"He, Sakti!" panggil Sitok.
"Apa?" jawab Sakti yang sedang asyik mengadem di sudut besalen.
"Kenapa harus dibolak-balik?" tanya Sitok merujuk pada logam yang sedang dia tempa, yang dia balik setiap beberapa kali pukulan.
Sakti mengernyitkan dahi. Berpikir. Kalau pelipatan bahan dia tahu tujuannya, untuk menciptakan guratan-guratan pada bilah. Sementara membolak-balik bahan saat ditempa, dia tidak tahu apakah itu cara khusus yang dimiliki Sitok atau memang seperti itu seharusnya.
Sakti mengangkat bahu.
"Masak kau tidak tahu?" tanya Sitok. Senyum kucing terlukis di wajahnya yang penuh peluh.
"Aku bukan seorang pandai. Cuma seorang panjak." Sakti mencibir.
"Panjak sejatinya calon pandai yang sedang belajar. Seharusnya tahu ilmu-ilmu empu yang dia bantu."
"Terserah apa katamu."
"Jadi, maukah kau terima ilmu dariku?" Senyum Sitok terlihat menjengkelkan.
"Oh, dengan senang hati, Empu Sitok," jawab Sakti tanpa ada ketertarikan sama sekali.