Menurut saya pribadi, penggunaan kata "astaganaga" dapat dibilang terlalu panjang. Jadi, dianggap kurang praktis dalam penyampaiannya. Saat ini, berbagai slang baru bermunculan yang menunjukkan kondisi terkejut misalnya "anjir", "anjrot", "njir", "jir", dan lain-lain.
5.Kongkow
Slang yang satu ini saya dengar dari Papa saya sebagai remaja laki-laki generasi 70-an pada saat itu. Kata "kongkow" ini diartikan ketika berkumpul dengan teman-teman untuk ngobrol-ngobrol santai.
Bagi generasi 2000-an, kata "kongkow" bisa dibilang sudah tidak up to date, tidak keren, dan jadul. Slang baru yang muncul di generasi 2000-an adalah kata "nongki". Penggunaan slang "nongki" ini tentu saja sangat sering digunakan dalam sehari-hari oleh remaja saat ini.
"Ayok 'nongki' bareng yang lain."
"Kemana nih?"
"Itu ke cafe baru di daerah Babarsari."
"Boleh yuk 'capcus' kita berangkat."
Dari beberapa slang yang sudah saya paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan slang pada generasi 70-an dan generasi 2000-an terdapat kesamaan dan perbedaan. Adanya kesamaan slang dari dua generasi yang berbeda ini dikarenakan slang tersebut masih dapat diterima oleh generasi saat ini. Maka dari itu, penggunaan slang yang sama terkadang juga masih kerap dilakukan ketika dua generasi tersebut berkomunikasi dalam sehari-hari.
Sebaliknya, adanya perbedaan penggunaan slang ini disebabkan karena adanya anggapan jika slang tersebut sudah jadul. Selain itu, munculnya berbagai slang baru dianggap lebih keren dan anak generasi 2000-an merasa keren jika menggunakan slang tersebut.
Daftar Pustaka
Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R. & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. 9th ed. USA: Cengage Learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H