Mohon tunggu...
Mujiburrahman Mujiburrahman
Mujiburrahman Mujiburrahman Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa senang menulis, dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Budaya Musyawarah Fondasi Pembangunan Bangsa

17 Oktober 2015   14:08 Diperbarui: 17 Oktober 2015   14:15 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Musyawarah juga menghasilkan nilai komitmen yang teramat kuat, artinya jika sudah ada kesepakatan, maka akan dipegang teguh dan dijalankan sebagaimana mestinya. Komitmen tersebut juga tergambarkan dalam salah satu pepatah dari Aceh “nyo ka pakat, lampoh jerat ta pegala, nyo hana pakat yang ka meikat putoh dua”. Artinya lebih kurang, jika sudah sepakat tanah kuburan kita gadaikan, jika tidak sepakat yang sudah diikat putus dua. Makna filosofis yang terkandung dalam pepatah tersebut jelas sekali tentang memegang sebuah komitmet yang telah disepakati dalam musyawarah. Selain komitmen, di sini juga menunjukkan kebersamaan dalam menjalankan suatu perkara, berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

Semangat gotong royong akan terlihat di sini, kegotongroyongan sendiri tidak terlepas dari baiknya pengelolalaan nilai-nilai musyawarah dalam suatu masyarakat. Ketika nilai-nilai musyawarah sudah memudar, maka jangan heran nilai kegotongroyongan juga akan terguras oleh sikap apatis dan individual. Lahirnya sikap apatis dan individual merupakan cerminan musyawarah tidak lagi berjalan dengan baik. Sekarang banyak kita lihat nilai kegotongroyongan juga mulai hilang, nilai-nilai kebersamaan ini acap sekali digantikan dengan rupiah oleh sikaya, seakan-akan kebersamaan itu dapat dihargai dengan sejumlah rupiah. Sikap ini sebenarnya dampak dari musyawarah tidak lagi menjadi penting dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga pergeseran nilai kebersamaan sebagai perekat sesama masyarakat hilang.

Nilai-nilai musyawarah harus terus dikedepankan, dan harus menjadi kesadaran kolektif untuk bangsa Indonesia sebagai warisan budaya, kususnya generasi muda. Indonesia akan bisa kita bangun, fisik maupun mentalnya sesuai harapan anak bangsa melalui musyawarah. Tanpa mengedepankan budaya musyawarah, seakan ada pemaksaan kehendak dalam membangun bangsa ini menurut hasrat politik dan golongan tertentu. Musyawarah juga akan sangat efektif dalam menjaga kerukunan bangsa ini yang beragam budaya watak dan karakternya. Musyawarah merupakan sebuah media atau alat untuk pemersatu, satu dalam kebinekaan merah putih untuk menjemput hari esok yang lebih baik. Musyawarahlah yang mempersatukan warna-warni keberagaman budaya bangsa ini menjadi indah, dan mengikat kita dalam satu kibinekaan yang membuat kita kuat dalam satu kesatuan.

Pihak yang memiliki posisi yang strategis di bidang pendidikan hendaknya memperhatikan nilai-nilai musyawarah ini untuk dijadikan tujuan pendidikan sebagai karakter generasi muda yang melanjutkan estafet perjuangan. Di samping itu, pemangku kepentingan saat ini, baik itu di tingkat desa hingga nasional harus bisa mencontohkan budaya musyawarah ini sebagai pilar penting dalam membangun bangsa ini kedepan. Memberi contoh memang mudah, akan tetapi menjadi contoh yang susah. Sehingga ada kesan yang berkembang bahwa bangsa ini sudah krisis tauladan, hal ini memang bisa dilihat bahwa orang gampang dalam hal memberi contoh, akan tetapi sangat susah untuk menjadi contoh.

Melihat persoalan ini, hendaknya nilai-nilai budaya ini terus dapat ditanamkan kepada setiap generasi muda penerus bangsa. Kewajiban ini tidak hanya berada di pundak pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita semua sebagai anak bangsa. Setiap kita dapat memainkan peran sesuai dengan porsi kita masing-masing. Jika tanggung jawab ini hanya diberikan kepada pemerintah semata, rasanya tidak adil. Bukankah membangun bangsa ini memerlukan banyak pemikiran semua pihak,? yang natinya akan kita satukan dalam satu ide dan gagasan besar. Layaknya musyawarah yang mempersatukan perbedaan menjadi kebersamaan. Di mana kebersamaan akan melahirkan persatuan dan kesatuan. Semoga saja upaya untuk menanamkan nilai-nilai musyawarah ini tidak sebagai wacana semata, melainkan dapat diamalkan oleh segala elemen bangsa. Mari kita bulatkan tekad untuk melahirkan perbuatan yang nyata, untuk Indonesia yang lebih baik dan jaya kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun