Hayo.. siapa yang pernah kena prospek MLM? Ngacung...
Atau, malah anda yang sedang gethol-getholnya nyari downline?Â
Pertama-tama, maaf kepada semua member MLM dengan merk apapun itu. Saya tidak anti mlm lho, karena saya pernah cocok menggunakan produk mlm tertentu. Saya hanya ingin menuangkan uneg-uneg saya karena saya sudah bosan dengan yang namanya di prospek member MLM "tertentu". Saya kurang nyaman dengan cara berpikirnya sehingga saya memilih sedikit menjauh. Daripada kita jadi bersitegang terus.
Kata member nya, MLM itu mendekatkan yang jauh. Tapi sebagian calon prospekan (istilah apa ini) yang gagal direkrut, MLM itu menjauhkan yang dekat. Lah, terus mana yang benar? Coba saya kasih ilustrasi dua-duanya.Â
Â
MLM itu mendekatkan yang jauh
Setelah 9 tahun tahun tak pernah bertegur sapa dengan seorang teman SMA, saya agak takjub saat dia mengirimkan pesan via FB. Saya pikir dia hanya mau lebih deket saja. Tapi ternyata dia menawari saya untuk bergabung di satu MLM. Saya menolak dengan halus, karena saya memang tidak tertarik dengan dunia MLM. Teman saya merayu saya mati-matian, sampai akhirnya saya tidak enak menolak. Saya bilang ke teman kalo saya mau bergabung dengan MLM tersebut dengan catatan saya cuma mau dapat harga member.Â
But then, the disaster began..
Setiap hari saya di tag untuk semangat promosi. Hampir setiap hari status upline saya soal MLM. Kemudian, ada hari dimana saya mendapat kiriman pesan darinya. Dia mengingatkan saya untuk tutup point untuk bisa dapat bonus. Maka saya menolak, mejelaskan alasan saya dengan tegas namun masih sopan. Hari lain, member yang lain ikut mengirimkan pesan yang serupa tapi tak sama. Lagi-lagi saya tegas menolak dan menyebutkan di awal bahwa saya dulu bergabung karena ingin dapat harga member saja.Â
Mungkin karena saya bukan downline yang menjanjikan kali ya, teman saya akhirnya menyerah dan kita tida ada komunikasi lagi. Saya pikir MLM ini akan mendekatkan yang jauh, tapi ternyata saya jauh juga sama dia.
Â
MLM itu menjauhkan yang dekat
Saya mempunyai teman dekat yang saya akui jiwa bisnisnya jempol. Dia semangat banget berbisnis dalam bentuk apa saja. Saya salut dan ngiri sama semangatnya. Namun sayang, semenjak dia bergabung dengan salah satu MLM, saya jadi agak-agak gimana gitu. Saya dan teman-teman lain juga kurang nyaman dengan cara dia promosi entah via FB atau BBM. Mungkin kami saja yang terlalu sensitif.Â
Saya ikut senang dia bisa menghasilkan duit banyak dalam waktu sebentar. Tetapi, sepertinya kurang etis kalo sampai duit saja dipamerkan (kasarnya) via socmed. Apa dia tidak takut ada rampok ya. Memang itu hak dia, tapi kok kayaknya kurang pas gitu. Saya tahu dia tidak bermaksud pamer ato sombong, hanya pengen berbagi semangat bahwa bisnisnya memang menghasilkan duit banyak. Tapi saya miris.Â
Lebih miris lagi ketika tahu banyak teman-teman yang mulai tidak perduli padanya, dalam artian menjauhinya. Kasihan deh teman saya ini. Duit datang, teman menghilang.
Nah, pada akhirnya.. Saya jatuhkan kesimpulan seperti ini:Â MLM tidak mendekatkan yang jauh, tidak juga menjauhkan yang dekat. MLM akan mendekatkan teman yang tertarik menjadi member. Tapi akan menjauhkan teman yang anti MLM.
Saya bukan anti mlm, cuma tidak berminat saja. Saya kurang nyaman dengan cara pikir mereka yang (maaf), seolah-lah sukses artinya punya banyak duit. Kalau ada yang mau membantah bahwa semua orang pasti butuh duit untuk sukses, saya nggak mau berdebat. Tidak semua orang punya pikiran mengejar duit saja lho, jadi tolong jangan samakan kami.Â
Salam sukses.. Lho?!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H