Mohon tunggu...
Mitha Aullia
Mitha Aullia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

seorang mahasiswa yang saat ini akan memasuki semester akhir

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tantangan Perjalanan ke Cilubang Berbuah Manis

24 Desember 2021   01:50 Diperbarui: 24 Desember 2021   02:07 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang selamat datang provinsi Banten | dokumen: Mitha Aullia

Tanpa berlama, kami memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan. Bibi dengan kerutan tipis di wajahnya menandakan bahwa usianya tak lagi muda. Beliau mendekap Melisa sangat erat sebagai salam perpisahan pertemuan satu malam mereka setelah sekian lama. Dari posisi saya berdiri, masih terdengar bisikan lembut yang di ucapkan Bibi kepada Melisa. "Hati-hati dijalan ya, sering-sering main kesini. Nengokin Bibi walaupun sehari kaya sekarang juga gapapa".

Kami kembali menyusuri jalan sekitar Kabupaten Sukabumi di pagi itu dengan perasaan riang dan harapan dapat secepatnya sampai ditempat tujuan. Pemandangan yang indah kali ini dapat saya lihat dengan jelas, pantai dengan beberapa kapal nelayan menjadi pemandangan favorite saya. 

Namun sepertinya setiap hal tidak bisa berjalan selancar apa yang diharapkan, karena tiba-tiba tepat setelah kami memasuki gerbang perbatasan Provinsi Banten, air dari langit perlahan turun membasahi bumi.

Dengan hujan yang menemani, kami tetap melanjutkan perjalanan. Jalan demi jalan kami lewati, menanjak, menurun, berbelok hingga akhirnya tujuan ada didepan mata. Stir yang dikendalikan berbelok kearah kanan memasuki sebuah gang atau tepatnya kami sudah memasuki Kampung Cilubang.

Sisa rintik hujan sore itu menjadi saksi kedatangan kami yang disambut hangat oleh Nenek dari Melisa. Wanita lansia dengan tubuh yang sudah tidak sekokoh dulu berjalan dengan punggung bongkoknya menyambut sang cucu yang datang. Seutas senyum tercetak diwajahnya, melihat cucu yang tumbuh sehat membuat rasa letih yang Nenek rasakan lenyap begitu saja.

Hawu milik Mak Erum | dokumen: Mitha Aullia
Hawu milik Mak Erum | dokumen: Mitha Aullia

Rumsanah atau yang akrab disapa Mak Erum dengan perasaan senang yang tidak dapat ditutupi, menerima bingkisan ikan segar yang tadi sempat saya dan Melisa beli. Beliau bergegas mengolah ikan segar tersebut secara sederhana, mengingat alat memasak yang ia gunakan masih memakai tungku api atau biasa disebut Hawu.

Saat bulan kembali menunjukkan kehadiran nya, saya, Melisa dan Mak Erum berkumpul diruang tengah rumah sederhana ini. Tanpa adanya jaringan internet dan televisi, kami hanya menikmati waktu dengan bercengkrama, walaupun sejujurnya saya lebih banyak diam mendengarkan perbincangan antara Nenek dan Cucu tersebut, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah mereka yang tidak dapat sepenuhnya saya pahami.

Sampailah kami di hari terakhir liburan singkat ini. Pagi di kampung Cilubang terasa sangat menenangkan. Jalanan licin bekas guyuran hujan semalam tidak mematahkan semangat para warga untuk tetap beraktivitas. Dari teras rumah Mak Erum saya bisa melihat anak-anak dengan seragam sekolahnya berlalu lalang serta para petani yang berjalan dengan cangkul digenggaman.

Kampung Cilubang sangat menggambarkan bagaimana sebuah perkampungan. Jarak rumah antar warga tidak terlalu jauh dengan rasa keakraban bak saudara sendiri. Warga disini sangat ramah, menyapa saya dan Melisa yang saat itu berjalan santai menikmati udara pagi. Banyak terdapat lahan pertanian tempat warga sekitar bekerja, menambah kesan asri dengan hijaunya dedaunan padi.

Tak terasa hari semakin siang, saya dan Melisa bergegas untuk pulang. Saat mengantar kami keluar rumah, Mak Erum memeluk kami secara bergantian. Saya dan Melisa pamit dengan perasaan hangat yang menyelimuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun