1. Keyakinan
Kita sama keyakinan
Kuyakin kau bahagiaku
Kau yakin bahagia dengan dia
Inilah romantisme yang menghancurkan
Â
2. Patah Hati
Hati mana lagi yang layak remuk
Selain hati berharap tanpa dipenuhi
Hati mana lagi yang boleh berkeringat
Selain hati penuh doa dulu bagimu
Hati mana lagi yang mengucur
Saat harapannya sebatas bayangan
Hati mana lagi yang pasti tersiksa
Saat harapan dihancurkan oleh yang diharapkan
Â
3. Benci
Benci, suatu hak yang dilarang
Aturan norma yang normatif
Padahal rasa itu muncul sewajarnya
Rasa yang menyatu dengan kesedihan
Â
Mencoba diingkari agar kuat
Namun perlahan menyatu dengan darah
Kekuatan yang tak imbang
Perkelahian abadi hati dan logika
Â
4. Belajar Lelah
Siklus tubuh membuat lelah
siklus hati malah memakan tubuh
Sama-sama meminta jatah pada otak
Membuat yang punya tubuh was-was
Â
Siapa yang layak didahulukan
Ya tentu di pembuat lelah
penuh dosa dan tanggung jawab
Kini dia mencar hati baru
Untuk dilukai dan dilelahkan
Â
5. Memulai
Kita sama-sama memulai
Kau memulai dengan yang baru
Aku memulai sakit hati (lagi)
Â
Kita sama-sama berakhir
Kau mengakhiri sendirimu
Aku mengakhiri bahagia darimu
Â
Mari sama-sama memulai
Aku memulai kembali berharap
Kau & dia memulai bahagia baru
Â
6. Berpura
Ada mata yang fasih
Mengeluarkan air mata
Ada hati yang lapang
Penuh ruang menampung sedih
Â
Ada otak yang penuh logika
agar ia mampu berpura bahagia
Ada mulut yang melebar
Agar tetap cakap berbohong
Â
Â
Semarang, 22 September 2015
Aloysius G Dinora
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H