[caption id="attachment_307816" align="aligncenter" width="630" caption="Tukang Sewa Kuda dengan latar belakang Candi I"][/caption]
.
Hari Sabtu (17/05/2014) untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kompleks Candi Gedong Songo yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Semarang, walaupun telah mendengar namanya sekitar setahun yang lalu ketika sedang mengurusi pameran foto untuk tentang Indonesia untuk seorang Kompasianer yang bermukim di Jerman.
Seorang teman yang bertugas mengkurasi foto-foto yang dikirimkan teman-teman Kompasianer menyodori saya sebuah buku tebal bersampul merah dengan judul TOP 100 Cultural Wonders of Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai referensi untuk menyusun caption tiap tema foto yang akan dipamerkan dan saat itulah pertama kali saya tahu tentang Gedong Songo yang diulas singkat bersama peninggalan candi-candi yang lain.
.
[caption id="attachment_307817" align="aligncenter" width="630" caption="Candi Gedong II"]
Kompleks candi terdiri dari 9 bagian, terletak tersebar di punggung Gunung Ungaran dan merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Hindu yang dibangun pada sekitar abad ke-9 di masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Lokasi cagar budaya ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar satu setengah jam dari Kota Semarang.
Sesampainya di sana kami disambut dengan sejuknya udara khas pegunungan dengan kabut tipis menyelimuti. Matahari agak malu-malu menampakkan sinarnya di balik mendung tapi kami beruntung hujan tidak turun hingga saat kami memutuskan pulang.
.
[caption id="attachment_307818" align="aligncenter" width="347" caption="Jalurnya bersih dan rapi"]
Walau bukan hari libur nasional, hari itu kompleks Candi Gedong Songo tampak ramai sekali karena sekelompok Pramuka Bantara sedang mengadakan kemah di sana. Berpuluh-puluh tenda berwarna warni dan berukuran besar tampak didirikan berkelompok di sisi kanan pavement tak jauh dari jalan masuk. Beberapa dari mereka tampak sibuk menyiapkan makanan untuk kelompok masing-masing di tengah musik dan lagu-lagu populer yang suaranya membahana di seantero kompleks candi.
Tak jauh dari perkemahan kami sampai di Candi Gedong I. Banyak sekali orang yang sedang berfoto di sana di depan pintu candi. Kami tak berdiam lama di sana, hanya mengitari candi sekali lalu meneruskan perjalanan ke Candi Gedong II yang terletak sedikit jauh dari candi pertama. Satu hal menarik yang saya temui di ketiga candi pertama adalah bau dupa yang menyengat hidung bercampur dengan lembabnya udara di dalam candi. Rupanya di ketiga candi pertama tersebut masih sering dilakukan ritual keagamaan.
.
Satu tempat paling berkesan bagi saya di antara candi-candi tersebut adalah sumber air suci, jalan masuknya ditandai dengan sepasang gapura bercat hitam dan kuning yang terlihat jelas dari jalur kuda. Tempat ini kelihatannya jarang dijamah pengunjung, mungkin karena letaknya yang agak terpencil dan masuk ke dalam.
Di sana tampak ada sebuah pendapa kecil beratap yang kemungkinan disediakan untuk tempat sholat para pengunjung. Tak jauh dari pendapa terdapat sebuah pancuran dan beberapa air terjun kecil yang mengalir air bening di sela-sela tanah berwarna kuning kecoklatan. Bau belerang sangat kuat tercium dari air pancuran ketika saya mencuci muka, tangan dan kaki di sana.
.
[caption id="attachment_307820" align="aligncenter" width="343" caption="Salah satu mataair di Sumber Air Suci"]
Posisi tempat yang jauh di bawah level jalur kuda membuat tempat ini sangat sunyi, tak ada suara dari luar yang masuk, hanya suara gemericik air dari pancuran dan suara burung yang terdengar di telinga. Benar-benar tempat yang tepat untuk bermeditasi dan berkontemplasi. Rasanya tak ingin beranjak dari tempat itu kalau saja kami tak harus mencari separuh dari rombongan yang berpisah sejak di Candi Gedong I.
.
[caption id="attachment_307821" align="aligncenter" width="345" caption="Semburan uap belerang terlihat dari Candi Gedong III"]
Kami pun beranjak meninggalkan "tempat tersembunyi" tersebut untuk melanjutkan perjalanan ke candi-candi lainnya dan juga melihat semburan uap belerang panas yang terletak tak jauh dari pemandian air hangat. Kami hanya numpang lewat di sana karena kami langsung naik ke jajaran candi-candi terakhir untuk bertemu dengan anggota rombongan yang lain dan beristirahat di sana sebelum turun dan kembali ke Semarang.
.
[caption id="attachment_307822" align="aligncenter" width="630" caption="Selain berjalan kaki, kita bisa menyewa kuda"]
Kesan yang saya dapat dari Gedong Songo, penataan kompleksnya bagus dan asri, suguhan pemandangan yang indah sepanjang rute dari satu candi ke candi lain serta udara bersih yang sejuk membuat Gedong Songo tak hanya cocok sebagai destinasi wisata keluarga tapi juga merupakan tempat di mana kita bisa menyaksikan peninggalan dan bukti keagungan budaya nenek moyang kita yang harus dijaga dan dilestarikan agar anak cucu kita bisa ikut menikmati sepenggal kisah dari masa lalu tersebut.
Sekian dan semoga foto-foto sederhana yang saya lampirkan bisa dinikmati dan menggambarkan sedikit keindahan kompleks Candi Gedong Songo. Terima kasih dan salam.
Bonus foto :P
.
[caption id="attachment_307823" align="aligncenter" width="357" caption="Tempat yang asyik buat pacaran ;)"]
.
[caption id="attachment_307824" align="aligncenter" width="630" caption="Penjual minuman di sekitar candi"]
.
[caption id="attachment_307825" align="aligncenter" width="630" caption="Candi Gedong III "]
.
[caption id="attachment_307827" align="aligncenter" width="372" caption="Relief yang rusak termakan cuaca"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H