Berdasarkan penelitian yang dilakukan Juwita, dkk. Pada tahun 2015, disebutkan bahwa orang akan cenderung merasa bosan ketika tidak membuka sosial media. Hal tersebut dikarenakan mereka merasa tidak mendapatkan informasi apa pun untuk mengimbangi lawan bicara saat interaksi terjadi. Sehingga perilaku berbagi artikel atau tautan yang dirasa unik dan menarik pun dilakukan.Â
Namun di masa ini, trek penggunaan media sosial terjadi sangat masif. Akibatnya, pertukaran informasi di media sosial berlangsung sangat cepat. Beberapa peneliti kontemporer menyebut fenomena tersebut dengan perilaku oversharing.Â
Menurut Illinios Work Net (2020), oversharing adalah situasi di mana orang membagikan terlalu banyak informasi pribadi kepada publik atau orang asing baik itu secara online maupun offline.Â
Sedangkan menurut Hoffman (2009), oversharing adalah pembagian informasi yang berlebihan atau tidak sesuai dengan sebuah konteks. Kurangnya literasi, lengah, dan tidak bijak dalam melakukan sharing, justru memicu munculnya dampak negatif. Adapun dampak negatif dari oversharing, diantaranya :
1.Menimbulkan efek FoMo
FoMo (fear of missing out) merupakan sebuah rasa takut pada individu apabila orang lain bersenang-senang tanpa kehadirannya. Dalam konteks oversharing seseorang akan menjadi terdorong untuk selalu bersama dengan ponsel dan media sosialnya. Alasannya karena melalui media sosial kita bisa melihat sebagian atau keseluruhan aktivitas orang yang membuat kita merasa kehilangan. Sehingga media sosial menjadi sebuah wadah untuk menenangkan atau memberi kebahagiaan baru.
2.Mendorong terjadinya cyberbullying
Cyberbullying (perundungan dunia maya) adalah perundungan dalam bentuk perilaku berulang dengan menakuti, membuat marah, atau mempermalukan target dengan menggunakan teknologi digital. Pemicu terjadinya hal ini bisa karena rasa iri, benci, tidak suka, menggagap diri lebih baik/ superior, atau target melakukan kesalahan.
Menurut UNICEF, dampak psikis cyberbullying untuk korban antara lain memunculkan sifat agresif, berwatak keras, mudah marah, impulsif, lebih ingin mendominasi orang lain, kurang berempati, dan dapat dijauhi oleh orang lain.
Namun, saat ini cyberbullying dianggap normal bagi sosial. Karena penindas justru akan berkelompok dengan penindas lainnya. Akibatnya korban akan memilih diam tanpa melakukan apa pun atau menghentikannya.
3.Membuka Jalannya Tindak Kriminalitas
Oversharing membuat seseorang terus membagikan informasi terbaru mengenai dirinya, lingkungan, atau hal yang sedang ia ketahui dan dianggap menarik. Terlalu banyak hal yang dibagikan, individu seringkali tidak memperhatikan detail konten atau informasi yang ia bagikan. Hal ini lah yang memicu tindak kriminalitas. Dalam informasi atau konten yang dibagikan tidak jarang terselip hal-hal yang nampak jelas ataupun tidak tentang informasi pribadi individu tersebut. Data pribadi yang tershare dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.