Tangan kiri gadis itu diperban. Polisi menggeledah rumahnya. Pegangan tangga yang patah tergeletak dekat lemari buku. Bercak darahnya sebulan yang lalu menghitam di lantai. Tetesan air menggema dalam rumah.
Polisi tidak menemukan kejanggalan. Namun Raya menjual rumah itu dan pindah ke apartemen.
Apartemen itu hanya punya empat ruang. Ruang tengah dan dapur bersisian. Pintu dan dua jendela besar menghadap balkon. Raya menata ratusan buku di ruang tengah. Hingga mengantuk dan tertidur di sofa.
Pukul tiga dini hari, jendela yang membentur dinding membangunkan gadis itu. Dia menutupnya dan segera masuk kamar. Sekelebat bayangan menuju dapur.
Selembar kertas terselip di pintu. Dia menemukan ketika hendak mencari sarapan. Kertasnya menguning tanpa nama pengirim.
Merah itu tak lagi sama
Waktu enggan bergerak
Benci berdetak
Menghitam
Aku adalah kamu
Mungkin taipan itu yang mengirim teror. Gadis itu bersumpah sebagai jurnalis harus menulis fakta. Dia mengunci pintu dan mencari sarapan. Beruntung ada tamu lain menuju lift. Langkah kaki persis di belakangnya. Sebelum masuk lift dia ingin menyapa tamu itu. Tidak seorang pun di koridor.