Mohon tunggu...
Misye Agustin
Misye Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menjadi orang yang bermanfaat akan menjadi kebahagiaan yang kekal daripada orang yang kaya tapi tak punya akal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Satu Bumi, Satu Masa Depan!

23 Desember 2024   00:01 Diperbarui: 23 Desember 2024   00:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis 1 : Misye Agustin Tri Wahyuni

Penulis 2 : Dr. Sutarno, M.Pd

Pemanasan global (global warming) adalah fenomena peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Dalam beberapa dekade terakhir, isu ini menjadi perhatian utama dunia karena dampaknya yang luas terhadap lingkungan, ekonomi, dan kehidupan manusia. Seiring meningkatnya kesadaran global, pandangan mengenai pemanasan global terus berkembang, melibatkan berbagai sudut pandang dari ilmuwan, pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat.

1. Pandangan Ilmuwan 

Para ilmuwan sepakat bahwa pemanasan global disebabkan terutama oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas alam. Aktivitas ini melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) yang memerangkap panas di atmosfer. Berdasarkan penelitian, suhu global telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak era pra-industri, dengan potensi kenaikan lebih lanjut jika emisi tidak dikendalikan.

Beberapa dampak yang telah dirasakan adalah meningkatnya frekuensi peristiwa cuaca ekstrem, seperti badai, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. Selain itu, pemanasan global juga mengancam ekosistem, seperti terumbu karang yang rentan terhadap pemanasan laut, serta mencairnya gletser dan lapisan es di Kutub Utara dan Selatan yang berkontribusi pada kenaikan permukaan laut.

2. Pandangan Pemerintah dan Kebijakan 

Pemerintah di berbagai negara memiliki pandangan yang berbeda mengenai cara menangani pemanasan global. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah mengadopsi kebijakan pengurangan emisi karbon yang lebih ketat dan berkomitmen pada perjanjian internasional seperti Protokol Kyoto dan Kesepakatan Paris. Kesepakatan Paris, yang disepakati pada 2015, menargetkan agar pemanasan global tidak melebihi 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dengan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius.

Namun, terdapat tantangan dalam penerapan kebijakan ini. Negara-negara berkembang, yang lebih bergantung pada energi fosil untuk pertumbuhan ekonomi mereka, sering kali mengajukan argumen bahwa mereka memerlukan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk beralih ke energi terbarukan. Selain itu, ketegangan geopolitik juga mempengaruhi kesepakatan internasional, seperti yang terjadi dengan penarikan Amerika Serikat dari Kesepakatan Paris di bawah pemerintahan Donald Trump (meskipun kemudian kembali bergabung di bawah Joe Biden).

3. Pandangan Masyarakat dan Aktivisme 

Lingkungan Masyarakat global semakin sadar akan dampak pemanasan global, berkat kampanye informasi yang dijalankan oleh organisasi lingkungan, aktivis, dan media. Generasi muda, yang dipimpin oleh tokoh seperti Greta Thunberg, telah menjadi kekuatan besar dalam gerakan perubahan iklim global. Mereka menuntut tindakan nyata dari pemerintah dan sektor swasta untuk mengurangi emisi dan beralih ke energi bersih.

Namun, meskipun ada kesadaran yang tinggi, perubahan pola hidup yang signifikan masih terbatas. Banyak orang yang masih bergantung pada kendaraan berbahan bakar fosil, konsumsi daging yang berlebihan, dan gaya hidup yang tidak ramah lingkungan. Sebagian besar masyarakat masih kesulitan untuk beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan karena faktor ekonomi dan kebiasaan.

1. Pemanasan Global di Indonesia

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, sangat rentan terhadap dampak pemanasan global, termasuk naiknya permukaan laut, perubahan cuaca ekstrem, serta kerusakan ekosistem. Beberapa data dan fakta penting mengenai pemanasan global di Indonesia antara lain:

1.1. Kenaikan Suhu dan Perubahan Pola Cuaca 

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu rata-rata Indonesia telah meningkat sekitar 0,3 hingga 0,4 derajat Celsius dalam 50 tahun terakhir, yang menunjukkan adanya tren pemanasan. Pola curah hujan juga mengalami perubahan, dengan musim kemarau yang lebih panjang dan curah hujan yang semakin intensif pada musim hujan.

1.2. Kenaikan Permukaan Laut 

Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, sehingga sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh pencairan es di kutub. Data dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menunjukkan bahwa permukaan laut di Indonesia naik sekitar 3 mm per tahun sejak 1993. Kenaikan ini berdampak pada daerah pesisir, seperti Jakarta dan Surabaya, yang mengalami rob (banjir pasang surut) lebih sering.

1.3. Dampak pada Keanekaragaman Hayati 

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, dengan hutan tropis yang luas dan terumbu karang yang kaya. Namun, pemanasan global telah menyebabkan banyak spesies terancam punah. Misalnya, terumbu karang di Indonesia, yang merupakan rumah bagi banyak spesies laut, telah mengalami pemutihan karang massal akibat suhu laut yang lebih tinggi. Pada tahun 2016, pemutihan karang terbesar yang tercatat terjadi di sekitar Laut Indonesia.

1.4. Kerusakan Ekosistem Hutan 

Indonesia juga menghadapi masalah deforestasi yang parah, yang memperburuk pemanasan global. Hutan-hutan tropis di Indonesia, yang merupakan penyerap karbon penting, terus berkurang. Data dari World Resources Institute (WRI) menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan sekitar 1,1 juta hektar hutan setiap tahun, yang menyebabkan pelepasan CO2 dalam jumlah besar ke atmosfer.

2. Pemanasan Global di Dunia

Pemanasan global adalah masalah global yang mempengaruhi seluruh planet. Negara-negara di dunia mengalami dampak yang berbeda, tetapi ada beberapa tren umum yang tercatat. Beberapa data dan fakta terkait pemanasan global secara global adalah:

2.1. Kenaikan Suhu Global 

Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suhu global telah meningkat sekitar 1,1 derajat Celsius sejak era pra-industri. Kenaikan suhu ini diperkirakan akan terus berlanjut dengan berbagai dampak yang lebih ekstrem, seperti cuaca yang lebih panas, lebih banyak bencana alam, dan kerusakan ekosistem.

2.2. Perubahan Ekstrem dalam Cuaca 

Pemanasan global telah mengubah pola cuaca secara signifikan. Negara-negara di seluruh dunia mengalami peningkatan frekuensi bencana alam, seperti banjir, kebakaran hutan, badai, dan kekeringan. Misalnya, pada tahun 2020, kebakaran hutan di Australia menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah, menghanguskan sekitar 18 juta hektar lahan. Sementara itu, badai dan angin topan semakin sering melanda daerah-daerah di Karibia, seperti yang terlihat pada badai musim panas 2020 yang sangat kuat.

2.3. Pencairan Es di Kutub 

Pencairan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan adalah salah satu indikator yang paling jelas dari pemanasan global. Data satelit NASA menunjukkan bahwa lapisan es di Greenland dan Antartika telah mencair secara signifikan. Sejak 1979, volume es di Antartika berkurang lebih dari 2.800 gigaton, yang berkontribusi pada naiknya permukaan laut global.

2.4. Naiknya Permukaan Laut 

Secara global, permukaan laut naik sekitar 3 mm per tahun, yang berarti sekitar 30 cm lebih tinggi pada akhir abad ini jika tren ini berlanjut. Kenaikan ini mengancam negara-negara pulau kecil, seperti Maladewa dan Kiribati, yang menghadapi risiko tenggelam. Bahkan, kota-kota besar di pesisir, seperti New York, Miami, dan Venesia, dapat mengalami kerusakan besar.

2.5. Dampak terhadap Keanekaragaman Hayati 

Secara global, pemanasan global mengancam banyak spesies. Banyak ekosistem, seperti terumbu karang dan hutan hujan tropis, menghadapi tekanan besar. Misalnya, sekitar 70% terumbu karang di dunia telah mengalami pemutihan akibat suhu air yang lebih tinggi. Selain itu, pemanasan global juga menyebabkan perubahan pola migrasi hewan, seperti burung dan ikan, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

Upaya Global Menghadapi Pemanasan Global

  • Kesepakatan Paris, kesepakatan Paris yang disepakati pada 2015 merupakan salah satu langkah besar dalam upaya global untuk memerangi pemanasan global. Negara-negara yang terlibat berkomitmen untuk menahan kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius dan berusaha untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius. Meskipun ada tantangan dalam pelaksanaannya, Kesepakatan Paris tetap menjadi tonggak penting dalam diplomasi perubahan iklim.
  • Transisi ke Energi Terbarukan Banyak negara, terutama di Eropa, telah memulai transisi menuju penggunaan energi terbarukan. Negara-negara seperti Jerman dan Denmark telah menjadi pelopor dalam pengembangan energi angin dan solar, sementara China juga telah menginvestasikan besar-besaran dalam teknologi energi terbarukan. Indonesia, meskipun masih mengandalkan energi fosil, mulai berinvestasi dalam proyek energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya.
  • Teknologi Carbon Capture dan Penyimpanan Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS) menjadi fokus dalam upaya mengurangi emisi karbon. Beberapa proyek CCS telah diluncurkan di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Norwegia. Teknologi ini bertujuan untuk menangkap CO2 yang dilepaskan oleh pembangkit listrik dan industri, lalu menyimpannya di bawah tanah untuk mencegahnya masuk ke atmosfer.

Pemanasan global merupakan masalah besar yang mempengaruhi seluruh dunia, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Dampaknya mencakup kenaikan suhu, perubahan cuaca ekstrem, naiknya permukaan laut, dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global, tantangan besar tetap ada. Oleh karena itu, tindakan nyata dari seluruh lapisan masyarakat global, baik pemerintah, sektor swasta, maupun individu, sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan memastikan keberlanjutan bumi bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun