"Hip! Hip! Hore!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"A ha ha ha yess gitu dong!" Neka tertawa-tawa bahagia. Hidupnya bak lampu taman yang nyalanya sangat terang. Disambut meriah, disorak sorai banyak teman, dikelilingi para penjaga, dan dikontrol langsung oleh...
"Luar biasa sus, sudah berapa lama?"
"Baru seminggu ini dok," jawab seorang suster cantik sambil menempelkan telunjuknya ke dahi, katanya,
"OGB dok, orang gila baru, saya yang stres jadinya"
"Ha ha, suster, suster, awas loh ketularan," balas dokter Jaka sambil geleng-geleng kepala seperti adegan head banging anak-anak band metal. Diraihnya map berisi catatan pasien atas nama miss Neka. Dibacanya baris demi baris, diulang-ulang, dibolak-balik karena...
"Saya itu pahlawan loh, coba kalo bukan saya, itu pemuda sudah digondol setan, masak tiap hari kerjaannya di rumah saja tapi bisa beli motor baru, helm mahal, pesen makanan fast food!"
Hemm..
"Lihat kan, karena tiap hari saya interogasi, saya paksa mengaku, akhirnya ia mengaku kalo semua uangnya berasal dari memuja setan, setan tuyul, hebat ndak saya?"
Oh.. wah wah wah..
"Dok! Dok! Dok! Halooo..."
"Hah?"
Astaga... dokter Jaka kembali ke dunia nyata, catatan-catatan panjang yang lucu dan menggemaskan mendadak jatuh hilang, ditimpa panggilan keras suster Ema yang judes setengah mati
"Siap sus, sebentar ya," setengah berteriak ia jawab sambil membawa catatan-catatan pasien lain untuk observasi. Dalam perjalanannya menuju ruang obervasi, sebentuk dua bentuk kalimat dari catatan miss Neka terngiang lagi,
"Lihat kan, karena tiap hari saya interogasi, saya paksa mengaku, akhirnya ia mengaku bahwa semua uangnya berasal dari memuja setan, setan tuyul, hebat ndak saya?"
Hemm.. kok bisa ya? Gumam dokter Jaka. Padahal pemuda itu ndak salah apa-apa, ndak mengganggunya, dan duitnya dari bikin video yutub, frilen nulis, dan banyak pekerjaan yang memang bisa dilakukan di rumah saja...
"Hip! Hip! Hore!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"A ha ha ha yess gitu dong!"
Loh, loh suara itu lagi, jangan-jangan aku disuruh observasi miss Neka? Gumam dokter Jaka. Langkahnya mendadak surut, seperti takut, karena,
"Halo papa!"
"Wah manisnya!"
Waduh, beneran... dokter Jaka menutup mukanya lemas. Bayang-bayang seorang wanita setengah muda berwajah sok yakin dan super keras kepala menjadi nyata di depannya,
"Halo papa!"
"Halo papa!"
"Sini dong, katanya aku mau diwawancara?"
"Yuk?"
"Mau cerita yang mana? Yang pemuda pemuja setan? Om-om pemalas yang suka bangun siang? Ibu-ibu yang ndak mau kerja, cuman bergantung sama suaminya atau petugas kesehatan yang nakal menyuruh vaksin pa?"
"Aduh, itu yang om-om pemalas itu loh pah, tiap pagi aku bangunin pake lagu-lagu yang kenceng loh pah, biar mau bangun pagi pah, biar ndak malas, gimana? Aku pahlawan toh?"
Plak, dokter Jaka memukul dahinya lagi, sebuah catatan kejadian tentang seorang desainer grafis yang mencak-mencak karena habis kerja semalaman, tak bisa tidur di pagi hari akibat suara keras sound sistem miss Neka terpampang di mukanya.
"Ya namanya desainer grafis, biasanya kerja dari jam nol-nol tho dok, sampe pagi, biar tenang ndak ada gangguan," bisik suster Ema.
Hemm.. kok bisa ya? Gumam dokter Jaka. Padahal om-om itu ndak salah apa-apa, ndak mengganggunya, dan emang kerjanya dimulai dari jam nol-nol, masak ndak boleh tidur jam enam, kan kasihan...
"Halo papa!"
"Halo papa!"
Astaga
"Sini dong, katanya aku mau diwawancara?"
"Yuk?"
"Lagi ya?"
"Itu loh istrinya pak Anu, yang rumahnya di pojokan desa, masak udah kerja enak-enak di Bank, keluar aja, risain katanya, biar bisa malas-malasan di rumah, eh... kan itu namanya membuat keluarga susah, suami susah, betul ndak pah?"
"Hip! Hip! Hore!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"A ha ha ha yess gitu dong!" Neka tertawa-tawa bahagia seperti artis rock and roll terkenal yang ngetop, yang sedang diwawancarai oleh wartawan majalah beken,
"Hip! Hip! Hore!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"Hip! Hip! Hore!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"Sssst.... hayo pada makan dulu, biarkan miss Neka diwawancara ya!" seru suster Ema
"Halo papa!"
"Halo papa!"
"Aku disini karena aku pahlawan kan pah? Ya kan?"
"Ya kan pah?"
"Jangan lemes gitu dong pah, yuk, yuk?"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
"Hidup bu Neka, bu Neka, miss Neka!"
.
.
.
Jogja, September 2024
miss sukarti dimejo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H