"Eh?" kang joni kaget, sadar dari lamunannya. Otaknya masih acak kadut. Di depannya nampak Najip yang mulutnya sedang komat-kamit, entah omong apa. Badannya makin lama makin terasa berguncang-guncang, sepertinya si najip mencoba membawanya ke alam sadar, duh!
"Kang!"
"Kang Joni!"
"Halo?"
Kalau saja ada tawar menawar, pasti abahnya Najip lebih memilih untuk diambil langsung tanpa perlu lama sakit, membikin repot anggota keluarga, dan yang paling penting, tidak menghabiskan banyak uang... karena memang tak ada uang!
"Uang?"
"Uang apa kang?"
"Kang?"
"Eh Jip, anu Jip, uangnya anu"
"Hadeh kang Joni ni malah bikin aye jadi setres aje"
Najip melihat kang Joni dengan perasaan bersalah. Mungkinkan curhatannya membuat si akang jadi setres? Dipijitnya punggung akangnya sambil menggumamkan lelaguan desa supaya akangnya jadi normal kembali. Duh, berdosanya aku! seru Najip lirih.