Mohon tunggu...
sukarti dimejo
sukarti dimejo Mohon Tunggu... Buruh - buruh harian lepas

berusaha menikmati hidup dengan menulis, terima kasih :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Halo?

16 Juli 2024   03:13 Diperbarui: 16 Juli 2024   03:18 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Iya bu, peluk yang lama ya bu, ehm enak, enak. Pijitin juga ya bu?"

"Aduh jangan keras-keras dong bu, atitt...."

"Iya enak bu, iya..."

"...."

"Hemmh," bibi menghela nafas kecewa. Hatinya sakit mendengar Nana kecil mengigau. Pijitan dan belaian sayangnya seakan menjelma belaian sang ibu, ia yang masih belum menampakkan batang hidungnya di penghujung malam yang hampir habis. Diam-diam ia terus berdoa agar tuannya segera pulang.

"Ah ibu, jangan poke-poke terus dong, aku jadi geli nih"

Klik

"Sudah maem belum sayang?"

"Sudah dong bu"

"Pinter"

"Pake apa dong tadi maemnya?"

"Pasti pake ayam goreng krispi?"

Klik

"Hemm enak enak enak, pokonya enak deh bu, ibu mau?"

"Iya, masih ada kan buat ibu?"

"Iya deh, Nana simpan satu buat ibu?"

"Ya udah, sekarang Nana bobok siang dulu ya?"

"Siap bu..."

"Dadah..."

"Dadah"

Klik

Nana kecil menutup laptop kesayangannya. Teman dekat sekaligus alat penyambung komunikasinya dengan sang ibu. Hari-harinya yang panjang, dari siang pulang sekolah hingga malam hari saat beristirahat selalu diisinya dengan obrolan panjang lewat jaringan internet, sebab sang ibu hanya hadir di dunia maya.

Sore ini hujan turun lebat sekali. Tetes-tetes airnya berlomba-lomba dengan kegundahan hati Nana kecil yang sedang disayang dan diberi asupan perhatian hanya lewat obrolan dunia maya. Bibi yang duduk di sebelahnya merasakan sebuah perubahan sikap Nana kecil, kerinduan yang sangat akan kehadiran sang ibu.

"Bi?"

"Iya den"

"Emm minta tolong ambilin kertas diary-nya ibu dong"

"Eh? Nanti nggak dimarahi ibu den?"

"Enggak.... Nana udah bilang sama ibu kok," Nana kecil berbohong.

Tak lama setelah tiga lembar kertas diary ia dapatkan, Nana kecil mulai menulis sebuah surat buat sang ibu,

.

ibunda sayang, aku bukan tamagotchi

Sungguh bu, aku bukan tamagotchi, atau virtual pet, apalagi vurtual kid! Maaf bu, Nana lebih suka bertemu langsung dengan ibu.

Buat Nana, ketemu ibu di rumah-sore hari, di kantor sepulang aku sekolah, atau di sekolah-jemput Nana pulang sekolah merupakan hal yang buat Nana bahagia. Jangan anggap Nana manja ya bu? Nana cuma pengen ketemu ibu

Ibunda sayang, bila Nana tertawa-tawa pakai emoticon di facebook chat atau whatsapp, itu kadang cuma pura-pura saja, sebab kini aku tak bisa tersenyum bila ibu hanya membelaiku lewat dunia maya

Memang sih, laptop yang ibu beri ini sangat canggih hingga Nana bisa melihat ibu yang sedang berbicara dengan aku. Tapi bu, itu semua tak bisa melegakan rasa rinduku padamu bu. Sebab sudah tiga minggu ini ibu tak bisa menemaniku di dunia nyata, sibuk sekali ya bu?

Ah ibu, apakah ibu peduli dengan semua itu? Nana kadang-kadang berpikir bahwa ibu tak sungguh-sungguh menyayangi aku. Apakah benar bu, kalo Nana ini hanya virtual kid atau tamagotchi ? Sebab tiap kali aku haus kasih ibu, ibu selalu melegakannya dengan meng-klik tombol-tombol komputer di kantor atau hape ibu?

Sudah tiga minggu lho bu, rasanya lama sekali, sejak ibu bilang akan ada pekerjaan besar yang menyita waktu ibu. Tak rindukah ibu padaku? Coba ibu mau sebentar saja menemani aku dalam satu hari, Nana akan bacakan puisi sambil diiringi gitar bolong oleh ayah.

Mau ya bu? Kapan bu? Ah ibu, aku bosan dengan Acting Like a tamagotchi ini, Nana gak mau lagi chatting, bener bu, Nana mau pergi saja sama bibi.

Dadah...

Nana kecil sayang ibu,

.

.

"Panjang amat den, suratnya?"

"Iya bi, buat ibu"

"Hemm... Nana anak yang baik, sabar ya, bulan depan ibu sudah bisa nemenin Nana kok"

"Huh bosan bi! Janji-janji melulu"

"Sssttt, nggak boleh gitu ya"

"Biarin!"

.

.


.

Jogja dingin, 16 Juli 2024

miss sukarti dimejo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun