Â
Pak Sam menawarkan mengambil gambar dengan hp untuk memotret api biru lebih dekat. Â Api biru itu sebetulnya adalah belerang yang saking panasnya menyala. Â Katanya suhunya bisa 600 derajat. Â Para penambang membuat saluran-saluran dari keramik supaya belerangnya mudah diambil. Â Lalu belerang yang sudah membeku dicungkil dan diangkut sampai ke penimbangan belerang, penambang harus menanjak ke kaldera, lalu menuruni gunung seperti kami tadi. Â
Pak Trip bercerita bahwa penambangan ini membantu supaya gunung Ijen tidak meletus. Â Karena adanya saluran-saluran ini sehingga gas-gas dan belerang keluar. Â Pernah ada kejadian ketika dari danau muncul gelembung besar berisi gas yang pecah mengeluarkan asap beracun sehingga menimbulkan korban jiwa. Ketika matahari mulai lebih terang terlihatlah pemandangan indah danau ini. Â
Dari bawah danau tidak begitu terlihat tertutup asap belerang. Â Api biru berangsur-angsur tidak kelihatan. Â Bebetuan yang tadi kami lewati ternyata berwarna kuning. Â Waktu gelap terlihat seperti berwarna putih dan saya bertanya apakah batu-batu ini dicat putih? Pantas saya ditertawakan. Air danau berwarna hijau toska, sangat tenang. Â Waktu naik Ijen saya belum googling bahwa ini adalah danau asam, jadi saya tanya kok tidak ada yang naik perahu? Ternyata itu bisa mematikan karena danaunya yang asam. Â Saya membayangkan tidak ada satupun mahluk hidup didalam danau itu. Woow, itu keren.
Â
Â
Banyak sekali pendaki hari itu karena malam minggu. Â Didasar kawah banyak yang berfoto-foto, ada juga yang shalat subuh. Â Setelah puas berfoto kami naik lagi. Â Siang hari menanjak terasa lebih mudah. Â Dari kaldera kita bisa melihat pemandangan yang sangat menakjubkan dari kawah ini. Â Biru toskanya danau dengan sapuan asap didepannya, langit yang cerah, udara yang mulai hangat dengan angin dingin semilir, sungguh suatu pengalaman yang indah.
Perjalanan turun cukup mudah karena sudah terang. Â Ingin cepat-cepat sampai ke parkiran karena sudah kebelet ke toilet. Â Lalu kita bisa ngopi-ngopi dulu di warung. Â Nikmat. Â Setelah itu kami diantar pulang oleh Pak Tripno, sampai hotel jam 9 pagi jadi masih dapat breakfast.
Untuk yang berminat naik ke Ijen bisa hubungi telepon pak Tripno. Â Pak Sam mengatakan sebetulnya bisa sewa mobil biasa (bukan 4 wheel) ke rental yang dimiliki masyarakat Using, harganya lebih murah. Â Kami menginap di hotel Ketapang Indah (dekat dari pelabuhan Ketapang dan stasiun kereta api). Â Hotelnya cukup bagus dengan taman dan kolam renang, tapi banyak hotel yang lebih dekat ke kaki gunung Ijen.