Terbangun di antara reruntuhan bangunan yang dibom. Malam yang penuh kegelisahan. Tertidur di antara suara berisik dari bom dan suara tembakan. Berpakaian yang bercorakkan merah darah. Menahan lapar berharap datangnya makanan. Terduduk di antara reruntuhan bangunan dengan kondisi yang sangat miris menunggu orangtua kembali dari tangan para Zionis. Itu semua yang sedang dirasakan oleh anak balita berusia 4 tahun. Ia tinggal di Gaza, sendirian. Selalu berharap orangtua yang akan datang menjemputnya dan membawanya pergi dari neraka dunia itu. Kehausan, kelaparan, kesedihan, ketakutan, kehampaan, kegelisahan, itu semua dia rasakan.
      Ashla nama panggilannya. Bulan depan tepatnya di bulan Desember tanggal 2 ia akan berusia 5 tahun. Ia kehilangan orangtuanya sejak ia 3 tahun. Ia dirawat oleh salah satu tim medis di sana, Kaeela. Orang berbaik hati ini bertemu dengan Ashla ketika ia sedang menangis-nangis histeris mencari orangtuanya dengan kondisi kotor, tak terawat, kurus kekurangan gizi dan dengan membawa boneka kesayangnya. Kondisi Ashla sekarang sudah membaik. Kini tanggal 28, ia selalu menanyakan orangtuanya, meminta agar orangtuanya datang ketika ia ber-ulang tahun nanti.
      Ashla cukup ceria. Ia senang bermain denang Kaeela, walau tekadang ada saja musibah yang datang. Ashla sudah biasa dengan suara berisik yang dibuat oleh para Zionis itu. Kaeela mengajarkan kepada Ashla bahwa jika mendengar suara berisik seperti tembakan atau bom, maka tertawalah, mungkin saja itu kode dari orangtuanya. Maka dari itu, anak polos itu terus tersenyum dan gembira.
      Tak jarang Kaeela mendapat pasien yang banyak, sehingga Ashla tetap kesepian. Hanya boneka dari orangtua kesayangnnya yang menemaninya.
*****
      Suatu malam yang sangat tak aman dan tak nyaman itu, di dalam rumah kecil Ashla dan Kaeela sedang bercanda ia di kamar Ashla.
      "Kak Kaeela. Abi Ummi Ashla di mana ya kira-kira?" anak lugu polos itu terus menanyakan orantuanya kepada Kaeela.
      "Kan udah Kakak bilang. Abi sama Ummi lagi di jalan. Tunggu aja ya, nanti datang, kok." jawab Kaeela dengan hati yang tak enak dan tak tega kepada anak manis itu.
      "Ini udah tanggal 30, ya, kan, Kak?"
      "Iya, Ash. Ada apa?"
      "Ulang tahun Ashla bakal dirayain saman Abi Ummi lagi ga, ya? Ashla pengen kayak yang lain, dirayain sama orangtuanya di luar sana." makin tak enak hati mendengar perkataan Ashla yang polos itu. Umurnya yang masih 4 tahun itu tak pantas merasakan hal ini semua, ia terlalu kecil untuk mengaapi dunia yang kejam ini. Pikiran Ashla yang sudah dewasa karena semua ini.
      "InsyaAllah. Nanti Kakak coba bantu Ashla ya." ujar Kaeela sembari mengelus kepala Ashla dengan lembut.
      "Ashla juga ga yakin bisa ngerayain itu sama Abi Ummi, karena mereka kayaknya sibuk." celetuknya. Kaeela tak menanggapinya, ia menahan bulir air matanya yang dari tadi ia tahan. Ia masih ingat bagaimana kondisi Ashla ketika pertama kali ia temukan. Ashla memanggilnya dengan sebutan Ummi kepadanya. Sebegitu ridunya ia terhadap orangtuanya. Tak jarang Ashla mengigau bertemu orangtuanya, bahkan mungkin tiap malam.
      Ya. Malam ini ia, Ashla mengigau merayakan ulang tahunya dengan Abi Umminya. Tiba-tiba tengah malam ia terbangun sambil menangis kencang memanggil Abi Umminya. Kaeela berusaha menenangkan Kaeela.
      "Jangan bawa Abi Ummi! Ashla belum sempat membanggakan Abi Ummi! Bawa Ashla aja, biar Ashla yang sedih, jangan Abi Ummi! Ku mohon!" teriak igauan dia yang begitu kencang. Kaeela yang panik juga menangis sambil menenangkan dia.
      "Ashla, ada Kakak di sini. Udah Ash, udah. Kakak ga bisa liat kamu begini teus, Kakak juga bingung, Ash!"
      Kaeela berusaha membuatkan susu untuk Ashla agar dia tenang. Namun, mirisnya susu yang biasa Kaeela buatkan untuk Ashla sudah habis. Uang juga tidak cukup tuk membeli susunya, lagipula ini sudah tengah malam mana ada yang buka. Mau tak mau Kaeela harus menggendong Ashla dan menenangkannya hingga terdiam. Hati yang terus menerus tersayatkan oleh tangisan dari Ashla sambil memanggil orangtuanya. Bagaimana bisa ia memberitahu pada Ashla bahwa orangtuanya telah tiada.
      Luncuran bom telah mendarat tepat di rumah kecil itu. Kaeela yang tengah mengendong Ashla sontak melempar Ashla ke pintu agar ia dapat keluar dan selamat dari ledakan itu.
      Ashla terlempar dan keluar dari rumah itu. Ia tersenyum miris, ingin menangis tetapi hati telah mati. Ia duduk di jarak yang agak jauh dari rumah yang habis diledakkan itu dengan harapan Kaeela dapat selamat. Selang beberapa menit agak lama, ia tertidur di tanah yang kotor itu.
      "Ashla bangun." pinta seseorang kepada Ashla dengan suara yang sangat lembut. Ashla pun terbangun.
      "Kak Kaeela? Alhamdulillah Kakak selamat. Di mana para Zionis Israel yang menghancurkan harapan kita, Kak?" perkataan Ashla yang senang bercampurkan kesal karena telah menghancurkan rumah mereka. Ashla terbangun dari tidurnya yang masih di tanah.
      "Sekarang kita tinggal di mana, Kak?" tanyanya dengan polos.
      "Kita di sini ja ya untuk sementara."
      "Tapi kan ini gaada atapnya, nanti kalau dibom lagi atau hujan?"
      "Ga, gaakan. Ada Allah, Allah akan selalu bersama orang yang sabar kek kamu, Ashla. Kakak akan lindungi kamu juga, kok." kata-kata Kaeela yang sangat menenangkan bagi Ashla.
      Topik pembicaraan dialihkan oleh Ashla, "Kak, hari ini 1 Desember. Besok Ashla ulang tahun. Tapi Ashla malah ga punya rumah, orangtua Ashla juga kemana, ya?" Ashla kekeh menanyakan hal itu pada Kaeela, Kaeela dibuat sangat bimbang oleh pertanyaan yang nyaris Ashla tanyakan setiap harinya. Jadi, Kaeela hanya mengangguk mengiyakan saja.
      Mau sampai kapan kamu tanya hal itu terus, Ashla? batin Kaeela.
*****
      Pukul 18.15. Suasana di Gaza semakin memanas, semakin banyak suara tembakan di mana-mana. Bangunan semakin banyak ya runtuh. Ledakan di mana-mana. Namun, Ashla masih tetap bertahan di puing-puing rumah kecil nya itu. Ia sedang bermain pasir bersama Kaeela. Memegang perutnya yang sedari tadi berbunyi menahan lapar. Dari tadi malam ia tak makan minum. Susu yang ia minum biasanya sudah habis.
      Kaeela yang peka dengan keadaan langsung mencari makanan.
      "Nih, dimakan dulu apa yang ada." ucap Kaeela
      "Iya, Kak. Terima kasih banyak!" Ashla kegirangan karena mendapatkan makanan dan minuman walau tak seberapa. Ashla memakannya dengan lahap, tak peduli dengan rasa dan bentuk. Kaeela menangis melihat kondisi Ashla. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk Ashla. Hanya bisa berdoa.
      Setelah makan, ia kembali bermain di puing-puing rumahnya dengan perasaan senang walau keadaan yang sangat tidak mendukung.
Dan tibanya malam hari, pukul 20.54. Ashla kedinginan. Tak sadar, ia membuang air kecil di tanah, tidak ada toilet Ia membuang air besr jga tanpa toilet. Ia sudah tidak peduli, yang penting ada Kaeela. Ashla duduk direruntuhn itu, melamun, menopang dagu. Sama halnya dengan Kaeela. Suhu tubuh Ashla menurun drastis, ia muntah-muntah seketika. Miris jika melihat kondisinya, sangat pucat wajahnya. Dengan baju yang ia kenakan hanya tipis, kotor dan tak nyaman, sudah tak layak untuk dipakai.
Ia terbaring lemas di tanah. Menatap bintang sembari memanggil orangtuanya.
"Abi, Ummi. Datang ke sini. Ashla bentar lagi ulang tahun, lho. Ashla uda nungguin kalian, berharap kalian bantu Ashla yang ga punya apa-apa lagi sekarang kecuali Kak Kaeela. Ashla cuman punya Kak Kaeela." tuturnya dengan nada yang sangat sendu.
"Ashla sabar ya, pasti Ashla diberi sesuatu sama Allah." tenang Kaeela.
"Ashla udah cukup banyak bersabar, Kak. Tapi kenapa Ummi Abi belum datang juga? Kenapa Allah ga kabulin doa Ashla, Kak? Apa Allah ga sayang Ashla lagi? Kemana Allah, Kak? Kenapa mereka, para Zionis Israel itu menghancurkan harapan Ashla? Ashla ada salah sama mereka, kah?" Ashla dengan seribu pertanyaan polosnya, sedih untuk didengar.
"Ashla, ga gitu saayang. Allah kabulin doa Ashla, tapi ga sekarang. Nanti akan ada masa yang sangat indah setelah kesulitan yang Ashla alami ini, ya."
"Nah, Ashla mau Kakak rayain ulang tahunnya? Ini uda jam 01.46, udah tanggal 2." Lanjutnya.
"Iya, Ashla mau dirayakan sama Kakak aja. Ashla mau makan yang banyak, mau kue, mau baju. Boleh? Pinta Ashla, hatinya sudah mulai mereda. Kaeela jadi tenang. Ia menyiapkan kue yang dari tadi siang ia siapkan. Dan baju? Ia buat dari barang yang ada. Dan juga selimut sebagai hadiah tambahan. Ia memang sudah menyiapkan itu semua dari siang.
"Selamat ulang tahu Ashla! Barakallah fii umrik, sayang."
"Yeyy, Kak Kaeela baik banget, makasih ya, Kak! Ashla tiup ya lilinnya, dengan begini Ashla uda 5 tahun! Alhamdulillah ya Allah. Kue yang Kakak buat bagus banget, Ashla suka." gembira Ashla membuat hati Kaeela juga senang bercampur terharu.
"Oya, selamat ulang tahun, ya. Semoga cepat bertemu orangtuamu."
"Aamiin, Kak. Kuenya Ashla makan ya. Laper, hehe."
"Silahkan tuan putri."
Ashla memakan kuenya bersama Kaeela di tengah suara tembakan yang masih bersuara sejak tadi. Ia memakai baju yang diberikan oleh Kaeela. Karena sudah malam, ia tidur sambil mengenakan selimut hadiah Kaeela juga. Ia sangat menghargai Kaeela.
Sebelum ia tertidur, ia bergumam dan berdoa penuh harapan "Ashla harap waktu bangun nanti ada Ummi Abi. Kok Ashla masih laper, ya? Padahal tadi udah makan banyak. Ashla lagi sakit Ummi, Abi. Biasanya kalian obati, sekarang Kaeela. Tapi masih sakit, bahkan makin parah. Perut Ashla ga enak. Ashla mau pulang. Tapi ini tempat asal Ashla. Ashla pengen dipeluk sama Ummi Abi untuk terakhir kalinya sebelum Ashla dipeluk Tuhan. Ya Allah, izinkan Ashla bertemu dan memeluk Ummi Abi. Ashla kangen." Lalu ia tertidur lelap dengan nafas yang ikut berhenti dan detak jantungnya.
Kondisi Ashla sangatlah miris. Ia tertidur di antara puing-puing rumahnya, di tanah. Baju yang ia pakai masih baju yang semula, bukan baju baru. Ia tergeletak di samping tanah dan kotorannya sendiri. Kue dan makanan yang ia makan sejak kemarin adalah tanah. Air yang ia minum adalah air yang kotor. Luka di sekelujur tubuh, wajah penuh darah. Manisnya ia meninggal dalam keadaan tersenyum lebar. Ia tertidur nyenyak di dekat dengan jenazah Kaeela yang telah tiada dari tanggal 30 akibat ledakan di rumah kecilnya itu. Selama dua hari ini, Ashla berhalusinasi akan adanya Kaeela. Ia padahal tidur sendiri dalam kegelapan dan kedinginan, makan yang sangat tidak pantas bahkan itu bukanlah makanan, bermain sendiri yang seolah-olah memiliki teman main.
Sekarang, ia pasti telah bertemu dengan Ummi Abinya yang sangat ia rindukan selama ini. Doa ia sebelum tidur terkabulkan. Kini anak polos itu, Ashla telah ke tempat yang lebih baik pada hari ulang tahunnya, today is Ashla's birthday.
end
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI