"Pat? Pat? Pat? Haloo? Kita sudah sampai, mau aku bawakan tasnya?"
"Ah? Aduh, maaf saudaraku yang terkasih, saya tadi terlena dalam bayangan kejadian kemarin. Kamu tahu kenapa? Ya ya, kemari, mari maju dan beri kesaksian, mari, saya hantar Anda, beri Amen, beri amen!"
"Amin!"
"Pat, yuk, nampaknya Anda butuh istirahat," Jon, sopir pribadinya menghela nafas berkali-kali, entah sedang merasa kasihan atau kesal dengan kelakuan Pat yang menurutnya seperti sebuah mp3 player, yang selalu ter "play" pada timeline lagu tertentu, yang kebetulan sama, sama, sama, tidak beda... tapi entah bagaimana bisa membuat banyak kepala berkata bersama-sama,
"Amen!"
"Amen!"
"Amen!"
Tapi Aku ra kenal kowe Pat! Kamu siapa? Mengapa selalu bersikeras menghadap, memohon berkatKu, meminta karuniaKu, dalam jumlah banyak pula? Kenapa Pat? Kenapa Pat? Kenapa Pat? Apakah kau selalu berpikir bahwa kamu bisa menipuku dengan bakatmu itu? Aku tahu Pat, kau pandai menghanyutkan banyak kepala dengan biacaramu, terlebih dengan keadaanmu yang mungkin membuat banyak kepala ingin selalu mengucap,
"Amen!"
"Amen!"
"Amen!"