Penulis 1 : Misye Agustin Tri Wahyuni
Penulis 2 : Dr. Sutarno, M.Pd
Pemanasan global (global warming) adalah fenomena peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang disebabkan oleh akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Dalam beberapa dekade terakhir, isu ini menjadi perhatian utama dunia karena dampaknya yang luas terhadap lingkungan, ekonomi, dan kehidupan manusia. Seiring meningkatnya kesadaran global, pandangan mengenai pemanasan global terus berkembang, melibatkan berbagai sudut pandang dari ilmuwan, pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat.
1. Pandangan IlmuwanÂ
Para ilmuwan sepakat bahwa pemanasan global disebabkan terutama oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas alam. Aktivitas ini melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) yang memerangkap panas di atmosfer. Berdasarkan penelitian, suhu global telah meningkat sekitar 1,2 derajat Celsius sejak era pra-industri, dengan potensi kenaikan lebih lanjut jika emisi tidak dikendalikan.
Beberapa dampak yang telah dirasakan adalah meningkatnya frekuensi peristiwa cuaca ekstrem, seperti badai, kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan. Selain itu, pemanasan global juga mengancam ekosistem, seperti terumbu karang yang rentan terhadap pemanasan laut, serta mencairnya gletser dan lapisan es di Kutub Utara dan Selatan yang berkontribusi pada kenaikan permukaan laut.
2. Pandangan Pemerintah dan KebijakanÂ
Pemerintah di berbagai negara memiliki pandangan yang berbeda mengenai cara menangani pemanasan global. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah mengadopsi kebijakan pengurangan emisi karbon yang lebih ketat dan berkomitmen pada perjanjian internasional seperti Protokol Kyoto dan Kesepakatan Paris. Kesepakatan Paris, yang disepakati pada 2015, menargetkan agar pemanasan global tidak melebihi 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dengan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius.
Namun, terdapat tantangan dalam penerapan kebijakan ini. Negara-negara berkembang, yang lebih bergantung pada energi fosil untuk pertumbuhan ekonomi mereka, sering kali mengajukan argumen bahwa mereka memerlukan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk beralih ke energi terbarukan. Selain itu, ketegangan geopolitik juga mempengaruhi kesepakatan internasional, seperti yang terjadi dengan penarikan Amerika Serikat dari Kesepakatan Paris di bawah pemerintahan Donald Trump (meskipun kemudian kembali bergabung di bawah Joe Biden).
3. Pandangan Masyarakat dan AktivismeÂ