"Sekarang turun dan istirahatlah."
"Iya." Aku membuka pintu lalu melompat turun dari jeep hijau tua Thariq, kemudian menutup kembali pintunya.
"Orang-orang dari butik, akan mengantarkan gaun pengantinmu sekitar jam sembilan pagi. Aku harap aku bisa melihatmu mencobanya," ucapnya tulus.
Aku tersenyum. Calon suamiku yang tampan dan baik hati. Ya Allah, terimakasih atas anugerahmu.
"Kamu akan melihatnya lusa."
"Kamu pasti cantik." Dia berkata sembari menstarter mobilnya.
Aku tertawa. "Itu berarti kamu tidak salah memilih calon isteri," godaku.
Thariq terdiam sejenak, dia kemudian menoleh untuk menatapku lembut. "Tentu saja. Aku tidak salah memilihmu."
Aku tertunduk malu. Ya Allah. Aku meleleh.
"Aku pergi dulu," pamitnya.
"Iya, hati-hati." Aku mengangguk. "Kalau kamu sudah sampai, jangan lupa untuk menelpon atau mengirimkan pesan padaku."