Emak berlari kecil menuju ruang tamu yang jaraknya lumayan jauh dari kamar Elis. Hatinya mendadak bertanya-tanya, Tumben ada tamu. Namun langkah kakinya seperti tak mau berhenti untuk sekedar berpikir, siapa, mengapa, kenapa, tak biasanya ada tamu.
Kriet... pintu dibuka,
"Sore bu," sapa seorang gadis cantik manis berkulit coklat dari balik pintu sambil memburu tangan emak untuk diciumnya, emak terkejut.
"So so re, aduh duh, jangan non, emak tangan emak kotor"
"Ananda siapa? Eh anu maaf hendak cari siapa? Atau jangan-jangan salah rumah?"
"Sa.. saya Ani bu"Â
"Eh?" emak jatuh pingsan saking heran dan rasa tumben-nya.
***
"Kamu tega banget Lis!" Tante kokom menunjuk-nunjuk Wajah Elis penuh amarah, Elis hanya bisa menundukkan wajahnya, diam seribu bahasa. Imajinya akan dua dunia yang segera bersatu menjadi dunia baru koyak sudah. Dua pilihan yang sulit kini terhidang di hadapannya, memilih emak hidup atau meninggalkan emak dan mengikuti kata hatinya.
"Kamu gak waras Lis!" lirih bisik om Encep menyadarkannya dari lamunan galau yang muncul sesaat. Di depannya terbaring emaknya yang baru siuman.
"Ah emak, aku..," Elis bergumam sedih melihat kedua bola mata emak yanggundah melihat langit-langit kamar, ke kiri, ke kanan, terpejam sebentar, terbuka lagi, lalu mengeluarkan air mata.