"InsyaAllah. Nanti Kakak coba bantu Ashla ya." ujar Kaeela sembari mengelus kepala Ashla dengan lembut.
      "Ashla juga ga yakin bisa ngerayain itu sama Abi Ummi, karena mereka kayaknya sibuk." celetuknya. Kaeela tak menanggapinya, ia menahan bulir air matanya yang dari tadi ia tahan. Ia masih ingat bagaimana kondisi Ashla ketika pertama kali ia temukan. Ashla memanggilnya dengan sebutan Ummi kepadanya. Sebegitu ridunya ia terhadap orangtuanya. Tak jarang Ashla mengigau bertemu orangtuanya, bahkan mungkin tiap malam.
      Ya. Malam ini ia, Ashla mengigau merayakan ulang tahunya dengan Abi Umminya. Tiba-tiba tengah malam ia terbangun sambil menangis kencang memanggil Abi Umminya. Kaeela berusaha menenangkan Kaeela.
      "Jangan bawa Abi Ummi! Ashla belum sempat membanggakan Abi Ummi! Bawa Ashla aja, biar Ashla yang sedih, jangan Abi Ummi! Ku mohon!" teriak igauan dia yang begitu kencang. Kaeela yang panik juga menangis sambil menenangkan dia.
      "Ashla, ada Kakak di sini. Udah Ash, udah. Kakak ga bisa liat kamu begini teus, Kakak juga bingung, Ash!"
      Kaeela berusaha membuatkan susu untuk Ashla agar dia tenang. Namun, mirisnya susu yang biasa Kaeela buatkan untuk Ashla sudah habis. Uang juga tidak cukup tuk membeli susunya, lagipula ini sudah tengah malam mana ada yang buka. Mau tak mau Kaeela harus menggendong Ashla dan menenangkannya hingga terdiam. Hati yang terus menerus tersayatkan oleh tangisan dari Ashla sambil memanggil orangtuanya. Bagaimana bisa ia memberitahu pada Ashla bahwa orangtuanya telah tiada.
      Luncuran bom telah mendarat tepat di rumah kecil itu. Kaeela yang tengah mengendong Ashla sontak melempar Ashla ke pintu agar ia dapat keluar dan selamat dari ledakan itu.
      Ashla terlempar dan keluar dari rumah itu. Ia tersenyum miris, ingin menangis tetapi hati telah mati. Ia duduk di jarak yang agak jauh dari rumah yang habis diledakkan itu dengan harapan Kaeela dapat selamat. Selang beberapa menit agak lama, ia tertidur di tanah yang kotor itu.
      "Ashla bangun." pinta seseorang kepada Ashla dengan suara yang sangat lembut. Ashla pun terbangun.
      "Kak Kaeela? Alhamdulillah Kakak selamat. Di mana para Zionis Israel yang menghancurkan harapan kita, Kak?" perkataan Ashla yang senang bercampurkan kesal karena telah menghancurkan rumah mereka. Ashla terbangun dari tidurnya yang masih di tanah.
      "Sekarang kita tinggal di mana, Kak?" tanyanya dengan polos.