Mohon tunggu...
Michelle Celine Santoso
Michelle Celine Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Aja sih Slang Generasi 70-an? Saat Ini Masih Dipakai Nggak Ya?

3 November 2021   17:07 Diperbarui: 3 November 2021   18:07 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbedaan generasi dan budaya terkadang dapat menjadi sebuah permasalahan ketika kedua belah pihak tidak saling memahami apa yang dibicarakan oleh pihak lain. Hal yang kerap kita temukan dalam kehidupan sehari-hari yakni penggunaan slang. Tiap generasi tentunya memiliki penggunaan slang masing-masing yang berbeda-beda. 

Dalam (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2014, h. 275) dijelaskan bahwa slang merupakan istilah-istilah tidak standar yang biasanya digunakan dalam keadaan informal dan berfungsi sebagai sarana menandai identitas sosial. Paparan Samovar tersebut menunjukkan bahwa slang merupakan istilah-istilah khusus yang digunakan saat kondisi informal.

Pada kesempatan kali ini, saya tertarik untuk melihat perbedaan penggunaan slang pada generasi 70-an dengan generasi 2000-an. Untuk melihat fenomena penggunaan slang pada generasi 70-an, saya tertarik untuk melakukan wawancara dengan beberapa narasumber terkait. 

Dikarenakan sedang dalam masa pandemi Covid-19, saya memilih untuk melakukan wawancara di rumah saja. Yap, tidak lain dan tidak bukan yakni dengan kedua orang tua saya.

Wawancara yang saya lakukan ini memanglah bukan wawancara yang terstruktur dan menyiapkan daftar pertanyaan formal. Saya melakukan wawancara dengan kedua orang tua saya ketika dalam waktu senggang sembari bercengkrama dengan menanyakan seputar slang yang kerap digunakan sewaktu masih muda.

1. Bokek

Sumber: dream.co.id
Sumber: dream.co.id

Ketika pertanyaan terkait slang saya lontarkan, kedua orang tua saya menjawab kata "bokek" sebagai slang yang cukup populer dalam kehidupan sehari-hari pada masa itu. Ketika mendengar kata tersebut, saya merasa tidak asing dengan kata "bokek" karena bahkan sampai saat ini pun kata tersebut cukup sering digunakan.

Kata "bokek" memiliki pengertian sebagai kondisi di mana seseorang sedang tidak memiliki uang. Bagi generasi 70-an, kata ini sering digunakan ketika mereka menolak ajakan main dari teman. Faktanya, kata "bokek" hingga saat ini masih kerap digunakan oleh remaja generasi 2000-an untuk menolak ajakan teman.

Di lain sisi, terkadang kata "bokek" juga digunakan oleh keluarga saya di rumah. Biasanya ketika saya dan kakak saya meminta uang jajan, orang tua saya sebagai generasi 70-an masih menggunakan kata tersebut untuk menolak tagihan jatah dari anaknya hehe. Penggunaan kata "bokek" ini menunjukkan bahwa slang pada generasi 70-an masih terus digunakan hingga saat ini.

2.Rempong

Sumber: sumut.idntimes.com
Sumber: sumut.idntimes.com

Kata ini cukup sering disebutkan oleh Mama saya ketika ia sedang berpergian dengan teman-teman SMAnya. Ada label khusus yang kerap diterapkan oleh generasi 70-an yakni "Emak-emak rempong". Biasanya hal ini kerap ditemukan dari caption status Whatsapp generasi tersebut atau ketika saya bertanya kepada Mama

"Mamski mau pergi kemana?" (Kebiasaan saya memanggil Mama dengan sebutan 'Mamski')
"Mamski mau jalan-jalan sama 'Emak-emak rempong'."

Saat ini, generasi 70-an khususnya ibu-ibu sering melabeli dirinya sebagai "Mak-mak rempong" karena mereka menganggap bahwa dirinya terkadang heboh ketika sedang bersama teman-teman seumuran.

"Rempong" bagi anak generasi 2000-an masih kerap digunakan ketika ada kondisi di mana seseorang dianggap merepotkan orang lain. Namun, terkadang ketika seseorang dianggap terlalu ribet maka akan mendapat sebutan "rempong" dari teman lainnya, seperti misalnya


"Ah, 'rempong' banget sih lu jadi orang." (Ujar salah satu teman saya yang kesal ketika jiwa-jiwa perfeksionis saya kambuh hehe)

3.Rumpi

Penggunaan kata "rumpi" bagi generasi 70-an memiliki arti mengobrol dengan orang lain tetapi sambil menggunjing. Papa saya selaku generasi 70-an mengatakan bahwa kata ini lebih sering digunakan untuk melabeli teman-teman perempuan ketika zaman dahulu. Mama saya pun menyebutnya dengan kata "ngerumpi".

Jika dibandingkan dengan generasi 2000-an, kata "rumpi" sudah mulai jarang digunakan pada saat ini. Salah satu alasannya yakni karena munculnya slang baru yakni "ghibah". Sebenarnya, "ghibah" dan "rumpi" memiliki pengertian yang sama yakni mengobrol sambil menggunjing.

"Jamkos bisa digunain buat belajar di perpustakaan, jangan 'ghibah' terus kalian." (Ujar salah satu anak laki-laki di kelas yang menegur gerombolan anak perempuan yang sedang sibuk 'berghibah')

4.Astaganaga

Sumber: health.kompas.com
Sumber: health.kompas.com

"Eh 'astaganaga' kamu ini bikin aku kaget aja."

Kata "astaganaga" bagi generasi 70-an kerap digunakan ketika dalam kondisi terkejut. Slang ini sering diucapkan secara tidak sadar atau frontal. Jika dilihat pada saat ini, slang tersebut sudah jarang digunakan oleh generasi 2000-an.

Menurut saya pribadi, penggunaan kata "astaganaga" dapat dibilang terlalu panjang. Jadi, dianggap kurang praktis dalam penyampaiannya. Saat ini, berbagai slang baru bermunculan yang menunjukkan kondisi terkejut misalnya "anjir", "anjrot", "njir", "jir", dan lain-lain.


5.Kongkow

Sumber: cnnindonesia.com
Sumber: cnnindonesia.com

Slang yang satu ini saya dengar dari Papa saya sebagai remaja laki-laki generasi 70-an pada saat itu. Kata "kongkow" ini diartikan ketika berkumpul dengan teman-teman untuk ngobrol-ngobrol santai.

Bagi generasi 2000-an, kata "kongkow" bisa dibilang sudah tidak up to date, tidak keren, dan jadul. Slang baru yang muncul di generasi 2000-an adalah kata "nongki". Penggunaan slang "nongki" ini tentu saja sangat sering digunakan dalam sehari-hari oleh remaja saat ini.

"Ayok 'nongki' bareng yang lain."
"Kemana nih?"
"Itu ke cafe baru di daerah Babarsari."
"Boleh yuk 'capcus' kita berangkat."

Dari beberapa slang yang sudah saya paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan slang pada generasi 70-an dan generasi 2000-an terdapat kesamaan dan perbedaan. Adanya kesamaan slang dari dua generasi yang berbeda ini dikarenakan slang tersebut masih dapat diterima oleh generasi saat ini. Maka dari itu, penggunaan slang yang sama terkadang juga masih kerap dilakukan ketika dua generasi tersebut berkomunikasi dalam sehari-hari.

Sebaliknya, adanya perbedaan penggunaan slang ini disebabkan karena adanya anggapan jika slang tersebut sudah jadul. Selain itu, munculnya berbagai slang baru dianggap lebih keren dan anak generasi 2000-an merasa keren jika menggunakan slang tersebut.

Daftar Pustaka
Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R. & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures. 9th ed. USA: Cengage Learning.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun