"Aamiin, Kak. Kuenya Ashla makan ya. Laper, hehe."
"Silahkan tuan putri."
Ashla memakan kuenya bersama Kaeela di tengah suara tembakan yang masih bersuara sejak tadi. Ia memakai baju yang diberikan oleh Kaeela. Karena sudah malam, ia tidur sambil mengenakan selimut hadiah Kaeela juga. Ia sangat menghargai Kaeela.
Sebelum ia tertidur, ia bergumam dan berdoa penuh harapan "Ashla harap waktu bangun nanti ada Ummi Abi. Kok Ashla masih laper, ya? Padahal tadi udah makan banyak. Ashla lagi sakit Ummi, Abi. Biasanya kalian obati, sekarang Kaeela. Tapi masih sakit, bahkan makin parah. Perut Ashla ga enak. Ashla mau pulang. Tapi ini tempat asal Ashla. Ashla pengen dipeluk sama Ummi Abi untuk terakhir kalinya sebelum Ashla dipeluk Tuhan. Ya Allah, izinkan Ashla bertemu dan memeluk Ummi Abi. Ashla kangen." Lalu ia tertidur lelap dengan nafas yang ikut berhenti dan detak jantungnya.
Kondisi Ashla sangatlah miris. Ia tertidur di antara puing-puing rumahnya, di tanah. Baju yang ia pakai masih baju yang semula, bukan baju baru. Ia tergeletak di samping tanah dan kotorannya sendiri. Kue dan makanan yang ia makan sejak kemarin adalah tanah. Air yang ia minum adalah air yang kotor. Luka di sekelujur tubuh, wajah penuh darah. Manisnya ia meninggal dalam keadaan tersenyum lebar. Ia tertidur nyenyak di dekat dengan jenazah Kaeela yang telah tiada dari tanggal 30 akibat ledakan di rumah kecilnya itu. Selama dua hari ini, Ashla berhalusinasi akan adanya Kaeela. Ia padahal tidur sendiri dalam kegelapan dan kedinginan, makan yang sangat tidak pantas bahkan itu bukanlah makanan, bermain sendiri yang seolah-olah memiliki teman main.
Sekarang, ia pasti telah bertemu dengan Ummi Abinya yang sangat ia rindukan selama ini. Doa ia sebelum tidur terkabulkan. Kini anak polos itu, Ashla telah ke tempat yang lebih baik pada hari ulang tahunnya, today is Ashla's birthday.
end
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H