Berdasarkan pendapat diatas, maka anak jalanan adalah anak yang hidup, tumbuh dan berkembang di jalanan. Anak-anak ikut  berjuang untuk membantu mencari nafkah. Bahkan mereka rela untuk meninggalkan bangku sekolahnya. Pendidikan yang seharusnya mereka rasakan di bangku sekolah, namun keadaan memaksa mereka merelakan waktu dan tenaganya untuk menyambung hidup.
Banyak dari anak jalanan terjun ke jalanan dengan berbagai faktor. Mengingat pentingnya pendidikan bagi anak, munculah komunitas kerelawanan yang turut membantu anak-anak untuk berbagi dalam hal pendidikan. Menurut (Intan & Sitio, 2016) menyatakan bahwa ada dua motif yang mendasari seseorang mengikuti kegiatan kerelawanan, diantaranya adalah memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada masyarakat dan kesenangan batin yang tidak bisa diukur dengan materi.
Kegiatan relawan mengajar ini dilakukan oleh kalangan mahasiswa sebagai agen of change dalam memberikan perubahan terutama dalam pendidikan. Mahasiswa yang bergabung dalam  komunitas  relawan yaitu Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kota semarang melakukan kegiatan belajar bersama anak jalanan sebagai aksi kepedulian masyarakat  kepada anak-anak jalanan.Â
Kegiatan dilakukan bersama anak-anak  di Brintik, Semarang. Anak anak tersebut adalah anak yang mengalami kesulitan dalam melanjutkan pendidikan formal dan non formal. Sehingga mereka terpaksa harus terjun ke jalanan untuk mencari nafkah guna mencukupi kehidupan sehari hari. Keterbatasan ekonomi memaksa mereka harus berjuang dan merelakan untuk putus sekolah. Dampaknya adalah perubahan moral yang kurang baik seperti sopan santun dan cara berbicara.Â
Hal ini dikarenakan kerasnya hidup dijalanan membuat mereka tidak peduli dangan tata karma. Mereka hanya berfikir agar bisa makan sehari-hari. Sehingga dengan keprihatinan tersebut mengundang hati nurani para mahasiswa untuk terjun sebagai relawan mengajar pada anak jalanan di Brintik Semarang.
Kegiatan dikemas dalam kegiatan FULING KOMRI (Fun Learning bersama Komunitas Masyarakat Relawan Indonesia). Kegiatan mengajar dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga  anak-anak menjadi senang dan gembira untuk melepaskan penat mereka disela-sela kesibukan  di jalanan. Kegiatannya meliputi mewarnai, membuat kerajinan tangan, games dan penyerahan  makanan kepada anak anak.
Kegiatan diawali dengan ice breaking dahulu yang dipimpin oleh relawan seperti menyanyi, bertepuk tangan. Kemudian dilanjutkan dengan games sederhana. Anak- anak mengikuti instruksi yang diarahkan oleh kakak relawan. Adapun gamesnya seperti games konsentrasi, estafet karet, dan lainya.Â
Setelah games selesai anak-anak dibagi beberapa kelompok untuk mengikuti kegiatan. Adapun kelompoknya seperti kelompok mewarnai, kelompok kerajinan tangan. Kemudian anak- anak diberikan kesempatan untuk mendengarkan kakak relawan menyampaikan materi tentang pentingnya pendidikan moral dan sebagainya. Hingga kegiatan ditutup dengan pembagian makanan dan makan bersama.
Para relawan memberikan edukasi kepada anak-anak terkait pendidikan  moral  dan pengetahuan lainya seperti literasi.  Hal ini dikarenakan anak-anak  banyak yang belum paham pentingnya pendidikan moral dan terkait literasi. Ada yang usianya SD tetapi belum bisa membaca bahkan mengenali huruf.  Sehingga pendidikan akan agama moral dan  pengenalan keaksaraan sangat penting dikenalkan kepada mereka.
Antusias anak-anak dalam belajar sangat tinggi. Mereka bersemangat ketika ada relawan yang turun untuk memberikan bekal kepada mereka. Anak-anak sangat senang dengan keberadaan kakak kakak relawan.Â
Anak-anak sangat senang dan gembira. Perlunya dukungan dari beberapa pihak untuk mengatasi  permasalahan  anak jalanan  di Brintik, Semarang. Tidak bisa dipungkiri, sebagai masyarakat harus menerima keberadaan anak jalanan serta menghilangkan  anggapan bahwa anak jalanan adalah "sampah masyarakat". Karena pada dasarnya anak jalanan adalah tanggung jawab bersama mulai dari pemerintah hingga masyarakat umum.Â