Telaga tertancap pada muara hatinya, pernah gemuruh menerpa, namun tak sempat hasilkan gelombang, hanya riak di tepiannya.Â
Nun di seberang sana, hatimu bara api, entah sampai kapan ?Â
Ia melupa, engkau gigih mengingat
Ia lapang, hatimu penuh sekat
Tak tahu bagaimana leluasa melepasÂ
Di hatimu penuh bara yang gigih kau ikatÂ
Bagimu, lukamu lebih utama
Kau lupa, kata-katamu bagai bara dalam sekam
Ia pun sama adanya denganmu
Punya hati serapuh adanya hatimuÂ
Jadi, setelah kata-kata tajam penuh bara ditujukan padamu, bukankah perih ?Â
Kau melihat lukamu saja, kau lupa seberapa dalam kata-katamu tajam mencipta luka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H