"Astaga? Ia berbicara dengan dirinya sendiri lagi?" Jon menepuk jidat lebarnya sambil berlari, kembali menghampiri kediaman Pat. Dalam hatinya bertanya, apakah benar-benar sudah parah kadar halusinasi Pat, atau benar-benar capek dalam menghela banyak kepala yang selalu mengucap kata "amin".
Tapi Aku ra kenal kowe Pat! Kamu siapa? Aku tak pernah merasa kenal denganmu, terutama karena banyak karunia yang ternyata kau berikan dengan tidak cuma-cuma, tapi entah bagaimana banyak kepala tetap saja meneriakkan kata-kata,
"Amen!"
"Amen!"
"Amen!"
"Am..."
"Pat? Astaga? Kamu baik-baik saja? Kamu bicara dengan siapa? Apa yang kamu katakan tadi? Kenapa Pat? Sungguhkah itu Pat? Siapa yang merasukimu Pat? Sadar Pat! Sadar Pat! Sadar Pat! Sadar...."
"Mas, mas, saudara Jon? Maaf, membangunkanmu, saya minta tolong dibantu mengisi data pribadi pasien atas nama panggilan ee.. Pat? Iya Pat, Pat ya? Tolong yah?" suara lembut wanita muda berseragam putih bersih menyadarkan Jon dari mimpinya,
"Eh, iya, iya sus, suster, maaf, maaf, bagaimana keadaan Pat?"
"Dia baik-baik saja, kami beri suntikan penenang, sekarang ia tidur, tolong yah dibantu diisi datanya yah?"
"B b baik suster, suster, sus..."