"Kamu percaya kitabmu?"
"Iya saya percaya. Sejak 1400 tahun yang lalu, Al Quran tidak berubah, tidak akan pernah direvisi. Seandainya semua dimusnahkan ada penghafal Al Quran "
"Apa yang membuat kamu yakin dengan tulisan di dalamnya ?"
"Science. Saya menemukan banyak ayat tentang science. Peradaban manusia mengenal science , mungkin baru 100 atau 200 tahun terakhir. Al Quran telah memberi tahu manusia tentang itu semua".
Kami berjalan menuju shelter trans Jogja. Menunggu bus berikutnya untuk membawa kami ke prawirotaman. Sebuah daerah yang terkenal sebagai area backpacker. Dalam diam, hati saya dipenuhi banyak pertanyaan. Setiap kata-kata yang dia ucapkan masih berputar-putar di kepala saya. Sungguh dia beruntung menjadi atheis.
Mencari kebenaran akan Tuhan sebelum dia mengikuti sebuah ajaran dalam kitab suci.Hatinya yang gamang, rindu akan sebuah kebenaran. Ruang di hatinya yang kosong selama bertahun-tahun memaksanya untuk segera menemukan jawaban itu. Rasa ingin tahu yang akan membuat dia mencari kebenaran. Lewat pertanyaan dan lewat jari-jari yang membuka halaman buku.
Saya juga sangat bersyukur. Ditemukan dengan banyak backpacker membuat saya menjadi lebih mendalami Islam. Saya tidak beragama secara buta lagi. Karena pertanyaan merekalah ,saya membaca kitab suci yang lain. Backpacking bukan hanya menjelajah sebuah kota atau tempat. Tapi sebuah perjalanan panjang yang membuat saya semakin mengenal diri saya sendiri dan juga Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H