"Amen!"
"Amen!"
"Amen!"
Sekali lagi Pat terselamatkan oleh tepuk riuh tangan banyak kepala, ia bernafas lega lalu menggumamkan kata "amen" tiga kali. Namun saat perjalanan pulang, di dalam kendaraan ia hanya mampu terdiam membisu, hanya menanggapi pertanyaan basa-basi sopir pribadinya dengan "hem" atau ya atau amin, seperti biasanya, seperti dua laksa kalimat yang selalu terngiang-ngiang di telinga kirinya, lalu membuatnya tertunduk malu.
"Malu kepada siapa Pat?"
"Entahlah, tapi aku malu"
"Ah kau memang yang terbaik..."
"Amen!"
"Amen!"
"Amen!"
"Am..."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!