Mohon tunggu...
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto
Pramitha Wahyuninggalih Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang pengangguran yg suka corat-coret

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Edelwais Bukti Cintaku

25 Februari 2012   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya gelap yang terlihat oleh Gendis, dia histeris menyebut nama Gege berkali-kali sampai membangunkan seluruh penghuni rumah yang sedang terlelap.

"Gendis bangun nak! kamu kenapa? Gendis sadar sayang, Gendis bangun" Yoga terus mengguncang-guncang tubuh Gendis yang makin melemah.

"Gendis ketemu Gege, Mas. Gege memberitahu Gendis jalan yang harus kita lalui untuk menemukan Gege. Gendis harus mendaki ke puncak Merbabu Mas! Besok pagi" Kata Gendis menceritakan apa yang ia alami tadi.

"Oke besok Mas Yoga dan teman-teman dampingi Gendis mendaki ya, sekarang Gendis istirahat agar besok ada tenaga untuk mendaki" Ucap kakak tersayangnya sambil mencium kening Gendis.

Pagi beranjak menuju siang, matahari bergulir diatas kepala Gendis dan kelompoknya. Pendakian itu belum menunjukan hasil apapun, semangat Gendis belum juga surut. Meski nafas tersenggal-senggal dia tetap meneruskan pendakiannya. Kini dia berdiri di padang Edelweis, dia mencari bunga Dandelion yang dimaksud Gege.

"Itu bunga Dandelionnya!" Gendis berteriak sambil menunjuk Dandelion yang beterbangan terbawa angin.

Dia berlari mengikuti arah Dandelion diikuti Yoga dan teman-temannya. Sekitar satu jam menuruni jalan setapak mereka menemukan sebongkah batu besar yang merupakan petunjuk dari Gege. Tidak butuh waktu lama untuk mereka menemukan tubuh Gege yang makin melemah, Yoga mencoba memeriksa keadaan Gege. Nadinya masih berdenyut, jantungnya berdetak pelan, Gege masih bernafas! Dia masih hidup.

Seminggu kemudian di kamar 169 Rumah Sakit Dr. Soemarno, Gege mulai sadar dari komanya. Tangannya menggenggam jemari lembut wanita yang selama beberapa hari ini setia menjaganya. Tangis bahagia memenuhi ruangan sempit itu, Gendis sujud syukur dan tak berhenti mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah mengembalikan kekasih hatinya. Ribuan kata maaf pun terucap dari bibir keluarga Gege, mereka menyesal menuduh Gendis sekejam itu.

Sekarang mereka sadar Gendis adalah wanita yang istimewa, cinta dan kesetiaannya pada Gege tak perlu diragukan lagi, Gendis wanita yang paling tepat untuk menjadi pendamping hidup Gege.

Sebulan setelah kesehatan Gege membaik. Dengan cinta dan restu dari dua keluarga, Gendis dan Gege melangsungkan pernikahan dirumah keluarga Gendis. Ijab kabul berlangsung sangat hikmat dan mereka seperti dua malaikat tanpa sayap, pengantin yang sangat sempurna. Setiap sudut ruangan dihias dengan bunga-bunga yang cantik, serta terselip puluhan tangkai edelweis yang menjadi saksi cinta kedua mempelai. Gendis tak berhenti tersenyum, dia merasa menjadi wanita paling sempurna, impiannya diwujudkan oleh Gege yang sekarang resmi menjadi suaminya.

Kotak warna silver bertengger manis di atas meja di samping Gendis, itu kotak tempat mas kawin yang diberikan Gege, di dalamnya terdapat sebatang emas berbentuk hati, yang ditaburi ribuan Edelweis.

^ the end with love ^

_Galih Ewokz_

Pramitha Wahyuninggalih Soeharto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun