Mohon tunggu...
Miswati
Miswati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1

Setelah Kesulitan Pasti ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Mahasiswa dalam Mendukung Pemerataan Pendidikan Anak Jalanan Melalui Kegiatan FULING KOMRI

11 Mei 2022   11:30 Diperbarui: 11 Mei 2022   11:38 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: dokumentasi kegiatan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia ) kota Semarang

Upaya Mahasiswa Dalam Mendukung Pemerataan Pendidikan Pada Anak JalananMelalui Kegiatan FULING KOMRI (Fun Learning bersama Komunitas Masyarakat Relawan Indonesia) Semarang
(Miswati -- Semarang)

 

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).   Pendidikan akan membangun sumber daya manusia yang terampil, kritis, menguasai IPTEK serta mampu bersaing dalam global. Melalui pendidikan, pola pikir masyarakat akan lebih kritis serta menambah wawasan yang luas. Pendidikan mengharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas, terampil, berkarakter. 

Pendidikan menjadi salah satu dari tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat mengatakan bahwa "...mencerdaskan kehidupan bangsa". Sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Pemerintah memiliki paradigma pendidikan yang menyeluruh (education for all). Pendidikan yang menyeluruh ini berlaku untuk semua kalangan dan tidak membeda- bedakan golongan, baik yang di desa maupun yang di kota. 

Hal ini menjadi jaminan konstitusi negara untuk menunaikan kewajibanya sebagiamana dijelaskan dalam (UUD, 1945) pasal 31 ayat 1 mengatakan bahwa " setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan". 

Kemudian dijelaskan pada pasal 28 C ayat 1" Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia". 

Dalam pasal tersebut, pemerintah memberikan jaminan pendidikan kepada seluruh warga dengan tidak mengenal perbedaan agama, suku, etnis dan golongan, penduduk yang tinggal di kota, desa dan kawasan pedalaman, termasuk memberikan hak yang sama kepada anak-anak yang tinggal dijalanan.

Anak- anak jalanan mengalami masalah dalam hal pendidikan. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk berhenti sekolah karena keterbatasan biaya dan faktor ekonomi sehingga harus membantu orang tuannya menyambung hidupnya. (Armita, 2016)  mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan anak masuk dalam lingkungan anak jalanan adalah kesulitan keuangan keluarga, kemiskinan, sehingga memaksa anak-anak untuk terjun kejalanan. 

Anak-anak putus sekolah mulai dari jenjang SD sampai dengan SM. Sebagaimana menurut data BPS tentang angka putus sekolah pada tahun 2020 (Statistik, 2020) dan 2021 (Statistik, 2021) berikut ini :

Dari data diatas angka putus sekolah menurut jenjang pendidikan, bahwa masih ditemukan kenaikan anak yang putus sekolah dari tahun 2020 hingga 2021. Pada anak SD pada diperkotaan dan anak laki- laki. Kemudian pada jenjang SMP terdapat peningkatan anak putus sekolah pada anak  laki-laki. 

Dan pada jenjang SM terdapat peningkatan pada anak perkotaan dan anak perempuan. Kemudian daerah pedesaan lebih mendominasi untuk anak putus sekolah dan kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. 

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh UNICEF Global Initiative on Out of School Childreen: Indonesia Case Study 2021 tentang anak tidak sekolah (ATS) bahwa tempat tinggal terpencil, kemiskinan, dan belum optimalnya sarana pendidikan yang memadai. 

Oleh karena itu, mengacu pada pemasalahan pendidikan diatas, penulis ingin menawarkan usaha yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai generasi muda dalam membantu pemerataan pendidikan di Indonesia khususnya bagi anak jalanan melalui kegiatan relawan mengajar FULING KOMRI (Fun Learning bersama Komunitas Masyarakat Relawan Indonesia) untuk memberikan pengalaman belajar serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

ISI
Semarang adalah sebuah wilayah metropolitan yang berada di Jawa Tengah. Wilayah yang luas yang meliputi perdesaan dan perkotaan. Dalam (Wikipedia, 2022) sebagian besar kehidupanya berada dalam sektor perindustrian. Banyak masyarakat menengah kebawah bermatapencaharian sebagai buruh industri. 

Berdasarkan data BPS kota Semarang (BPS, 2021) menunjukan bahwa jumlah penduduk  menengah kebawah di kota Semarang mengalami peningkatan 4,87 ribu jiwa dari tahun tahun 2020 berjumlah 79,58 ribu jiwa (4,34%) dan tahun 2021 sebanyak 84,45 ribu jiwa (4,56%). 

Dari peningkatan jumlah penduduk miskin menyebabkan masih banyak yang harus berjuang untuk mencari rupiah dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. 

Desakan ekonomi memaksa masyarakat harus turun tangan bahkan merelakan anaknya putus sekolah hanya untuk bantu memenuhi kebutuhannya, termasuk anak jalanan. Sehingga tidak sedikit anak- anak berhenti sekolah  dan bekerja menjadi anak jalanan.

Anak jalanan menurut (Nasution & Nasroni, 2007) merupakan anak yang menghabiskan waktunya dijalanan baik untuk mencari nafkah, seperti penyemir sepatu, mengamen atau berkeliaran yang dipaksa oleh orang tua yang tidak bertanggung jawab atau orang jahat. Sependapat dengan hal tersebut, dalam jurnal Shanghai Academy of Social Sciences (Sciences, 2012) menyebutkan bahwa "Street children who spend most of their time in the public spaces of cities away from home, with little or even no supervision by responsible adults. They are mostly between 5 and 17 years old (anak jalanan yang menghabiskan lebih dari waktunya di publik jarak dari kota jauh dari rumah, dengan anak anak atau tanpa pengawasan oleh orang dewasa. 

Mereka biasa antara  usia 5 sampai 17 tahun ). Kemudian menurut (UNICEF, 2015) mengatakan bahwa "street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life " (anak jalanan adalah mereka yang meninggalkan rumah, sekolah dan masyarakat sebelumnya yang mereka berusia dibawah 16 tahun dan kehidupanya berpindah- pindah dijalan raya).

Berdasarkan pendapat diatas, maka anak jalanan adalah anak yang hidup, tumbuh dan berkembang di jalanan. Anak-anak ikut  berjuang untuk membantu mencari nafkah. Bahkan mereka rela untuk meninggalkan bangku sekolahnya. Pendidikan yang seharusnya mereka rasakan di bangku sekolah, namun keadaan memaksa mereka merelakan waktu dan tenaganya untuk menyambung hidup.

Banyak dari anak jalanan terjun ke jalanan dengan berbagai faktor. Mengingat pentingnya pendidikan bagi anak, munculah komunitas kerelawanan yang turut membantu anak-anak untuk berbagi dalam hal pendidikan. Menurut (Intan & Sitio, 2016) menyatakan bahwa ada dua motif yang mendasari seseorang mengikuti kegiatan kerelawanan, diantaranya adalah memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada masyarakat dan kesenangan batin yang tidak bisa diukur dengan materi.

Kegiatan relawan mengajar ini dilakukan oleh kalangan mahasiswa sebagai agen of change dalam memberikan perubahan terutama dalam pendidikan. Mahasiswa yang bergabung dalam  komunitas  relawan yaitu Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kota semarang melakukan kegiatan belajar bersama anak jalanan sebagai aksi kepedulian masyarakat  kepada anak-anak jalanan. 

Kegiatan dilakukan bersama anak-anak  di Brintik, Semarang. Anak anak tersebut adalah anak yang mengalami kesulitan dalam melanjutkan pendidikan formal dan non formal. Sehingga mereka terpaksa harus terjun ke jalanan untuk mencari nafkah guna mencukupi kehidupan sehari hari. Keterbatasan ekonomi memaksa mereka harus berjuang dan merelakan untuk putus sekolah. Dampaknya adalah perubahan moral yang kurang baik seperti sopan santun dan cara berbicara. 

Hal ini dikarenakan kerasnya hidup dijalanan membuat mereka tidak peduli dangan tata karma. Mereka hanya berfikir agar bisa makan sehari-hari. Sehingga dengan keprihatinan tersebut mengundang hati nurani para mahasiswa untuk terjun sebagai relawan mengajar pada anak jalanan di Brintik Semarang.

(sumber: dokumentasi kegiatan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia ) kota Semarang
(sumber: dokumentasi kegiatan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia ) kota Semarang

Kegiatan dikemas dalam kegiatan FULING KOMRI (Fun Learning bersama Komunitas Masyarakat Relawan Indonesia). Kegiatan mengajar dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga  anak-anak menjadi senang dan gembira untuk melepaskan penat mereka disela-sela kesibukan  di jalanan. Kegiatannya meliputi mewarnai, membuat kerajinan tangan, games dan penyerahan  makanan kepada anak anak.

Kegiatan diawali dengan ice breaking dahulu yang dipimpin oleh relawan seperti menyanyi, bertepuk tangan. Kemudian dilanjutkan dengan games sederhana. Anak- anak mengikuti instruksi yang diarahkan oleh kakak relawan. Adapun gamesnya seperti games konsentrasi, estafet karet, dan lainya. 

Setelah games selesai anak-anak dibagi beberapa kelompok untuk mengikuti kegiatan. Adapun kelompoknya seperti kelompok mewarnai, kelompok kerajinan tangan. Kemudian anak- anak diberikan kesempatan untuk mendengarkan kakak relawan menyampaikan materi tentang pentingnya pendidikan moral dan sebagainya. Hingga kegiatan ditutup dengan pembagian makanan dan makan bersama.

Para relawan memberikan edukasi kepada anak-anak terkait pendidikan  moral  dan pengetahuan lainya seperti literasi.  Hal ini dikarenakan anak-anak  banyak yang belum paham pentingnya pendidikan moral dan terkait literasi. Ada yang usianya SD tetapi belum bisa membaca bahkan mengenali huruf.  Sehingga pendidikan akan agama moral dan  pengenalan keaksaraan sangat penting dikenalkan kepada mereka.

Antusias anak-anak dalam belajar sangat tinggi. Mereka bersemangat ketika ada relawan yang turun untuk memberikan bekal kepada mereka. Anak-anak sangat senang dengan keberadaan kakak kakak relawan. 

Anak-anak sangat senang dan gembira. Perlunya dukungan dari beberapa pihak untuk mengatasi  permasalahan  anak jalanan  di Brintik, Semarang. Tidak bisa dipungkiri, sebagai masyarakat harus menerima keberadaan anak jalanan serta menghilangkan  anggapan bahwa anak jalanan adalah "sampah masyarakat". Karena pada dasarnya anak jalanan adalah tanggung jawab bersama mulai dari pemerintah hingga masyarakat umum. 

Kemudian perlunya mengevaluasi kebijakan yang dilakukan pemerintah seperti penertiban anak jalanan  yang diimbangi dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia  (anak jalanan). Memberikan pelatihan yang produktif dan merehabilitas anak jalanan agar mampu berprestasi dengan anak-anak pada umumnya. 

Upaya lain yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam lingkup universitas adalah dengan memasukan mata kuliah pendidikan anak jalanan sebagai pengabdian masyarakat dalam perwujudan tri darma perguruan tinggi kemudian bias diimplementasikan dalam praktik Kuliah Kerja Nyata (KKN ) atau penelitian.

PENUTUP

Anak jalanan adalah anak - anak yang usianya kurang lebih 6 sampai 18 tahun  yang tumbuh dan berkembang di jalanan serta  ikut  berjuang untuk membantu mencari nafkah bahkan mereka rela untuk meninggalkan bangku sekolahnya. Banyak faktor yang menyebabkana anak - anak turun ke jalanan seperti faktor ekonomi, sehingga mereka terpaksa harus putus sekolah dan bekerja di jalanan. 

Kegiatan relawan mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai generasi muda sangat berpengaruh dalam upaya pemerataan pendidikan terutama bagi anak jalanan. Mahasiswa yang bergabung dalam komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) diharapkan mampu menjadi agen of change untuk peduli terhadap sesama terutama dalam hal perubahan pendidikan yang lebih baik. 

Melalui kegiatan belajar yang menyenangkan (fun learning) diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta memgedukasi anak jalanan dengan suasana belajar yang berbeda. Namun, untuk mengatasi permasalahan anak jalanan perlunya turun tangan dan kerjasama dari pemerintah dan masyarakat dan anak jalanan ,seperti adanya bimbingan pelatihan softskill dan hardskill kepada anak jalanan  agar produktif serta adanya bukti nyata bahwa negara menjamin perlindungan akan hak-hak anak jalanan. 

Disamping itu, peran masyarakat seperti komunitas atau Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) bahkan lingkungan universitas turut berkontribusi  dalam memberikan layanan pendidikan serta mengurangi jumlah anak jalanan yang putus sekolah.#KampusMerdeka#KampusMengajar

REFERENSI

Armita, P. (2016). Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan dengan Teori Self Esteem. Jurnal PKS, 15(4).
BPS, K. S. (2021). Berita Resmi Statistik Kemiskinan Kota Semarang. Semarang.
Intan, A. P., & Sitio, R. P. (2016). Motivasi Volunteer Sebuah Studi Deskriptif Pada CSO Pendidikan Anak Marjinal                 dan Jalanan. Jurnal Manajemen, 13(1).
Nasution, M. D., & Nasroni, F. (2007). Harga Diri Anak Jalanan. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 9(1).
Sciences, S. A. (2012). Homeless People : Street Children In Asia. Shanghai Academy of Social Sciences.
Statistik, B. P. (2020). Potret Pendidikan Indonesia Statistik Pendidikan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Statistik, B. P. (2021). Statistik Pendidikan. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
UNICEF. (2015). Global Oit of School Children Initiative. USA: UNESCO Institute for Statistics.
UUD1945. (1945). Undang- Undang Dasar 1945. Jakarta.
Wikipedia. (2022, Mei Selasa). Retrieved Mei 2, 2022, from https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Semarang

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun