkan parlemen dan dunia politik Indonesia dengan melaporkan perbuatan ketua DPR tersebut ke MKD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun