Â
      "Kamu kenapa ndok?" tanya Warsinih.
       "Aku tidak apa-apa nek," jawabnya.
     Seketika dia bingung saat melihat Warsinih berada di hadapannya, lalu dia mulai berdiri dan memapahnya kembali. Sinta meraih tangan Warsinih agar bisa duduk di dekatnya. Warsinih memandangi ruangan nya  yang tampak sudah ada penerang.
      "Siapa yang menghidupkan lilin?" tanyanya.
      "Sinta, nek," jawabya.
     Tampak wajahnya semakin sendu, dia berharap bukan Sinta, tapi Rudi cucu satu-satunya. Warsinih melihat foto yang terpampang di dinding. Tak terasa air matanya kembali berlinang, akhirnya dia berkata dan menguatkan dirinya.
 Â
      "Sinta, sudah berapa lama Rudi meninggalkan kita?" tanyanya.
      "Hem, sudahlah nek, seharusnya dari dulu nenek ikhlas. Jangan terlalu sedih, kesehatan nenek itu penting." Ujar Sinta.
      "Kamu masih muda tapi tabah, makasih ya ndok, besok tolong antarkan nenek ke makamnya."
     Mereka pun meneteskan air matanya, ternyata rasanya sakit saat di tinggal dengan orang yang benar-benar kita sayangi. Terlebih waktu itu Sinta akan menikah dengan Rudi, pernikahan gagal saat Rudi sedang melaksanakan tugasnya di negara Timor Leste. Dia mengalami kecelakaan yang akhirnya membuat dia meninggal dunia.Â
Padahal Rudi berjanji pulang untuk melaksanakan janjinya pada Sinta, saat itu juga orang tua Sinta menitipkan kepada Rudi agar menjaganya. Ayah Sinta juga seorang Tentara, kebetulan adalah atasan Rudi.Â
    Janji tinggallah janji saat Allah berkehendak lain, mereka sama-sama meninggal di tempat terbaik saat melaksanakan tugas. Bagi Sinta dua hal yang menyakitkan mendapatkan musibah sekaligus. Sedangkan Warsinih terpukul karena Rudi adalah harapannya satu-satunya. Tiba-tiba seseorang datang dengan tergopoh-gopoh ke hadapan mereka, membuat Warsinih dan Sinta bingung.
     "Sinta, nek ...," suaranya hampir tak terdengar karena tersengal-sengal.
     "Ada apa toh, nang?" tanya nenek bingung.
    Pemuda itu mencoba tenang, tak lama dia menceritakan semuanya. Rasa tak percaya bercampur aduk di dada mereka dan pikirannya, nenek yang tadinya sedang berdiri mencoba duduk. Sesekali melihat foto yang terpajang di dinding, tak lama seseorang bersama rombongan mendekati mereka.Â
   Rasa tak percaya menutupi wajah mereka, Sinta lemas seketika, dia terjatuh duduk di lantai. Air matanya mengalir dan menetes  membasahi pipinya. Seseorang melangkah mendekati mereka berdua, seorang pemuda tampan dan gagah meraih tangan Sinta, serta nenek.
     "Ya Gusti, apa yang terjadi sebenarnya apakah ini nyata?" ucap nenek sambil menyentuh tubuh pemuda itu.Â
Sedangkan pemuda itu tersenyum, dan menghapus air mata Warsinih dan Sinta. Semua mata tertuju pada mereka, dari rombongan pemuda itu seorang pria setengah tua mendekati Sinta yang sedang menangis. Dia melihat Sinta yang tertunduk, lalu dia mengangkatnya.Â
    "Bangunlah, ini papa nak," ucap pria tua itu.
    Sinta mengangkat kepalanya, saat mendengar suara tersebut. Suara tangis pun pecah seketika, dia merangkul pria tersebut dan memeluknya.
    "Papaaaa ....!" teriaknya.Â
    Pria tua itu menjelaskan rasa penasaran mereka, semua terungkap bahwa kemarin adalah kekeliruan. Mereka membawa jenazah orang lain, mengatasnamakan mereka. Semua yang berada di sana bernafas lega, terlebih nenek terlihat senang dan bahagia saat benar itu adalah cucu kesayangannya.Â
     "Nek, hari ini Rudi boleh kan menghidupkan lentera rumah ini?" tanya Rudi.
     Nenek hanya mengangguk karena merasa bahagia, dia tak sanggup bicara lagi. Penduduk desa berbondong-bondong saat melihat rumah nenek sangat ramai di subuh yang bersahaja. Lentera rumah menyala terang benderang, mereka bahagia ternyata Rudi masih hidup. Rudi membawa nama baik desa tersebut, semua menyambut kedatangan Rudi.
Akhir penantian nenek dan Sinta membawa kebahagiaan, papa Sinta yang bernama Rio Andara akhirnya ikut bahagia karena akan menikahi putri kesayangannya.Â
TAMATÂ Â
Â
     Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI