Mohon tunggu...
Miya Tri Widiastuti
Miya Tri Widiastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Program Studi Sosiologi | Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Suku Osing Terhadap Pembangunan Ekowisata di Banyuwangi Dalam Perspektif Teori Idealistik

26 Juni 2023   09:08 Diperbarui: 7 Juli 2023   09:37 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar Belakang

Ekowisata adalah bentuk perjalanan ke daerah alam dilakukan untuk menjaga lingkungan dan Pelestarian kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Pada awalnya, ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam ingin destinasi wisata tetap utuh dan lestari budaya dan kesejahteraan masyarakat tetap utuh dan terpelihara ekowisata juga menjadi salah satu tujuan. Serta di dalamnya terdapat aspek konservasi, pendidikan, budaya dan ekonomi dapat membantu masyarakat setempat menjadi lebih baik.

Pengaruh suku Osing dalam pengembangan ekowisata di Banyuwangi penting karena pengetahuan tradisional mereka yang unik tentang keanekaragaman hayati, pengelolaan sumber daya alam, dan praktik berkelanjutan. Melibatkan suku Osing dalam pengembangan ekowisata dapat menjamin pelestarian budaya lokal, perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, yang berdampak positif bagi masyarakat setempat. Melalui program desa wisata tersebut kini terdapat potensi wisata khususnya wisata budaya peranan penting dalam pembangunan daerah. Evolusi mendorong manusia untuk mandiri dan mengambil sikap peluang ekonomi pariwisata.

Selain itu, keterlibatan suku Osing juga dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal dalam ekowisata, yang mengarah pada peluang dan pemberdayaan ekonomi yang lebih besar. Dengan memahami peran dan pengaruh suku Osing dalam pengembangan ekowisata di Banyuwangi, pemangku kepentingan dapat merancang kebijakan, program, dan proyek yang lebih melayani kebutuhan dan keinginan suku Osing serta memastikan keberlanjutan budaya, alam, dan ekonomi dalam ekowisata. Hal ini penting dalam merancang strategi pengembangan ekowisata yang berkelanjutan, inklusif, dan menghormati keberagaman budaya serta pengetahuan lokal yang dimiliki oleh suku Osing.

Permasalahan

Budaya lokal suku Osing merupakan salah satu daya tarik terpenting dalam pengembangan ekowisata di Banyuwangi. Budaya mereka menawarkan pengalaman unik dan otentik kepada wisatawan dan merupakan dasar untuk pengembangan berbagai produk dan pengalaman pariwisata. Keberhasilan pengembangan ekowisata Suku Osing sangat tergantung pada kerjasama pemerintah, masyarakat lokal dan industri pariwisata. Sinergi ini diperlukan untuk menjamin keberlanjutan dan kesinambungan pengembangan ekowisata di Banyuwangi. Perlu dilakukan pendekatan yang berkelanjutan dan berkeadilan dalam mengintegrasikan suku Osing dalam pembangunan ekowisata. Hal ini meliputi pemertahanan budaya, perlindungan lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Suku Osing memiliki kekayaan tradisi, pengetahuan lokal, dan komunitas yang kuat, yang semuanya berkontribusi pada pengembangan ekowisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Berdasarkan teori idealistik, suku Osing memberikan pengaruh signifikan dalam pembangunan ekowisata di Banyuwangi. Melalui pemeliharaan tradisi, kesenian, dan praktik budaya mereka, suku Osing berkontribusi dalam menciptakan pengalaman unik bagi wisatawan. Mereka juga berperan dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan lingkungan alam Banyuwangi, serta mempromosikan pendekatan pariwisata yang berkelanjutan. Identitas budaya suku Osing menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. Nilai-nilai idealistik yang dijunjung tinggi oleh suku Osing, seperti kesederhanaan, keharmonisan sosial, dan keberagaman budaya, menciptakan pengalaman yang autentik dan berbeda bagi wisatawan yang mencari pengalaman budaya yang kaya dan berarti.

Dalam pelaksanaan program desa wisata melibatkan penyajian tradisi dan adat istiadat seringkali dilakukan dengan alat dan bahan tertentu yang dapat merusak kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar. Namun, dengan adanya sarana dan prasarana yang belum optimal menyebabkan masyarakat tidak mau berpartisipasi dalam menjaga lingkungannya. Pengabaian terhadap dampak lingkungan ini menimbulkan ketidakseimbangan dalam model pembangunan ekowisata. Padahal, konsep pembangunan menunjukkan bahwa keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan diperlukan untuk mencapai keberlanjutan. Oleh karena itu, terdapat faktor yang mendukung dan menghambat kesuksesan pengembangan ekowisata di masyarakat suku Osing Banyuwangi.

Diantara nya faktor yang mendukung : masyarakat suku Osing memiliki kekayaan budaya dan alam yang unik, seperti tradisi; kesenian; adat istiadat; serta potensi ekowisata seperti hutan; pantai; dan pegunungan. Faktor ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan dan mendukung pengembangan ekowisata yang berkelanjutan, serta adanya kolaborasi antara pemerintah daerah; komunitas suku Osing; pengelola pariwisata; dan pihak-pihak terkait lainnya adalah faktor penting dalam kesuksesan pengembangan ekowisata. Kerjasama yang baik dapat meningkatkan sumber daya, pengelolaan destinasi, dan pemasaran ekowisata.

Sedangkan faktor yang menghambat : kurangnya sumber daya manusia; keuangan; dan teknologi dapat menjadi hambatan dalam pengembangan ekowisata. Hal ini dapat mempengaruhi kapasitas pengelolaan destinasi dan pengembangan produk pariwisata yang berkualitas, serta adanya proses pembangunan ekowisata dapat mengakibatkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat suku Osing. Beberapa aspek tradisional dan nilai-nilai budaya dapat tergerus, yang dapat menimbulkan tantangan dalam mempertahankan identitas dan integrasi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan artikel ini adalah dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang pendekatan idealistik dalam pengembangan ekowisata. Pengetahuan ini dapat menjadi landasan untuk merancang kebijakan dan strategi pengembangan ekowisata yang sesuai dengan nilai-nilai idealistik suku Osing serta memberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai idealistik yang dijunjung tinggi oleh suku Osing. Sehingga harapan kedepannya yaitu dapat meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap keanekaragaman budaya dan alam yang dimiliki oleh suku Osing di Banyuwangi.

Metodologi 

Dalam penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Danim, (2002) mengartikan bahwa kualitatif termasuk konstruktivisme yang beranggapan bahwa realita memiliki dimensi jamak dan interaktif. Dapat pula diartikan sebagai upaya pertukaran pengalaman sosial yang dapat didefinisikan lewat hasil penelitian. Jadi, penelitian kualitatif beranggapan bahwa kebenaran itu bersifat dinamis dan dapat ditemukan melalui kajian terhadap orang melalui interaksi ataupun lewat situasi sosial. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk memahami dan menjelajahi fenomena atau subjek yang diteliti dengan mendalam. Metode ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh wawasan yang kaya dan mendalam tentang kompleksitas dunia nyata, serta memberikan kesempatan untuk mengungkap makna dan konstruksi sosial yang melingkupi fenomena tersebut.

Kajian Pustaka 

  • Saputri, R., & Hartono, D. (2020). Peran Suku Osing dalam Pengembangan Ekowisata di Banyuwangi. Jurnal Kebijakan Pariwisata, 10(2), 143-160. Kajian ini menjelaskan peran suku Osing dalam pengembangan ekowisata di Banyuwangi, meliputi kontribusi mereka dalam melestarikan lingkungan alam, pelestarian budaya, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Penelitian ini juga menganalisis tantangan dan peluang yang dihadapi dalam mengintegrasikan suku Osing dalam pengembangan ekowisata.
  • Pribadi, D., & Siswanto, J. (2020). Peran Suku Osing dalam Pengembangan Ekowisata di Banyuwangi: Perspektif Lokal. Jurnal Penelitian Pariwisata, 25(2), 127-140. Penelitian ini mengeksplorasi peran suku Osing dalam pengembangan ekowisata di Banyuwangi dari sudut pandang masyarakat setempat, termasuk kontribusi mereka dalam pemeliharaan lingkungan, pelestarian budaya, dan partisipasi dalam kegiatan ekowisata.
  • Widodo, A. B. (2018). Potensi Pariwisata Budaya Suku Osing dalam Pengembangan Ekowisata di Banyuwangi. Jurnal Ilmu Pariwisata, 17(2), 105-116. Penelitian ini fokus pada potensi pariwisata budaya suku Osing dan bagaimana potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata di Banyuwangi. Penelitian ini melibatkan pengamatan langsung terhadap kegiatan budaya suku Osing dan persepsi wisatawan terhadapnya.

Kesimpulan                                                                                                    

Perubahan sosial yang terjadi juga melibatkan perubahan budaya suku Osing. Pengaruh ekowisata telah mempengaruhi praktik tradisional, norma, dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat suku Osing. Ada proses adaptasi dan penyesuaian terhadap tuntutan dan harapan dari industri pariwisata. Partisipasi mereka dalam sektor pariwisata telah membuka peluang baru untuk ekonomi lokal, peningkatan pendapatan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain perubahan internal dalam komunitas suku Osing, pengaruh ekowisata juga berdampak pada interaksi sosial antara suku Osing dengan masyarakat luas. Ini dapat melibatkan peningkatan interaksi budaya, pemahaman lintas budaya, dan toleransi antara suku Osing dan wisatawan dari latar belakang budaya yang berbeda.

Yang dijelaskan kepala Desa Kemiren, yaitu ditunjukkan pada pembangunan suatu wilayah didukung dengan perkembangan dan pelestarian akan kebudayaan warga suku Osing. Mereka bekerja sama untuk mencapai keberlanjutan sosial budaya melestarikan pengetahuan yang ada. Namun, dimensi Lingkungan tidak berjalan dengan baik. tetapi dinyatakan selesai atau Terus dipantau oleh Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif.

Pembangunan ekowisata yang melibatkan suku Osing juga memberikan dampak sosial yang positif. Masyarakat setempat terlibat secara aktif dalam kegiatan ekowisata, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu, interaksi antara suku Osing dan wisatawan membuka peluang dialog budaya, saling pengertian, dan pemahaman yang memperkaya kedua belah pihak. Secara keseluruhan, penulisan ini memberikan bukti bahwa pengaruh suku Osing terhadap pembangunan ekowisata di Banyuwangi sangat signifikan. Dalam perspektif perubahan sosial dan dengan pendekatan teori idealistik, penulisan ini menyoroti pentingnya melibatkan masyarakat lokal, menghormati budaya, dan menjaga kelestarian lingkungan dalam proses pembangunan ekowisata. Dengan demikian, penulisan ini memberikan kontribusi yang berarti bagi pemahaman tentang perubahan sosial dan pembangunan ekowisata yang berkelanjutan di konteks lokal.

Rekomendasi

Berdasarkan temuan penulisan, direkomendasikan untuk aspek keterlibatan suku Osing secara aktif dalam perencanaan dan pengelolaan ekowisata di Banyuwangi. Pemberdayaan lokal harus ditingkatkan, dan pendekatan pariwisata yang berkelanjutan harus diterapkan dengan mempertimbangkan nilai-nilai idealistik suku Osing dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian budaya serta lingkungan. Dan juga partisipasi lintas sektor untuk mencapai pembangunan ekowisata yang berkelanjutan.

Daftar Pustaka 

Wahyudiono, Andhika., dan Dimas Imaniar. (2021). Dampak Pariwisata Terhadap Aspek Sosial Budaya Masyarakat Desa Adat Kemiren di Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Representamen, 7(1), 30-40.

Maylinda, Eka. (2021). Pembangunan Pariwisata Berkelanjuran Berbasis Kearifan Lokal di Desa Adat Osing Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. 1-14. Diakses 17 Juni 2023, dari Fakultas Politik Pemerintahan, Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Fanani, A. (2021). Kemiren Banyuwangi Raih Prestasi dalam Desa Wisata Budaya Award 2021. Detiknews. Diakses dari https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5709188/kemiren-banyuwangi-raih-prestasi-dalam-desa-wisata-budaya-award-2021 pada 15 Juni 2023.

Wijoto, R. (2019) Kemiren Raih Penghargaan Desa Wisata Terbaik Nusantara.beritajatim.com. Diakses dari https://beritajatim.com/gaya-hidup/kemiren-raih-penghargaan-desa-wisata-terbaik-nusantara/ pada 15 Juni 2023.

KemenparekrafRI. (2021). Membangun ekosistem desa wisata bersama komunitas. https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Membangun-Ekosistem-Desa-Wisata-Bersama-Komunitas diakses pada 15 Juni 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun