Mohon tunggu...
Anjani Eki
Anjani Eki Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Fiksi

Penikmat Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Backpacker Mencari Cinta] Kota Suci, Bikini dan Cium Perpisahan

10 Februari 2016   09:52 Diperbarui: 17 Februari 2016   12:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pukul tiga sore waktu setempat. Pattaya, Thailand. Menikmati udara sore bersama teman yang baru kukenal. Bold. Paling tidak begitulah aku menangkapnya. Dia tidak memberi tahu bagaimana mengeja namanya. Jadi aku simpulkan bold. B-O-L-D.

Usianya 40 tahun. Jauh-jauh terbang dari Norwegia menuju Thailand untuk menghindari musim dingin di negaranya. Aku baru saja menumpang sholat di kamarnya. Di sebuah kamar kecil dengan balkon menghadap pantai. Bold menunggu aku di bar. Tempatnya tepat di belakang hotel ini.


Tak susah untuk menemukannya. Pria berambut coklat .Tinggi 180 cm. Memiliki tato di tangan kiri. Bertuliskan sebuah nama "Mia". 


"Mia nama anakku. Ibunya sekarang sudah menikah dengan pria meksiko. Hidupnya bahagia. Tapi hubunganku dengannya sangat baik . Aku manusia bebas. Tidak ada beban dan bisa pergi kemana saja. Tapi..yah...tanpa wanita."


Aku mendengarkan sambil sesekali  melihat bar yang kami lewati.  Wanita muda dengan pakaian mini berdiri berjajar mencari pelanggan.  Mereka menatapku heran. Aku dan Bold saling melempar senyum. Menyadari bahwa banyak yang memperhatikan kami. Dengan cuek aku dan Bold  terus berjalan menuju pantai.

 

Bold melanjutkan ceritanya kepadaku. sambil menikmati pantai Pattaya yang airnya tidak biru. Pattaya tidak seindah yang kukira. Dia melepaskan kaosnya. Bertelanjang dada dan mengenakan celana pendek selutut.


" Kamu selalu sholat?"


"Iya, Alhamdulillah. terima kasih ya , aku bisa numpang sholat di kamar kamu"

 
" ga masalah" jawabnya sambil minum bir. " Kamu harus menghadap ke satu arah kan?"


"Iya."

 
" Bagaimana kamu bisa tahu?"

 
"Aku pakai apps. Jadi aku tahu arah kiblatnya"

 

"Sebelum ada apps ,bagaimana kamu tahu arahnya ?"


"kompas"


"kalau ga ada kompas ?"


"Kami diperbolehkan untuk sholat kearah yang kami yakini sebagai kiblat."


Turis di sekitar kami memandang aku dan Bold. Di tepi pantai, diantara wanita yang mengenakan bikini. Aku jelas dianggap tidak waras. Pertama karena aku berjemur dengan pakaian tertutup rapat. Kedua karena aku dan Bold berdiskusi mengenai arah kiblat. Mencari arah kiblat di sebuah kota suci yang telah berganti. Dari masjid Al -Aqsa menjadi ka'bah. 


Sadar kami diperhatikan turis lain, Bold bersulang bir kepada mereka semua. Aku tersenyum, menghargai sikap Bold untuk mencairkan suasana. Paling tidak, sikapnya merupakan pembelaan kecil. Bahwa aku orang normal. Wanita berhijab di tengah bikini yang lalu lalang.


"Jadi kamu ga pernah pakai bikini?"


" Ga pernah "


"Apa kamu ga pernah berenang ?"


"Aku suka banget olahraga air. Aku bisa renang, suka snorkling dan diving. Baju renangku khusus. Tetap menutup seluruh tubuh " 


Dia hanya diam. Heran. Aku tahu bahwa susah dipercaya. Wajah heran Bold mengingatkan aku ketika diving di Bali. Turis yang melihat, mengeluarkan kamera dan mengambil gambarku. Mungkin Bold tidak percaya. Tapi... inilah aku. 


"Hey, sekarang sudah jam 4. Aku harus segera balik ke Bangkok." ucapku mengagetkan lamunan Bold. Mungkin masih melamun tentang bikini. Entahlah...


"Kenapa buru-buru?"


"Tiga jam untuk balik ke Bangkok. Nanti aku kemalaman di jalan. "

 
"Well, senang ngobrol sama kamu" Bold berdiri dari kursi dan berjalan mendekat ke arahku.


Dia sedikit membungkuk memberikan pipi sebelah kiri untuk sebuah cium perpisahan. Kedua tanggannya dibuka lebar, siap untuk memelukku. Aku hanya menggeleng pelan. Tersenyum dan perlahan meninggalkan Bold. 


Perjalanan panjang yang aku lakukan untuk melupakan satu hati. Telah membawaku untuk masuk ke dalam perjalanan spiritual yang mendewasakan. 


Pattaya 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun